
Barkath mendekati kedua orang tuanya dan berkata “Ayah, ibu ,,, aku tidak menginginkan saham propertiku itu karena gara gara aku, kak Fahad dan kedua istrinya jadi bertengkar” ujar Barkath dengan wajah pura pura memelas “Rasanya sangat mudah untuk merusak orang orang di rumah ini, dimana disini ada dua orang perempuan yang tolol !” bathin Barkath alias Bobby dalam hati, pada saat yang bersamaan saat itu Nafisa dan Shaziya sedang mengepak pakaian mereka dan anak anak mereka masing masing kemudian keluar dari kamar mereka bersama anak anak, anak anak mereka saling berteriak “Mama, aku tidak ingin pergi dari sini”, “Iyaaa, aku tidak mau, mama” Aroob, Sana dan Saif saling bersahut sahutan tidak ingin pergi dari rumah yang mereka diami sejak mereka masih bayi, namun Shaziya dan Nafisa tidak bergeming, mereka terus menyeret tangan anak anak mereka agar keluar dari rumah itu, tiba tiba dari arah belakang terdengar suara Surayya “Berhenti !”
Nafisa dan Shaziya segera berhenti di tengah ruangan “Anak anak sekarang kalian boleh pergi dan bermainlah” ujar Surayya sambil memeluk ketiga cucu cucunya kemudian mereka berlalu sambil tertawa senang “Aku paling tidak suka kalau ada seseorang yang salah paham dengan suamiku, tuan Usman” ujar Surayya sambil memperhatikan kedua menantunya “Sangat jelas kalau kami merasa kesal karena Fahad telah membantu ayah untuk membangun kerajaan bisnisnya, tapi ayah seenaknya saja membagikan 51% saham ke Barkath” uajr Nafisa “Ayahmu memberikan 51% sahamnya karena dia tidak bisa melihat Barkath itu dihina” jelas Surayya “Jika ayah melakukan hal semacam itu maka ayah seharusnya membagi juga” Surayya tertegun “Usman tidak akan melakukan pembagian lagi !” Fahad segera menyuruh ke dua istrinya itu pergi dari sana“ Kalian pergi saja sana ! Tapi anak anak tidak akan kemana mana, anak anak tetap ada disini !” bentak Fahad lantang pada kedua istrinya “Aku akan tetap membawa anak anak pergi dan pergi dari sini !” ujar Shaziya dan Nafisa kompak
“Shaziya, kita tidak bisa pergi tanpa pembagian itu !” bisik Nafisa, Shaziya segera melirik ke arah Nafisa dan berkata “Tenang saja, Fahad pasti akan menghentikan kita” ujar Shaziya, kemudian mereka berdua bergegas menuju ke pintu depan, dari arah belakang Zain langsung menghentikan mereka, tepat pada saat itu Barkath juga menghampiri mereka dari arah depan dan menghentikan kedua istri Fahad itu “Kakak ipar, kalian berdua tidak bisa pergi dengan cara seperti ini” ujar Barkath dengan nada memelas, padahal dalam hatinya berkata “Ini dia dua orang perempuan tolol yang merupakan senjataku, jika mereka pergi maka aku tidak bisa melaksanakan rencanaku” bathin Barkath dalam hati “Aku juga tidak akan membiarkan kalian berdua pergi dari rumah ini” ujar Zain “Aku mohon, kak ,,, tetap tinggallah bersama kami selama 2 hari ini” pinta Barkath dengan nada memelas lagi, Barkath memulai sandiwaranya “Lalu apa yang akan terjadi dalam dua hari ?” tanya Shaziya penasaran “Sebuah keputusan akan diambil” Nafisa dan Shaziya saling berpandang pandangan satu sama lain begitu mendengar ucapan Barkath “Jika sebuah keputusan tidak dibuat maka kami tidak akan tinggal disini lagi !” Fahad semakin kesal dengan ulah kedua istrinya yang begitu gila akan harta
“Barkath ! Kenapa kamu menghentikan mereka, biarakan mereka pergi !” teriak Fahad dari kejauhan “Aku ingin membagi saham propertiku, aku akan membicarakannya dengan ayah untuk tidak membagi rumahnya ini” Nafisa dan Shaziya akhirnya setuju kemudian mereka berdua masuk ke dalam rumah, sepeninggal Shaziya dan Nafisa, Surayya sangat terharu begitu mendengar keputusan Barkath “Pikiranmu itu sangat mulia” Surayya segera memeluk anak bungsunya ini, Fahad juga memeluk Surayya dan Barkath begitu pula Zain juga memeluk mereka bertiga, Barkath tersenyum licik sambil memeluk Surayya “Sebentar lagi, aku akan menghancurkan rumah Surayya” bathin Barkath dalam hati
Di halaman depan, Usman sedang memperhatikan tulisan Barkath Villa di halaman rumahnya dengan tatapan sedih, Aaliya menemui Usman sambil membawakan obat untuknya “Seorang laki laki menghabiskan seluruh hidupnya dan impiannya untuk membangun sebuah rumah tapi disini ada dua orang perempuan yang ingin membagi rumahku” Usman mencoba mencurahkan seluruh isi hatinya pada Aaliya dengan nada sedih “Aku tidak pernah mengira kalau hal ini akan terjadi, aku fikir semuanya ini adalah milik anak anaknya” Aaliya hanya diam mendengarkan ucapan mertuanya “Kamu tahu Aaliya, ketika seorang laki laki menabur benih di ladang dan tumbuhlah pohon, lalu jika seseorang ingin memotong pohon itu maka dia pasti akan merasa kecewa, aku tidak akan membagi rumah ini selama aku masih hidup” ujar Usman sedih “Ayah, ayah tenang saja, aku janji aku tidak akan membiarkan pembagian itu terjadi di rumah ini” ujar Aaliya,
