SINOPSIS MAHAPUTRA episode 273 part. 2 (08 September 2014) by. Sally Diandra
Di dalam hutan, Changezi sedang memanaskan beberapa pisau besar di atas api. Dia berdoa kepada Allah untuk membantunya membunuh Pratap dengan Yang Mulia Raja Jalalnya, pada saat yang bersamaan RAtu Jaiwanta merasa kewalahan menerima hadiah dari Raja Mamrak “Raja Mamrak Ji, kami hanya membutuhkan satu hadiah untuk tilak” Raja Mamrak ji mengerti dengan baik apa yang dikatakan oleh Raja Udai Singh karena dirinya juga seorang Rajput, Raja Mamrak Ji meminta Rawat ji untuk membawa pedang itu, namun Rawat ji tidak dapat menemukannya di antara hadiah yang telah mereka bawa “Raja Mamrak ji, aku tidak dapat menemukan pedang itu di manapun !” semua orang terkejut mendengarnya, Ratu Bhatyani segera membuat kisruh masalah itu “Ini merupakan penghinaan terhadap Rana ji dan pangeran Pratap, ! Sebuah pedang adalah sangat penting pada saat pernikahan keluarga Rajput” Pratap hendak mengutarakan sesutau tapi Ratu Bhatyani tidak membiarkan Pratap berbicara “Dia telah menghina ayahmu, Pratap ! kamu tidak boleh lupa karena kamu adalah seorang anak yang taat, Tilak adalah ritual yang paling penting dari pernikahan, Bagaimana kita bisa melupakannya ?” dengan tenang Raja Mamrak ji menjelaskan kalau mereka memang telah membawa pedang itu dan pedang itu terbuat dari emas, Rawat Ji juga setuju dengan Raja Mamrak Ji “Aku telah memeriksa dan mengemasnya untuk kami bawa kesini” dalam flashback ditunjukkan di mana Ratu Uma Devi menyembunyikan pedang itu
Rawat ji memintanya untuk tenang “Aku merasa bahwa kesalahan tidak disengaja, Raja Mamrak ji belum melakukan apa-apa” Ratu Bhatyani memberitahunya untuk berpikir “Apalagi Raja Mamrak ji adalah seorang Samant yang biasa bagaimana bisa dia akan tahu tentang ritual seorang pangeran, semuanya bekerja untuknya, dia lupa membawa pedang untuk di tilak, jika ada yang bertanya kepadanya tentang hal itu maka dia akan mengatakan bahwa dia lupa kan ?” Ratu Bhatyani terus menyerocos dengan perasaan marah, sedangkan Raja Udai Singh dan Ratu Jaiwanta hanya terdiam dan berdiri dengan tenang, Raja Udai Sing menghormati persahabatannya dengan Raja Mamrak Ji yang membuatnya diam, Raja Udai Singh mencoba untuk memberitahu istrinya itu untuk berhenti tetapi dia tidak mendengarkan “Kami mendapatkan begitu banyak pilihan dari keluarga besar namun akhirnya kami memilih putri seorang Samant biasa untuk pangeran Pratap” Ratu Bhatyani terus menerus mengeluh, dia bahkan menegur Rawat ji, hingga akhirnya Pratap tidak tahan dan menyuruh ibu tirinya itu untuk berhenti “Bagaimanapun juga Raja Mamrak ji itu sudah seperti ayahku dan paman Rawat ji juga sudah seperti guru bagiku, mereka sangat ideal dan pemimpinku, aku tidak bisa melihat penghinaan mereka di depan ku” ujar Pratap kemudian
Namun Rawat ji setuju dengan Ratu Bhatyani “Pangeran Pratap, kamu tidak harus bicara tentang hal ini, aku setuju kalau kesalahan telah terjadi dan akulah yang seharusnya bertanggung jawab akan hal ini karenaaku adalah paman AJabde” kemudian Rawat Ji memberikan solusi, Ratu Bhatyani yang tidak suka rencananya gagal mulai berbicara sedikit kasar pada Rawat ji namun Raja Udai Singh segera memperingatkan istrinya ini, kemudian Rawat Ji mengeluarkan pedangnya sambil berkata “Pedangku memang tidak terbuat dari emas, ini adalah pedang biasa tetapi telah berada di rumah kami dari generasi ke generasi, mulai dari nenek moyang kita yang telah menyelamatkan tahta Mewar dengan menggunakan pedang ini, mereka telah berjuang melawan banyak perang menggunakan pedang ini dan telah memenangkannya pula dan beruntungnya aku karena aku juga telah berjuang perang bersama dengan pangeran Pratap menggunakan pedang ini, jika pangeran Pratap menyetujuinya maka aku akan senang untuk memberi hadiah pedang ini padanya dengan semua cinta dan penghormatanku” Raja Mamrak ji dan Raja Udai Sing juga Ratu Jaiwanta menatapnya bangga, Rawat Ji memberikan pedang itu pada Raja Mamrak ji untuk diberikan pada Pratap,
Pratap segera maju ke depan mendekat ke arah Raja Mamrak Ji “Rani ma selalu mengatakan bahwa Dewa selalu memberi kita lebih dari apa yang kita inginkan, aku kehilangan pedang emas tetapi aku mendapatkan pedang paman Rawat ji, aku tidak bisa menjelaskan kepadamu apa nilai pedang ini bagiku, tidak ada pedang emas apapun yang bisa menandingi pedang ini, pedang ini tidak ternilai harganya, pemujaan Ajabde selalu menjadi perisaiku sekarang” ujar Pratap kemudian mengambilnya dari tangan Raja Mamrak ji., Ratu Bhatyani diam seibu bahasa, dirinya kesal dan marah karena rencananya gagal kembali, bahkan Raja Udai Singh juga menganggap kalau pedang itu sangat berharga hingga tidak mampu berkata kata karena moment ini sangat suci “Aku tidak bisa memberikan pilihan yang lebih baik daripada pilihan Rawat ji, anak yang lebih baik daripada Pratap dan teman yang lebih baik daripada Raja Mamrak ji, aku baru saja tahu betapa beruntungnya aku” tepat pada saat itu Chakrapani datang dan menyela pembicaraan mereka sambil memanggil Pratap “Pangeran Pratap ! Seluruh rakyat Chittor telah berkumpul di luar untuk memberikan hadiah untukmu !” semua orang yang hadir disana merasa senang dan bangga, kemudian Pratap pergi bersama Chakrapani
Di halaman istana Chittor, semua rakyat Chittor telah berkumpul dan ingin bertemu dengan Pratap sambil memberikan hadiah mereka untuk pangeran kesayangannya ini, Pratap melipatkan tangannya di depan rakyatnya, Pratap berterima kasih pada semua rakyatnya, saat itu Changezi juga ada di sana, Pratap menyapa semua orang dan mereka mulai memberikan hadiah untuk Pratap satu per satu, Changezi juga bergerak maju mendekat kearah Pratap sambil memegang pisau khusus di dalam sebuah kotak, Changezi maju ke arah Pratap dengan hati-hati, tiba tiba Pratap jatuh ketika Changezi menyentuhnya, di lain sisi, aalta yang dibawa Phool tumpah di lantai karena tersenggol Ajabde, mereka berdua terkejut, Phool sangat tahu dengan baik kalau Ajabde pasti akan menganggap hal itu sebagai pertanda buruk, lama mereka terdiam namun kemudian Ajabde menyangkal “Aku pikir kalau kamu tidak tahu bagaimana untuk menempatkannya dengan benar” ujar Ajabde sambil tersenyum, Phool merasa lega, kemudian Ajabde mencoba menggoda Phool, mereka berdua berlari larian saling kejar mengejar hingga akhirnya tertawa dan bersenang senang bersama.
Di halaman istana Chittor, Chakrapani bergegas membantu Pratap untuk bangun dan bertanya “Pangeran, apakah kamu baik-baik saja ?” semua orang juga merasa khawatir, Pratap memperhatikan satu per satu dengan tajam, tiba tiba Pratap merasakan bau yang sama dan mulai merasa kesal kembali, Pratap melihat kesekeliling dan melihat sorban Changezi, kemudian menyuruh orang orang untuk menepi namun tepat pada saat itu Raja Udai Singh dan Rawat ji datang ke sana “Pangeran Pratap, ada apa ini ? Apakah kamu baik baik saja ?” semua orang yang ada di halaman memberitahu mereka bahwa ada seseorang yang mendorong Pratap “ Kami adalah saksinya, kami melihat pangeran Pratap jatuh ke lantai tapi kami tidak melihat penyerangnya” Pratap mencoba menghentikan ucapan rakyatnya yang silih berganti “Tenang, tenang ,,, mungkin aku kehilangan keseimbangan dan jatuh, tidak apa apa, tidak ada yang terjadi” namun Raja Udai Singh merasa ada sesuatu yang tidak beres “Kamu tidak bisa menipu ayahmu ini, Pratap ! Apakah kamu meragukan salah satu dari mereka ?”, “Iya, ayah !” ujar Pratap “Rawat ji interogasi semua orang yang hadir di sini !” namun Pratap tidak menginginkannya, Pratap malah meminta maaf dan menyuruh mereka semua untuk pulang, Raja Udai Singh dan Rawat ji jadi semakin tidak mengerti dan bingung
Pasukan Mughal benar-benar lelah setelah berjalan sekian lama, sementara Jalal dan Nasir mengendarai kuda mereka masing masing, kemudian mereka berhenti untuk minum air namun Jalal mendekatinya dan membuangnya “Nasir, ambil semua air dari mereka ! mereka akan minum dari sungai yang di dekat perbatasan Rajputana !” ujar Jalal lantang, Nasir prihatin melihat pasukannya, mereka benar benar membutuhkan air, Jalal tahu hal itu dengan baik “Aku memang telah merebutnya dari mereka sehingga mereka akan bergerak ke arah sungai dengan kecepatan dua kali lipat untuk mendapatkan air !” semua prajurit Jalal mengangguk, mematuhi perintah Jalal, Jalal menyuruh mereka untuk bergerak maju karena tidak ada yang bisa menghentikan mereka sekarang
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 273 part. 2 (08 September 2014) by. Sally Diandra