SINOPSIS MAHAPUTRA episode 321 (27 November 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 321 (27 November 2014) by. Sally Diandra Di tenda pasukan Afghanistan, Mansoor menyuruh prajuritnya untuk menemukan Pratap yang bersembunyi di dalam hutan dekat dengan tenda mereka namun sayangnya mereka tidak bisa menemukan Pratap, Pratap segera menghampiri mereka dan dengan kepintarannya membunuh para prajurit tersebut, tak lama berselang pertarungan diantara mereka pun terjadi dan akhrnya Prataplah yang menang dan berhasil melumpuhkan para prajurit Afghanistan, sementara itu di kerajaan Chittor, Ratu Bhatyani mengajak Jagmal untuk membicarakan sesuatu yang penting “Lalu apa yang akan ibu lakukan ? Semua rencana kita telah gagal, kak Pratap tidak mendapatkan luka apapun dan tanpa noda, bahkan ayah juga bermaksud untuk membantunya dan ibu sedniri juga harus menyiapkan piring aarti untuk ayah kan ?” ujar Jagmal kesal “Jagmal, kita harus memikirkan sebuah rencana politik dan percaya pada ibu, nak ,,, karena ibu akan membuat kamu menjadi seorang Maharana dan duduk di singgasana Mewar, jangan khawatir, Jagmal ,,, karena ibu tahu apa yang harus ibu lakukan, ibu akan melakukan semuanya tapi tidak sekarang, ketika saat yang tepat telah tiba, kamu akan melihatnya” ujar Ratu Bhatyani sambil menyiapkan piring dan meletakkan bunga bunga untuk aarti dan berlalu meninggalkan anak sulungnya itu, sementara Jagmal sangat marah 

Di tempat Pratap, para prajurit Afghanistan berhasil menangkap Chetak dan berusaha untuk membawa Chetak, Chetak segera meringkik dengan keras, Pratap melihatnya dari kejauhan, Chetak segera melompat setinggi mungkin dan mulai menghajar para prajurit tersebut, Pratap tersenyum “Chetak memang bisa memenuhi keinginanku untuk bertarung, tapi aku tidak bisa tinggal disini terus, aku tidak akan memberinya kesempatan untuk bertarung” ujar Pratap, salah seorang prajurit berusaha menusuk Chetak dan Pratap segera melesatkan anak panahnya ke arah mereka dari atas pohon, Chetak melihat Pratap dan menganggukkan kepalanya, beberapa prajurit yang lain mulai berdatangan, Pratap segera memanggil Chetak dan segera duduk di punggungnya, tiba tiba Chetak berbalik “Ada apa, Chetak ? Ayooo ! lari ! Musuh musuh kita telah datang dari segala penjuru, larilah sekencang mungkin !” namun Chetak tidak bergerak, Chetak hanya diam saja, para prajurit mulai menyerang mereka, Chetak berdiri ditengah tengah kemudian berbalik kembali, sehingga kedua prajurit itu saling membunuh satu sama lain karena Chetak berhasil menghindari serangan mereka, Pratap baru menyadari gerakan kudanya yang pintar ini dan memujinya, Pratap melihat ada seorang prajurit yang bergerak kearahnya, Pratap langsung meminta Chetak untuk menghajarnya dan bertanya pada Chetak “Chetak, kenapa kamu tidak membela dirimu sendiri ? Kita seharusnya menyerang orang orang yang mempunyai senjata !” Chetak menganggukkan kepalanya seakan akan mengerti apa yang Pratap katakan “Ayoo, Chetak ! Kita pergi !” perintah Pratap 

Di kerajaan Chittor, Raja Udai Singh memasuki kamar Ratu Jaiwanta dan mulai teringat lagi pada istri pertamanya ini, Raja Udai Singh juga teringat pada masa kecil Pratap, Raja Udai Singh sangat merindukan Ratu Jaiwanta Bai dan berkata “Sejak kamu pergi, aku telah menutup kamar ini untuk segala sesuatunya sebelumnya, sekarang aku berdiri disini di depan pintu kamar dan aku menyadari kalau aku telah melakukan sebuah kesalahan, aku tidak bisa menutup kenangan tentang kamu, aku tidak bisa membuat hatiku sendiri menjadi tenang, kamu harus segera kembali, Maharani Jaiwanta Bai ,,, dan memberikan tilakmu di keningku” ujar Raja Udai Singh sedih sambil terkenang ketika Ratu Jaiwanta memberikan tilak padanya “Kamu harus mengatakan padaku, apakah baik jika kami pergi ke Bijolia atau tidak karena kamu meninggalkan aku, Pratap dan Chittor demi Bijolia” Raja Udai Singh masih mengira kepergian Ratu Jaiwanta dari istana itu semuanya karena Ajabde 

“Aku ingin tilak darimu, Maharani Jaiwanta ,,, yang membuat aku menang di setiap perangku, lihatlah takdir burukku sekarang, sebelum aku pergi berperang, jiwaku telah terpecah belah” Raja Udai Singh menangis sedih dan memendam perasaan rindu yang mendalam “Ini semua karena kamu tidak ada lagi bersamaku, Maharani Jaiwanta Bai” ujar Raja Udai Singh sedih sambil terus menahan tangisnya yang membuncah di dada, tiba tiba Raja Udai Singh mendengar sebuah suara yang sangat dikenalnya, suara yang sangat dirindukannya selama bertahun tahun, siapa lagi kalau bukan suara Ratu Jaiwanta Bai yang berkata “Siapa bilang aku tidak ada disini, Rana Ji” Raja Udai Singh kaget begitu melihat Ratu Jaiwanta muncul di depannya, Ratu Jaiwanta berjalan menghampiri suaminya sambil tersenyum dan melakukan tilak untuk Raja Udai Singh “Maharani Jaiwanta Bai, kamu disini ?” Raja Udai Singh terperangah dan tidak percaya dengan apa yang dilihatnya 

Sementara itu Pratap masih mengendarai Chetak dan beberapa prajurit Afghanistan mengikutinya di belakang “Chetak, berhenti ! Musuh musuh kita sudah ada disini !” Chetak segera menuruti perintah tuannya dan tak lama kemudian Pratap bertarung dengan para prajurit Afghanistan, Mansoor yang melihat Pratap dari kejauhan pun berkata “Dari caranya bertarung, dia pasti akan bisa menghabisi semua prajurit kita” Badshah Khan juga melihat ke arah Pratap “Dia memang lebih kuat daripada sebelumnya, tapi baiklah ,,, aku juga telah menyiapkan pembalasan dendam padanya !” ujar Badshah Khan sengit, tepat pada saat itu Pratap berhasil membunuh semua prajurit Afghanistan yang bertarung dengannya dan tak lama kemudian Ajabde memanggilnya dari tempatnya berdiri dimana kedua tangannya diikat ke atas ke sebuah tiang, Pratap menoleh ke arah suara Ajabde dan melihatnya disana, Pratap segera menyingkirkan pelindung tubuhnya dari badannya sendiri dan langsung mengendarai Chetak 

Sementara itu di kerajaan Chittor, Ratu Jaiwanta Bai sedang melakukan aarti untuk Raja Udai Singh dan berkata “Jiwamu yang terdalam mulai memenuhi pikiranmu, Rana Ji ,,, itu karena kamu telah menyingkirkan pola pikirmu yang sebelumnya” Raja Udai Singh merasa damai berada di dekat istri pertamanya ini “Kamu telah mengambil rasa percaya diriku dan kekuatanku, Maharani ,,, bagaimana bisa aku kuat tanpa dirimu” ujar Raja Udai Singh sambil terus menatap Ratu Jaiwanta Bai “Kamu bisa menyelesaikan masalah apapun dan penderitaan manapun, Rana Ji”, “Kamu selalu mengajarkannya pada Pratap, Maharani Jaiwanta” Ratu Jaiwanta ingat semuanya dan berkata “Lakukan Rajdharma-mu, Rana Ji ,,, dan jangan biarkan siapapun ikut campur dalam hal itu, kamu tahu kalau kamu harus menyelamatkan Bijolia dari musuh musuh kita, pergilah dan taklukkan musuh musuhmu itu demi kebaikan negara kita, lakukan dharmamu, Rana Ji” Raja Udai Singh tersenyum dan berkata “Aku akan pergi” kemudian Raja Udai Singh berbalik dan bertanya “Apakah kamu akan menunggu kepulanganku nanti ?” tiba tiba Raja Udai Singh terkejut ketika dilihatnya Ratu Bhatyani yang sedang berdiri disana dengan piring aartinya “Ada apa, Rana Ji ? Dari tadi aku telah memanggil manggil kamu tapi kamu tidak mendengarkan panggilanku” ujar Ratu Bhatyani heran 

Pada saat yang bersamaan Pratap masih terus mengendarai Chetak menuju ke arah Badshah Khan, Mansoor segera mengacungkang pedangnya ke arah leher Ajabde, Pratap dan Ajabde saling memandang satu sama lain dengan tatapan nanar sambil teringat pada pernikahan mereka berdua ketika mereka masih remaja dan pertemuan mereka kemudian setelah beberapa tahun lamanya berpisah, sementara itu di kerajaan Chittor, Ratu Bhatyani sedang melakukan tilak untuk suaminya, Raja Udai Singh dan dilanjutkan dengan melakukan aarti sambil bertanya “Rana Ji, apakah kamu rindu dengan kak Jaiwanta ? Aku tahu, bahkan aku juga rindu padanya, dia meninggalkan semuanya untuk Ajabde” ujar Ratu Bhatyani dengan sikpanya yang pura pura sedih “Rana Ji, bawalah Ajabde pulang kesini”, “Cukup ! Bhatyani ! Aku memang akan pergi ke Bijolia tapi aku tidak akan membawa pulang Ajabde !” ujar Raja Udai Singh kesal 

Di tempat Badshah Khan, Badshah Khan mencoba mengejek Pratap “Ini adalah waktu yang luar biasa untuk pangeran Pratap dan istrinya bertemu, semua ini terjadi karena aku !” Badshah Khan tertawa tergelak gelak “Ayah ! Arwahmu akan tenang dialam sana karena pangeran Pratap yang telah membunuh kamu telah berada disini, aku akan mempertemukan kalian berdua hari ini !” ujar Badshah Khan senang “Sebenarnya kamu ini anaknya siapa ?” tanya Pratap heran “Dengan segala hormat, nama ayahku adalah Shams Khan !” ujar Badshah Khan lantang, Pratap teringat pada Shams Khan “Kamu telah membunuhnya di tanahmu sendiri ! Makanya aku mengundangmu kemari untuk membunuh kamu di tanahku ini !”, “Tanah ini adalah milikku ! Aku berjanji padamu kalau aku akan mengubur kamu di dekat makam ayahmu” Badshah Khan sangat marah begitu mendengar ucapan Pratap “Mansoor, lukai Ajabde !” Mansoor segera melukai Ajabde, Ajabde hanya meringis menahan sakit, Pratap terkejut melihatnya SINOPSIS MAHAPUTRA episode 322 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top