SINOPSIS MAHAPUTRA episode 277 part. 1 (15 September 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 277 part. 1 (15 September 2014) by. Sally Diandra Di kerajaan Mewar, Ratu Jaiwanta terkejut ketika melihat Ajabde berada di kamar Pratap, sementara Ratu Bhatyani tersenyum sinis, Ratu Jaiwanta bertanya pada Ajabde “Ajabde, apa yang kamu lakukan disini ?” Pratap mencoba untuk menjelaskan pada ibunya tapi ibunya meminta Pratap untuk diam, Ratu Jaiwanta ingin tahu apa alasan Ajabde, Ajabde hanya bergumam sambil kebingungan “Ibu tidak ingin mendengar alasan atau permintaan maaf apapun atau juga penjelasan dari Ajabde karena dia ini sangat tahu dengan tradisi kita yaitu calon pengantin laki laki dilarang untuk melihat wajah pengantin perempuannya setelah ritual Haldi (pasta kunyit), hal ini dianggap tabu dan tidak menguntungkan” ujar Ratu Jaiwanta, Ratu Bhatyani segera pergi keluar dari kamar Pratap, Ajabde meminta maaf pada calon ibu mertuanya ini “Aku masih bisa pergi tanpa pemberitahuan siapapun, Rani Ma ,,, aku mohon maafkan aku” namun Ratu Jaiwanta menolaknya “Kamu seharusnya tahu, Ajabde ,,, kalau semuanya tidak bisa diabaikan atau disembunyikan seperti ini” ketika Ratu Jaiwanta memanggil Ratu Bhatyani, Ratu Bhatyani sudah tidak berdiri dibelakangnya, Ratu Jaiwanta sedikit terkejut, tiba tiba Ratu Bhatyani muncul dengan Raja Udai Singh yang menatap ke arah Ajabde dengan marah 

Di istana Senthi, Ratu Hansa Bai bertanya pada Phool apakah apa yang dikatakan oleh Ratu Uma Devi itu benar atau tidak ? “Apakah betul, Phool ,,, kalau Ajabde pergi menemui pangeran Pratap ?” Phool membenarkan ucapan neneknya kalau Ajabde pergi ke kamar Pratap, Ratu Hansa Bai sangat kecewa pada Ajabde “Bagaimana bisa dia melakukan hal seperti ini ?”, “Kamu ini seharusnya bertanya pada anakmu sendiri, bukannya marah pada Phool, cucuku ,,, apalagi Ajabde sangat tahu tentang adat istiadat dengan baik tapi dia tetap saja pergi ke sana tanpa memberitahu siapapun, kenapa kamu jadi menyalahkan cucuku ?” Phool tidak suka dengan ucapan neneknya, Phool meminta agar neneknya tidak membuat suasana jadi semakin keruh tanpa alasan apapun, Ratu Hansa Bai setuju kalau Ajabde telah membuat sebuah kesalahan, Ratu Uma Devi menyebutnya sebagai tindakan kriminal, Ratu Hansa Bai sangat mengkhawatirkan Ajabde “Kenapa dia melakukan hal ini ?” Phool menjelaskan pada Ratu Hansa Bai bagaimana Ajabde sangat mengkhawatirkan Pratap “Dia itu melakukan hal ini tidak disengaja, kamu tahu kan bagaimana dia, ini bukan kebiasaannya melanggar peraturan dan tradisi yang ada” Raja Mamrak Ji mendengar pembicaraan mereka dan mulai penasaran “Apa yang terjadi pada Ajabde kali ini ?” tanya Raja Mamrak Ji heran 

Di kerajaan Mewar, di kamar Pratap, Ratu Bhatyani merasa menang bisa mempermalukan Ajabde di depan semua orang dengan berkata kalau apa yang dilakukan oleh Ajabde itu adalah sebuah tindakan kejahatan, Ratu Bhatyani mencoba bertanya pada Ajabde tentang tradisi mereka “Apakah kamu mempermainkan peraturan dan tradisi kita yang sudah turun temurun, Ajabde ? Kamu memasuki kamar pangeran Pratap seperti seorang pencuri melalui sebuah jendela, kenapa ?” Ajabde hanya bisa berdiri dan terdiam disana dengan wajah tertunduk “Bagaimana kak Jaiwanta, apakah aku terlalu berlebih lebihan sekarang ? Kamu adalah seorang Maharani utama di istana ini, kamu tidak pernah mengabaikan ritual apapun sampai hari ini atau bahkan melanggar peraturan apapun, rasanya sangat sulit untukmu yang selalu mengikuti tugasmu dengan rajin tapi ternyata Ajabde membuktikannya kalau dia itu tidak mempunyai norma norma pada tradisi kita sama sekali, semua itu sepertinya tidak masalah untuknya sama sekali” 

Ratu Bhatyani mulai mengejek Ratu Jaiwanta dengan kata kata pedasnya “Kita mempunyai sebuah contoh untuk orang orang kita melalui tingkah laku kita, mau jadi apa harga diri kita didepan mereka ? Apakah kita akan menyembunyikan tindakan kejahatan ini sebaik mungkin karena perasaan kita telah melekat pada gadis ini, Rana Ji ?” Pratap mencoba menyela ucapan Ratu Bhatyani tapi Ratu Jaiwanta memintanya untuk tidak ikut campur dengan masalah ini “Bagaimana pendapatmu tentang insiden ini, Rana Ji ?” Ratu Bhatyani mencoba mendesak suaminya untuk memberikan pendapat, Ratu Bhatyani mencoba mengungkit soal dharma “Hal ini sangat bertentangan dengan dharma kita dan kamu sangat tahu itu, Rana Ji” Raja Udai Singh hanya terdiam mendengarkan ucapan Ratu Bhatyani “Menjadi salah satu istrimu adalah tugasku untuk menginformasikannya ke kamu tentang hal ini, jika kamu tetap memilih untuk diam maka aku juga akan ikut diam dan aku akan berfikir kalau tidak ada norma norma tradisi kita atau dharma kita lagi di dalam keluarga kita” Raja Udai Singh segera menyangkal ucapan istrinya itu “Aku akan menganggap masalah ini serius” Raja Udai Singh segera memanggil pelayannya untuk mengabarkan pada kedua orang tua Ajabde agar datang ke istana Chittor, Ratu Bhatyani nampak sangat senang mendengarnya, akhirnya rencananya berhasil. 

Di istana Senthi, Phool meminta agar jangan menyalahkan Ajabde tapi salahkanlah dirinya “Dia tidak melakukan apa apa, aku tahu tentang pesan itu yang ditujukan untuk kamu dari Chittor tentang serangan pada pangeran Pratap, aku tidak bisa mengontrol diriku sendiri dan menceritakan pada Ajabde tentang semuanya, Ajabde benar benar khawatir ketika dia mendengar tentang serangan itu, itulah mengapa dia bergegas memutuskan untuk melihatnya dengan mata kepalanya sendiri” Raja Mamrak Ji sangat kaget “Apakah dia tidak mengatakan pada salah satu diantara kita sebelum dia melakukan sesuatu yang memalukan ? Apakah dia tidak tahu kalau dia itu sebentar lagi akan menikah ? Dia itu pergi ke rumah sebuah keluarga dimana dia harus menentukan setiap langkahnya dengan sangat hati hati, beberapa orang bahkan telah mencoba untuk menghancurkan hubungan ini, mereka ingin sekali agar Ajabde melakukan beberapa kesalahan dan menemukan sebuah alasan yang kuat yang bisa menentangnya, apakah dia tidak mengetahui hal itu ?” 

Raja Mamrak Ji juga marah pada Ratu Hansa Bai karena tidak bisa mencegah Ajabde “Kita tidak bisa melakukan apa apa lagi sekarang, kita hanya bisa berdoa semoga dia bisa pulang dengan selamat, tapi bagaimana kalau ada seseorang yang mengetahuinya ?” Ratu Uma Devi mencoba meyakinkan Raja Mamrak Ji kalau dirinya tidak akan menceritakan pada siapapun tentang hal ini tepat pada saat itu salah seorang pelayan menemui mereka membawa pesan dari Raja Udai Singh untuk mereka, kedua orang tua Ajabde dan Phool sangat terkejut, sementara Ratu Uma Devi sangat senang mendengarnya “Mungkin bisa jadi semua orang telah tahu tentang Ajabde yang telah membuat sebuah kesalahan yang sangat besar, kalian harus memikirkan beberapa jawaban mulai dari sekarang” ejek Ratu Uma Devi pada kedua orangtua Ajabde 

Di kerajaan Mewar, semua orang kali ini berkumpul di ruang keluarga, para orangtua nampak tegang, Raja Udai Singh juga gelisah sambil berjalan mondar mandir, sedangkan Ajabde berdiri ketakutan bersama Pratap, Ajabde meminta maaf pada Pratap yang sama sekali tidak marah padanya untuk hal apapun yang dia lakukan “Kamu selalu melakukan sesuatu hal yang kamu yakini” ujar Pratap namun Ajabde merasa ketakutan, Pratap meyakinkan Ajabde kalau dirinya akan selalu bersamanya, tiba tiba mereka berdua langsung terdiam begitu Raja Udai Singh menatap tajam ke arah mereka dan tak lama kemudian Raja Mamrak Ji, Ratu Hansa Bai, Ratu Uma Devi dan Phool memasuki ruangan tersebut dan memberikan salam pada mereka, Raja Udai Singh sekeluarga membalasnya, Phool segera berdiri di sebelah Ajabde sambil memegang tangan Ajabde untuk memberikannya dukungan, sedangkan para orang tua berdiri di sebrang mereka, Ratu Uma Devi saling tersenyum sinis penuh arti dengan Ratu Bhatyani satu sama lain 

Raja Udai Singh menceritakan semuanya ke ayah Ajabde, Raja Mamrak Ji tentang kesalahan Ajabde “Raja Mamrak Ji, hal ini sungguh tidak beralasan dan tindakannya ini sangat tidak dapat diterima, apakah kamu punya saran untuk hal ini ?” Raja Mamrak Ji merasa malu, kecewa dan sedih karena perlakuan Ajabde “Maharana Udai Singh, aku ini adalah Samantmu sebelumnya dan kamu adalah Rajaku, aku akan mematuhi semua keinginanmu dan keputusanmu karena aku tahu hal ini berdasarkan pada dharma kita” ujar Raja Mamrak Ji sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada sebagai tanda meminta maaf dan penyesalan yang mendalam, melihat hal ini Raja Udai Singh pun sedikit melunak 

“Maharana Udai Singh, Ajabde melakukan hal ini karena dia itu khawatir terhadap pangeran Pratap setelah mengetahui tentang serangan yang ditujukan padanya, dia tidak bisa mengontrol dirinya sendiri, hanya itu kesalahan Ajadbe” Raja Mamrak Ji langsung menghentikan ucapan istrinya yang mencoba menjelaskan ke Raja Udai Singh sekeluarga “Ajabde seharusnya tidak melakukan hal itu, leluhur kita telah membuat beberapa batasan yang tidak boleh dilanggar, peraturan adalah merupakan cara tertinggi dari pada perasaan dan keinginan seseorang, Ajabde menjadi sangat emosional dan melupakan semuanya, dia melupakan etika dalam rasa khawatirnya untuk pangeran Pratap, jangan katakan kalau Ajabde hanya melakukan hal ini atau hal itu, dia telah berkomitmen melakukan sebuah tindakan kriminal” Ratu Bhatyani memuji perasaan yang seimbang diantara kedua orang tua Ajabde dengan nada mengejek 

“Bagus sekali, yang satu membela terdakwa sementara yang lainnya menentangnya sehingga kita bisa melihat dengan jelas motif yang tersembunyi dibelakangnya, mereka berdua telah menjaga anaknya dari dua sisi dengan indahnya, sehingga tidak ada seorangpun yang bisa menentang kalian berdua, Ajabde tidak bisa disalahkan, kedua orangtuanyalah yang seharusnya disalahkan untuk hal ini karena mereka tidak memberikan pengasuhan yang tepat sehingga Ajabde memiliki keberanian untuk melawan mereka atau melanggar peraturan yang ada dan ritual yang berlaku di negeri kita” Raja Mamrak Ji dan Ratu Hansa Bai hanya bisa terdiam mendengar ocehan si ratu culas “Aku jadi berfikir dari mana seorang anak Samant ini mendapatkan keberanian itu ? Sekarang aku tahu jawabannya” Pratap langsung menyela ejekan ibu tirinya ini

“Choti Ma, aku harap pikirkan terlebih dulu sebelum berbicara yang tidak tidak” Ratu Hansa Bai segera mencegah Pratap untuk tidak menyela pembicaraan para orang tua atau mereka akan di salahkan karena memanjakan perlakuannya “Pangeran Pratap memang tidak memikirkan siapapun atau apapun, yang dipikirkannya hanya Ajabde, saatnya sudah tidak jauh lagi ketika dengan mudahnya pangeran Pratap akan mengikuti apapun yang Ajabde ucapkan” Ratu Jaiwanta yang sedari tadi diam, mulai tidak suka dengan sindiran Ratu Bhatyani yang terus menerus mencerca mereka “Cukup, Rani Bhatyani !” bentak Ratu Jaiwanta “Semuanya ada batasnya, aku tahu kalau Ajabde telah melakukan sebuah kesalahan tapi apa yang kamu lakukan ini tidak bisa di toleransi, kamu tidak boleh merendahkan setiap orang dengan cara seperti ini” Ratu Bhatyani mencoba membela dirinya dengan mengatakan kalau yang dia katakan itu adalah kenyataan yang sebenarnya yang memang selalu pahit bila didengarkan “Kita selalu lupa kalau saat ini kita sedang membahas ketidak disiplinan anak perempuan Samant ini, jika kita membiarkannya maka suatu hari nanti rakyat kita akan membuat sebuah gurauan tentang kita karena hal ini, sejarah tidak akan dilupakan, begitu pula kita, apalagi Rana Ji selalu memikirkan Samantnya yaitu Rao Mamrak Ji karena dia adalah saudaranya tapi dia tidak memberikan balasan yang setimpal, kamu telah memberikan kami, Ajabde dimana Rana Ji harus menanggung malu lagi dan lagi” ejek Ratu Bhatyani sinis 

“Cukup, Choti Ma !” Ajabde yang sedari tadi hanya terdiam mulai kehilangan kontrolnya setelah mendengar ejekan Ratu Bhatyani yang merendahkan harga diri ayahnya, semua orang terkejut dan menatap kearah Ajabde dengan tatapan tidak percaya SINOPSIS MAHAPUTRA episode 277 part. 2 (15 September 2014) by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top