SINOPSIS MAHAPUTRA episode 279 part. 2 (17 September 2014) by. Sally Diandra
Ratu Jaiwanta sedang menyiapkan kamar untuk Ajabde, kemudian Ratu Jaiwanta meminta Girjaya untuk menyiapkan kamar yang lain, Girjaya tahu kalau dirinya harus segera menyiapkan kamar tersebut sesuai perintah Ratu Jaiwanta saja, Ratu Veer Bai yang juga memasuki kamar Pratap, rupanya menyukai dekorasi kamar Pratap, Ratu Jaiwanta melakukannya untuk menyambut Ajabde sebagai Maharani Mewar untuk pertama kalinya “Aku akan tinggal disini dengannya hingga dia merasa nyaman disini” ujar Ratu Jaiwanta, Ratu Veer Bai menanyakan soal bunga mawar yang dibawa masuk ke dalam istana “Untuk apa bunga mawar itu, kak ?” Ratu Jaiwanta berbohong dengan mengatakan kalau bunga mawar itu hanya untuk pesta pernikahan “Iring iringan pengantin Pratap pasti sudah sampai di istana Senthi sekarang
Di istana Senthi, Ajabde masih teringat tentang Pratap “Apakah dia kelihatan bahagia, Phool ?” Phool meminta padanya untuk tidak memikirkan hal itu terlalu serius, Ajabde ingin tahu tentang kebenaran sesungguhnya, Phool merasa kalau Pratap juga terlihat tidak begitu bahagia “Aku bisa saja salah juga, Ajabde” Ajabde merasa sangat khawatir “Ini artinya dia itu masih sangat kecewa denganku atau itu bisa jadi kamu tidak bisa mengerti dia dengan baik” Phool setuju dengan ucapan Ajabde “Kamu seharusnya mencari tahu sendiri, aku akan mengajak kamu ke tempat dimana kita bisa melihat dia secara sembunyi sembunyi dan kamu bisa menyingkirkan perasaan ragu ragumu itu” Ajabde langsung menyutujui ajakan Phool bahkan Ratu Hansa Bai juga merasa kalau pengantin perempuan seharusnya melihat iring iringan pengantin pria.
Di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani nampak kesal dengan dirinya sendiri begitu menyadari mimpi buruknya tersebut “Kenapa kamu membuat Ajabde sangat penting ? Kamu seharusnya memikirkan Jagmal, anakmu ,,, siapa yang akan menjadikannya seorang pangeran kalau kamu tiada ? Kamu memang tolol, Bhatyani ! Kamu harus merencanakan sesuatu dimana tidak ada seorangpun yang mencurigainya, kamu harus keras kali ini !” Ratu Bhatyani berkata pada dirinya sendiri di dalam kamarnya
Raja Mamrak Ji dan Raja Udai Singh saling mengalungkan garland (rangkaian bunga di leher) Raja Mamrak Ji tadinya hendak memeluk Raja Udai Singh namun diurungkan niatnya itu kemudian Raja Mamrak mengatupkan kedua tangannya tapi Raja Udai Singh memintanya untuk memeluknya karena mereka berdua sudah menjadi kerabat sekarang, Raja Mamrak Ji tidak keberatan soal itu “Kamu telah membuat hubungan ini menjadi indah dan kamu juga telah melakukan banyak hal untuk kami” ujar Raja Udai Singh sambil memeluk besannya itu, Rawat Ji juga menambahkan “Rao Mamrak Ji, kamu telah melakukan ini semua untuk anak perempuan adikku” semua orang tersenyum senang, kemudian Chakrapani mengajak para orangtua untuk menari, Pratap memperhatikan mereka dari atas kudanya sambil tersenyum senang
Phool menggandeng Ajabde ke tempat yang sama dan kembali bersembunyi, sementara yang lainnya sedang membicarakan tentang iring iringan pengantin dan Pratap, Ajabde menyerah “Aku tahu kalau dia masih kecewa denganku, aku tidak bisa melakukan apa apa sekarang kecuali membiarkan begitu saja” Phool akhirnya bisa melihat Pratap, Ajabde merasa kalau prinsipnya telah terbalik “Ketika aku akan berkata iya maka kamu akan berkata tidak dan begitu pula sebaliknya” Phool melemparkan bunga ke arah Pratap dan Pratap pun mendongak keatas, Phool bersembunyi dibawah, sedangkan Pratap langsung menunjukkan wajah kesalnya ketika Pratap beradu tatap dengan Ajabde yang saat itu sedang berdiri di atas balkon sambil menatapnya dengan perasaan sedih, Ajabde menyadari kalau Pratap masih kecewa dengannya, Ajabde sangat sedih, Phool ingin membuktikan kalau anggapan Ajabde itu salah, Ajabde segera pergi dari sana dengan perasaan sedih
Ratu Hansa Bai memberikan salam dan menyambut semua orang yang datang ke istana Senthi, Ratu Hansa Bai mencari bantuan Rawat Ji sehingga dirinya bisa bertemu dengan pengantin laki laki, Rawat Ji melakukannya dengan senang, Ratu Hansa Bai melakukan aarti untuk Pratap “Pangeran Pratap, kamu telah dianggap sebagai menantu kami mulai hari ini, ibu akan menganggap kamu sebagai anak ibu setelah pernikahan kalian, ibu berharap kamu tidak keberatan” namun Pratap menolak “Ibu, aku tidak mempunyai pilihan lain untuk tidak setuju denganmu” Ratu Hansa Bai tersenyum, sementara Raja Udai Singh merasa heran dari mana Pratap belajar gurauan seperti itu “Dia pasti belajar dari ayahnya tentu saja” Raja Mamrak Ji merasa keceplosan mengutarakan hal itu di depan Raja Udai Singh, namun Raja Udai Singh hanya tersenyum mendengarnya, kemudian Ratu Hansa Bai menyuruh semua orang masuk ke dalam istana sementara para wanita mengajak Pratap untuk menyelesaikan ritualnya terlebih dulu
Di kamar Ajabde merasa sangat khawatir dan teringat akan kata kata Pratap, Phool yang menemaninya memintanya untuk duduk di salah satu tempat dengan tenang namun Ajabde terus merasa gelisah “Apakah aku bisa bertemu dengan pangeran Pratap sebelum acara pernikahan ?” Phool menolaknya “Kamu harus duduk di salah satu tempat sebagai seorang pengantin perempuan yang baik” pinta Phool “Aku harus melakukan tugasku karena bagaimanapun juga aku adalah saudara ipar pangeran Pratap” Ajabde meminta bantuan Phool untuk mengatur semuanya dengan baik, Phool tidak ingin kehilangan kesempatan untuk bersenang senang “Kamu teruslah berfikir tentang semuanya yang akan terjadi jika hal ini tidak terjadi, jangan berkeliaran seperti biasanya atau kamu akan memalukan lehengamu” ujar Phool kemudian pergi dari sana meninggalkan Ajabde sendirian
Pendeta membicarakan tentang ritual - toran chaar sanskar, Pratap sangat mengetahui ritual itu dengan baik dan Chakrapani memuji dirinya sendiri dan mendorong kaki temannya juga, Pratap gagal untuk kali pertama, Phool menggodanya “Kamu adalah seorang ksatria yang besar dan masih saja belum bisa melakukannya ? Aku ini saudara istrimu dan kamu harus menjaga aku juga menghormati aku, jika kamu ingin menyelesaikan tugasmu dari istrimu di masa depan maka tunjukkan padaku beberapa keahlianmu” Pratap setuju dan mulai menyelesaikan ritualnya, Phool sangat senang melihatnya
Sementara itu didalam istana, Raja Udai Singh memberikan pakaian ancestra dan perhiasan untuk Ajabde “Sesuai dengan tradisi yang ada hanya permaisuri pertama atau Maharani yang mengenakannya ketika dia melangkah memasuki istana Mewar, pangeran Pratap adalah yang tertua diantara saudara saudaranya yang lain jadi Ajabde mendapatkan hak ini, vidaai Maharani Jaiwanta telah dilakukan dalam pakaian ini, hal ini telah berlaku sejak jaman Bapa Rawal Ji jadi kami seharusnya melanjutkan tradisi ini” Rao Mamrak Ji menganggukkan kepalanya, saat itu Phool menemui mereka kemudian Rai Mamrak ji memberikan paatla tersebut ke Phool untuk memberikannya pada Ajabde, Phool sangat bahagia melihatnya
Di dalam kamar, Phool menunjukkan paatla itu ke Ajabde, Ajabde membayangkan Ratu Jaiwanta dalam pakaian tersebut, Phool meminta Ajabde untuk melihat dirinya di dalam cermin pada saat acara vidaai nanti “Kamu tidak perlu membayangkan apapun, kamu akan tahu bagaimana kamu akan terlihat nantinya” Ajabde melihat Phool bersedih “Kita berdua tahu kalau kita berdua adalah sahabat terbaik satu sama lain, tapi di istanaku, dibelakangmu, rakyatku biasanya memanggil kamu dengan sebutan pelayanku, apalagi nenekku telah melakukan banyak hal dan menghina kamu sebagai anak seorang Samant, tapi hari ini aku sangat bangga untuk mengatakan pada semua orang kalau sahabatku akan menjadi Maharani Mewar” mereka berdua berpelukkan dengan perasaan haru
Di kerajaan Mewar, Ratu Veer Bai melihat kamar yang lain yang juga telah di dekorasi dengan berbagai macam bunga bunga beraneka warna “Kakak, kenapa kamar ini juga dihias dan untuk siapa semua persiapan ini ?” Ratu Jaiwanta memintanya untuk tidak mengganggunya terlebih dulu karena masih banyak yang harus dikerjakan, Ratu Veer Bai meminta maaf namun ketika Ratu Veer Bai hendak pergi, Ratu Jaiwanta akhirnya setuju untuk mengatakan padanya
Di istana Senthi, Phool mengajak Pratap ke dangal (tempat latihan) untuk menguji keberaniannya, ada seekor kuda liar didalam kandang yang berada diluar “Pangeran Pratap, kuda ini baru datang dari Marwar, dia tidak pernah membiarkan siapapun menungganginya dengan kata lain dia itu tidak pernah tunduk pada siapapun !” ujar Phool sambil menunjuk ke arah kuda hitam yang ada didepan mereka “Aku dengar kalau kamu bisa menguasai kuda dengan baik, lakukanlah dan menikahlah dengan sahabatku” Chakrapani meminta Pratap untuk menolaknya tapi Pratap menyetujuinya “Seorang ksatria harus siap untuk semua tantangan yang ada kapanpun” ujar Pratap sambil memasuki kandang tersebut dan mencoba untuk menjinakkan kuda itu, kuda hitam itu mencoba memberontak ketika Pratap berusaha memegang tali kekangnya, Pratap menatap kearah mata si kuda dan kuda itupun akhirnya tenang, akhirnya Pratap berhasil menunggangi kuda itu, Chakrapani memuji Pratap dan mengelu elukan nama Pratap dengan bangganya “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” Ratu Hansa Bai menghampiri mereka untuk mengetahui apa yang sedang mereka lakukan, rupanya mereka tidak ingin membiarkan Pratap beristirahat barang sejenak, Phool segera mengundang Pratap masuk ke dalam istana
Phool dan Saubhagyawati mengajak Pratap ke sebuah ruangan, saat Pratap hendak duduk, Chakrapani mencoba menggodanya, Pratap telah mengetahui semuanya dan menunjukkan pada mereka tentang persiapan yang special yang telah dibuat Phool untuknya yaitu berupa seprei tempat tidur yang robek, papads dan lain sebagainya “Bagaimana kamu tahu tentang semua ini ? Dan ketika kamu sudah mengetahuinya kenapa kamu tetap saja mendudukinya ?” Pratap hanya ingin menyenangkan saudara iparnya dan tidak ingin membuat mereka kesal, sehingga mereka merasa rencananya berhasil untuk menggoda Pratap, oleh karena itu Pratap mau mendudukinya, tak lama kemudian pengantin laki laki dipanggil untuk memulai ritual acara pernikahan, Pratap nampak bahagia mendengarnya.
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 280 by. Sally Diandra