SINOPSIS MAHAPUTRA episode 79 (3 Oktober 2013)
Malam itu Pratap sedang menuju ke rumahnya sendiri, sepulang dari memenuhi undangan makan malam di rumah keluarga Chakrapani, ketika dalam perjalanan, Pratap merasa ada seseorang yang menguntitnya dari belakang, namun dirinya juga teringat pada cerita orang orang di desa yang mengatakan ada seekor harimau si pemakan manusia yang sedang berkeliaran di hutan dan mengincar mangsanya, Pratap merasa mungkin saja harimau itu yang menguntitnya.
Suatu malam, Pratap mendengar suara ibunya, Ratu Jaiwanta ,,, yang memanggil manggil dirinya, Pratap berusaha mencari cari ibunya di sebuah ruangan yang gelap sambil membawa sebuah obor, Pratap juga memanggil manggil ibunya, tak lama kemudian dilihatnya ibunya sedang berdiri disana sambil terus memanggil namanya, Pratap segera menghampiri ibunya, dilihatnya ibunya sedang memegang sebuah belati yang menancap di perutnya, Pratap terkejut dan tak lama kemudian Ratu Jaiwanta terkulai lemas dan terjatuh, Pratap segera bangun dari tidurnya, Pratap baru menyadari kalau tadi dirinya baru saja mengalami mimpi buruk, Pratap mencoba mencari belatinya dari balik tumpukan baju yang dijadikannya sebagai bantal, Pratap menemukan belati itu dan membuangnya ke tanah dengan perasaan ngeri.
Dari arah luar rumahnya, Pratap mendengar ada suara orang orang yang menangis, Pratap segera keluar dari rumahnya dan mencari tahu apa yang terjadi, ternyata anak kecil yang ditemuinya kemarin malam di dalam hutan telah menghilang dan warga desa menduga kalau anak kecil itu telah dibawa oleh harimau si pemakan manusia yang berkeliaran di hutan, akhirnya Pratap memutuskan untuk mencari anak kecil itu bersama sama dengan warga desa yang lain.
Sementara itu Delhi ,,,,
Maham Angga dan Jalal sedang berbincang bincang di ruangan pribadi Jalal, saat itu Jalal sedang duduk dibelakang mejanya sambil memegang belati dan memperhatikan sesuatu di mejanya dengan tatapan tajam “Jalal, seekor singa tidak memangsa setiap hewan untuk membuktikan keunggulannya, dia hanya meneror dengan menyerang satu hewan saja dan menetapkan sebuah contoh untuk yang lainnya” Maham Angga rupanya memberikan nasehatnya pada Jalal untuk melakukan kemenangan yang sama seperti seekor singa dengan menguasai Rajput, tepat pada saat itu Ibu suri Hamida Banu (ibu kandung Jalal) menemui mereka dengan bertanya “Maham Angga kenapa kamu meracuni pemikiran Jalal untuk melawan Rajput ?” Jalal sangat senang ketika melihat ibunya datang menemuinya saat itu, Jalal langsung memberikan salam dengan mencium kedua tangan ibunya, Maham Angga memberikan salam pada Ratu Hamida, Ratu Hamida membalas salam Maham Angga, kemudian Ratu Hamida menceritakan pada Jalal bagaimana dulu Raja Rajput yang bernama Raja Umerkot memberikan tumpangan selama kehamilannya ketika Ratu Hamida sedang mengandung Jalal dan bagaimana dulu Jalal dilahirkan di sebuah kerajaan Rajput, Jalal sangat terkejut mendengarnya “Ya itu memang benar, Jalal memang dilahirkan di salah satu kerajaan Rajput tapi dia tidak bisa menjauhi dirinya dalam memenuhi keinginan terakhir ayahnya yang telah meninggal, Ratu Hamida ,,, pembentukan aturan Mughal di seluruh Hindustan akan sangat mungkin jika Rajput di taklukkan !” ujar Maham Angga dingin, kemudian berlalu meninggalkan Ratu Hamida, Jalal mengikutinya di belakang sementara Ratu Hamida tertegun mendengar ucapan Maham Angga.
Maham Angga dan Jalal sedang berbincang bincang di ruangan pribadi Jalal, saat itu Jalal sedang duduk dibelakang mejanya sambil memegang belati dan memperhatikan sesuatu di mejanya dengan tatapan tajam “Jalal, seekor singa tidak memangsa setiap hewan untuk membuktikan keunggulannya, dia hanya meneror dengan menyerang satu hewan saja dan menetapkan sebuah contoh untuk yang lainnya” Maham Angga rupanya memberikan nasehatnya pada Jalal untuk melakukan kemenangan yang sama seperti seekor singa dengan menguasai Rajput, tepat pada saat itu Ibu suri Hamida Banu (ibu kandung Jalal) menemui mereka dengan bertanya “Maham Angga kenapa kamu meracuni pemikiran Jalal untuk melawan Rajput ?” Jalal sangat senang ketika melihat ibunya datang menemuinya saat itu, Jalal langsung memberikan salam dengan mencium kedua tangan ibunya, Maham Angga memberikan salam pada Ratu Hamida, Ratu Hamida membalas salam Maham Angga, kemudian Ratu Hamida menceritakan pada Jalal bagaimana dulu Raja Rajput yang bernama Raja Umerkot memberikan tumpangan selama kehamilannya ketika Ratu Hamida sedang mengandung Jalal dan bagaimana dulu Jalal dilahirkan di sebuah kerajaan Rajput, Jalal sangat terkejut mendengarnya “Ya itu memang benar, Jalal memang dilahirkan di salah satu kerajaan Rajput tapi dia tidak bisa menjauhi dirinya dalam memenuhi keinginan terakhir ayahnya yang telah meninggal, Ratu Hamida ,,, pembentukan aturan Mughal di seluruh Hindustan akan sangat mungkin jika Rajput di taklukkan !” ujar Maham Angga dingin, kemudian berlalu meninggalkan Ratu Hamida, Jalal mengikutinya di belakang sementara Ratu Hamida tertegun mendengar ucapan Maham Angga.
Pratap sedang melanjutkan pencariannya di dalam hutan untuk mencari anak kecil yang hilang, Pratap menemukan jejak kaki harimau yang menuntun mereka ke sebuah potongan kain dan salah satu warga desa yang bersama Pratap saat itu menyatakan kalau kain itu adalah pakaian dari anak kecil yang hilang tersebut, Pratap teringat ketika dia bertemu dengan anak kecil itu, ketika dia menggendongnya dibelakang. Pria yang bersama Pratap tadi merasa ketakutan, dia takut bahaya akan datang padanya sesaat lagi “Pangeran Pratap, aku minta ijin kalau aku mau kembali pulang ke desa saja” Pratap bisa memahami kepanikan dan ketakutan yang mendera pria ini, Pratap segera mengambil belatinya dan diberikannya belati itu pada orang tersebut sebagai keamanannya di jalan nanti dan menyuruh pria itu pergi dari sana. Pratap kemudian melakukan pencariannya seorang diri dan tak berapa lama, Pratap menemukan jenazah anak kecil sedang teronggok di bawah pohon, Pratap bisa mengenali kalau jenazah itu adalah anak kecil yang kemarin di temuinya di dalam hutan, Pratap menangis sedih, tepat pada saat itu segerombolan orang orang berpakaian putih sedang memperhatikan Pratap dari atas pohon.
Ketika Pratap sedang meratapi kepergian si anak kecil tersebut, tiba tiba dirinya diserang oleh beberapa anak panah yang dilesatkan ke arahnya, orang orang berpakaian putih itulah yang memanahnya sedari tadi dari atas pohon.
Pratap berusaha bekelit dari serangan panah mereka “Heiii kalian para pengecut ! Kalau berani ayooo keluar sekarang juga ! Ayooo keluar ! kalau berani hadapi aku ! Jangan bersembunyi seperti itu !” ujar Pratap lantang, namun sayangnya ketika Pratap maju selangkah, Pratap masuk dalam jebakan mereka, kaki Pratap segera ditarik keatas hingga membuatnya tergantung dengan kepala dibawah, orang orang berpakaian putih itu segera turun dari atas pohon dan menghampiri Pratap “Tolong, aku mohon lepaskan aku” ujar Pratap dengan mengiba, namun orang orang itu tidak mengenali Pratap sebagai putra mahkota, ketua kelompok orang tersebut berkata “Ini tidak menjadi masalah kalau kamu adalah kepala desa atau seorang pangeran kerajaan, peraturan tetap sama disini dan peraturan di hutan, jika ada seseorang yang memasuki hutan tanpa permisi maka dia harus membayar untuk itu !” ujar sang ketua “Aku datang kesini untuk mencari dan membunuh harimau si pembunuh manusia, dia telah mengganggu warga desa dan dia juga telah membunuh temanku” bela Pratap, akhirnya sang ketua melepaskan Pratap tapi dengan sebuah peringatan jangan sampai Pratap bertemu lagi dengannya di hutan.
Keesokan harinya di desa, semua orang berkumpul mengitari mayat anak kecil yang dibunuh oleh harimau, ibu anak kecil itu meratapi kematian anaknya, Pratap juga ada disana “Aku menginginkan keadilan atas kematian anakku” pintu ibu si anak tadi tapi warga desa malah memprotesnya “Pratap ini adalah tamu kita dan kita sendiri juga tidak bisa membahayakan nyawa Pratap untuk kepentingan kita, dia telah cukup menderita untuk membawa kembali mayat anakmu ini dari hutan yang berbahaya itu, kita seharusnya tidak mengharapkan sesuatu yang lebih dari dirinya dan kita harus menerima dan pasrah pada nasib kita sendiri dimana kita tinggal di desa ini dengan perasaan takut dan terancam akan keganasan Harimau si pemakan manusia itu” ujar salah satu warga “Aku janji aku akan membunuh harimau itu dan memberikan keadilan untuk ibu yang sedang berduka ini !” ujar Pratap mantap
Di kerajaan Mewar, Chakrapani segera menemui Ratu Jaiwanta, ibu kandung Pratap, Chakrapani menduga kalau Ratu Jaiwanta pasti terlibat dengan pengasingan Pratap dari istana tapi sejurus kemudian Chakrapani bertanya tanya “Kalau Maharani Jaiwanta terlibat dengan pengasingan Pratap tapi kenapa saat ini Maharani Jaiwanta ingin tahu tentang keadaan Pratap ?” bathin Chakrapani dalam hati “Chakrapani, sebagian diriku telah hilang bersama sama dengan ketidak hadiran Pratap di istana ini” ujar Ratu Jaiwanta sedih “Saat ini Pratap hidup sebagai rakyat biasa, Maharani ,,, sepertinya dia berharap dan dalam rentang waktu yang cukup singkat, dia telah menjadi idola di mata warga desa, apalagi Pratap juga berjanji akan membunuh harimau si pemakan manusia” ujar Chakrapani, tiba tiba Ratu Jaiwanta teringat akan ancaman Ratu Bhatyani kemarin ketika mereka sedang bermain dadu “Maharani Jaiwanta, pangeran Pratap itu harus di hentikkan karena itu sangat beresiko sekali kalau ingin membunuh hewan buas itu, aku juga telah memperingati pangeran Pratap soal ini” ujar Chakrapani cemas “Aku kenal betul siapa Pratap, aku mengetahuinya dengan baik, dia bisa pergi ke batas tertentu untuk menjamin keamanan rakyatnya, aku tidak takut kalau Pratap akan menyerang harimau itu” ujar Ratu Jaiwanta tenang “Karena yang lebih aku takutkan adalah Maharani Bhatyani, dialah nanti yang akan mengganggu kehidupan Pratap” bathin Jaiwanta sedih