SINOPSIS MAHAPUTRA episode 81 (8 Oktober 2013)
Ketika pasukan Mughal bersama Bhairam Khan mulai meninggalkan benteng Chittor, dari tempatnya berdiri, Pratap berusaha untuk melempari Bhairam Khan dengan sebuah batu, ketika batu itu dilempar ternyata Bhairam Khan berhasil menangkap batu tersebut dengan sigap sambil memandang marah ke sekelilingnya “Siapa ini yang telah melemparkan batu ini kearahku ? Jangan jadi pengecut ! Kalau kamu berani, keluarlah dan menghadap didepanku sekarang juga !” Pratap segera menghadap ke depan Bhairam Khan yang saat itu masih menunggangi kudanya “Aku ada disini !” tantang Pratap, Bhairam segera menoleh dan dilihatnya ada seorang anak kecil yang berdiri menantang di depannya “Sebutkan namamu sebelum aku membunuhmu !” ujar Bhairam Khan sambil turun dari kudanya dan memperhatikan Pratap dari atas hingga bawah “Kamu seharusnya berfikir untuk menyelamatkan nyawamu sendiri dari seorang Rajput !” ujar Pratap lantang “Mengapa kamu menyerang aku dari belakang jika kamu memang seorang Rajput ?” ejek Bhairam Khan “Itulah sebabnya akhirnya aku muncul didepanmu !” tepat pada saat itu dua orang prajurit Mughal maju menyerang Pratap, Pratap dengan sigap segera menghindar dan berhasil melumpuhkan mereka dengan mengambil salah satu pedang mereka, Bhairam Khan melihatnya dengan tatapan heran tak lama kemudian para prajurit yang lain hendak menyerang Pratap, namun Bhairam Khan melarang mereka mendekat dan membantunya “Ini adalah pertarungan antara aku dan anak ini, kalian tidak usah ikut campur !” bentak Bhairam Khan pada pasukannya yang berdiri di belakangnya, tak lama kemudian Bhairam Khan menyerang Pratap dan duel diantara merekapun tak terelakkan, Bhairam sangat terkesan dengan keberanian dan kemampuan Pratap, beberapa kali Pratap mampu menghindar dari sabetan pedangnya.
Di kerajaan Mewar, ketika Maharaja Udai Singh dan Ravatji sedang berdiskusi bersama para petinggi Mewar, salah seorang pelayan mereka mengabarkan pada Maharaja Udai Singh kalau saat ini Pratap sedang bertarung dengan Bhairam Khan, mereka semua terkejut, Maharaja Udai Singh secepat kilat meninggalkan istana bersama para menteri dan pasukannya.
Sementara itu, ketika Pratap sedang bertarung dengan Bhairam Khan tiba tiba pedang yang dipegangnya terlepas dari tangannya dan terjatuh di tanah, Pratap tertegun melihatnya, Bhairam Khan terus menerus mencoba untuk membunuh Pratap namun Pratap berhasil menghindar hingga akhirnya Pratap berhasil mengambil pedangnya yang jatuh tadi, kembali Bhairam Khan terkesan dengan keahlian Pratap dan memberikan pujian pada kemampuannya mengelak setiap sabetan pedangnya, dan ketika Bhairam Khan hendak melukai leher Pratap tepat pada saat itu seseorang memegang tangannya, yang ternyata adalah Maharaja Udai Singh, Bhairam Khan terkejut.
“Bhairam Khan ! Aku tidak akan membiarkan warga negara Mewar dibunuh di wilayahku “Aku akan menyeret keluar anak ini ke pinggiran kerajaan kemudian membunuhnya !” ujar Bhairam Khan kesal “Bhairam Khan, aku peringatkan padamu kalau kamu masih berada di perbatasan Mewar, aku masih bisa mendapatkan kamu dan jika aku mau aku bisa saja membunuh pasukanmu dalam sekejap pada saat itu juga ! Aku harap kamu tidak keluar dari batasanmu dan tetap pada perilakumu sebagai seorang utusan kesultanan Mughal dan tidak menciptakan perang dalam keadaan seperti ini” ujar Udai Singh tak kalah lantang, Bhairam Khan segera melepaskan tangan Raja Udai Singh seraya berkata “Kaisar Mughal Yang Mulia Raja Jalal akan menganggap aku sebagai ayahnya dan tidak akan pernah bertanya pada semua keputusanku !” ujar Bhairam Khan sengit “Pada kondisi seperti ini, tanggung jawabku meningkat, aku tidak akan menyalahgunakan kekuasaanku dan aku tetap menghormati dia sebagai kaisar” ujar Raja Udai Singh “Panglima Bhairam Khan, lupakanlah insiden ini dan kembalilah ke Agra dan berjanjilah untuk menguburkan peristiwa ini selama lamanya sehingga tidak ada seorangpun yang akan pernah mengetahuinya” pinta Ravatji, Bhairam Khan yang saat itu masih menahan marah segera meninggalkan mereka tapi kemudian menoleh dan memberikan peringatan pada Pratap “Aku akan selalu mengingat penghinaan ini selama lamanya ! Seseorang yang berani menantang Bhairam Khan tidak akan hidup lebih lama lagi !” tepat pada saat itu iring iringan tandu Ratu Jaiwanta sedang melintas di tempat tersebut, melihat ada anak dan suaminya, Ratu Jaiwanta segera meminta berhenti dan melihat mereka dari kejauhan, tak lama kemudian Bhairam Khan meninggalkan tempat itu bersama pasukannya. Raja Udai Singh memandang Pratap dengan tatapan marah namun tidak ada satupun kata kata yang keluar dari mulutnya, kemudian Raja Udai Singh juga segera meninggalkan tempat tersebut bersama dengan para menteri dan pasukannya, Pratap hanya bisa terdiam melihat kepergian ayahnya.
Sepeninggal Raja Udai Singh, Chakrapani segera menghampiri Pratap seraya berkata “Pratap, kalau kamu ingin bunuh diri maka lebih baik katakan dulu padaku” Pratap tersenyum mendengarkan ucapan temannya itu “Chakrapani, cara terbaik untukku agar tetap hidup dengan aman adalah dengan tidak tinggal bersamamu sama sekali” Chakrapani tertegun “Tapi itu tidak mungkin, Pratap !” kemudian mereka berdua tertawa bersama sama
Di istana Mewar, Ratu Bhatyani menemui Ratu Jaiwanta di kamarnya dan berkata “Sepertinya kasih sayangmu itu palsu untuk Pratap” Ratu Jaiwanta dengan tenang menjawab “Jangan menyalah gunakan kasih sayangmu, Maharani Bhatyani”, “Bagaimana bisa Pratap menantang orang yang dianggap paling kuat di kesultanan Mughal setelah Jalal ? Dia telah melanggar hidupnya sendiri dengan hidup seperti rakyat biasa yaitu dengan menantang bertarung dan ini sudah dimulai untuk mendapatkan pujian dari orang lain” Ratu Bhatyani secara terang terangan mengejek Pratap “Yang aku tahu, dia bisa saja pergi sejauh mungkin untuk memenuhi ambisi dan mencapai tujuannya” ujar Ratu Jaiwanta “Aku senang mendengarnya tapi aku tidak mendengar adanya pujian untuk Pratap dari kerajaan” ujar Ratu Bhatyani kemudian berlalu meninggalkan Ratu Jaiwanta yang terlihat kembali khawatir
Di ruang sidang, Raja Udai Singh sedang mendiskusikan insiden barusan bersama para menterinya, mereka mengatakan pada Raja Udai Singh kalau kejadian ini mungkin mempengaruhi skenario politik Mewar karena bagaimanapun Bhairam Khan bukanlah orang yang bisa di hina secara enteng seperti itu “Pratap memang telah bertindak seperti Rajput yang menghargai dirinya sendiri di depan Bairam Khan namun konsekuensi dari tindakannya ini tidak akan menyenangkan” ujar salah seorang menteri “Aku mendukung pada apa yang telah Pratap lakukan ke Bhairam Khan, melihat bahwa apa yang dilakukan oleh Pratap, seharusnya dilakukan oleh kita, tapi kita bisa melakukannya karena kita terikat pada kode etik perilaku kerajaan, sebenarnya aku juga ingin mengajarkan pada Bhairam Khan pelajaran yang baik ketika dia menghina Rajput di ruang sidang kehormatan” semua menteri rupanya setuju dengan pendapat Raja Udai Singh, tak lama kemudian seorang pelayan menemui Raja Udai Singh dan mengabarkan kalau Ratu Jaiwanta ingin bertemu dengannya segera.
Sementara itu di tempat Pratap, Pratap sedang membuat senjata, tiba tiba seseorang mengetuk pintu rumahnya, dengan hati hati Pratap segera membuka pintu rumahnya sambil membawa belati ditangannya, tiba tiba Chakrapani masuk dan meminta Pratap untuk keluar rumah, ketika Pratap keluar dari rumahnya, dilihatnya warga desa sedang berkumpul didepan rumahnya sambil membawakan hadiah untuknya “Pangeran Pratap, kami yakin setelah melihat kamu bertarung dengan Bhairam Kan tadi, kami yakin kalau hanya kamu yang bisa menyelamatkan kami dari serangan harimau pemakan manusia itu” Pratap tersenyum seraya berkata “Aku memang sudah merencanakan hal ini untuk memburunya” kemudian Pratap berbalik masuk ke rumahnya dan kembali ke hadapan warga desa sambil menunjukkan sebuah senjata yang baru dibuatnya untuk tujuan tersebut, semua warga desa merasa senang melihatnya.