SINOPSIS MAHAPUTRA 475 (25 Agustus 2015)
Masih di arena pertandingan di kerajaan Udaipur, Pratap dan Chandrasen sedang bersiap siap untuk menghadapi babak ketiga, Pratap dan Chandrasen harus melewati putaran leter U bersama kuda mereka masing masing sambil saling menjatuhkan lawan dengan tongkat yang mereka bawa, ketika pertandingan telah dimulai, kuda Chandrasen telah melaju kencang sementara kuda Pratap tidak fokus, Pratap sendiri juga tidak bisa mengendalikan kudanya, ketika mencoba melaju dengan kuda hitamnya, perhatiannya terpecah, antara kudanya dan menjatuhkan Chandrasen dan Pratap berkali kali kena pukulan dari Chandrasen.
Sementara Pratap sedang berusaha mengendalikan kuda hitam dan mencoba membalas pukulan Chandrasen, Chetak, kuda kesayangan Pratap yang berwarna putih tiba tiba dalam benaknya teringat akan perbuatan Jagmal, Kanak Raj dan Raimal kemarin malam, Chetak meringkik keras di kandang kudanya seakan akan tahu apa yang akan dialami oleh tuannya.
Kembali di arena pertandingan, Pratap mencoba menenangkan kuda hitam yang ditungganginya “Ayooo, aku sangat membutuhkan dukunganmu, aku harus bisa memenangkan kompetisi ini” tepat pada saat itu Chandrasen sudah berada di jalur yang sama dan langsung menghantam Pratap, dari tempat duduk para ratu dan raja, Amar Singh, anak Pratap merasa khawatir tegang melihatnya ayahnya dimana dalam kompetisi ini salah satu dari mereka harus bisa membuat lawannya jatuh dari kuda “Kalau begini caranya ayah akan mati, ibu” Ajabde, istri Pratap juga ikut tegang begitu mendengar ucapan Amar “Amar, lebih baik pikirkan dulu sebelum kamu berbicara” Ajabde berusaha menenangkan anaknya, Ratu Bhatyani yang duduk didepannya juga tegang dan menangis melihat keadaan Pratap.
Dari atas benteng Guruji berteriak memperingatkan untuk bertanding dengan cara yang benar namun Chandrasen menganggapnya pertandingan ini sebagai perang antara dirinya dan Pratap, Guruji lalu menyuruhnya berhenti namun Pratap menolak, dirinya masih ingin terus meneruskan kompetisi ini sampai ada pemenangnya. Akhirnya mereka berdua melanjutkan pertandingan kembali dan kembali Pratap mendapat pukulan telak dari Chandrasen berulang ulang kali, bahkan Pratap hampir saja jatuh ke tanah namun Pratap berusaha bertahan untuk tetap diatas kuda hitamnya, Ratu Bhatyani tidak tega melihat hal ini, tak terasa pipinya basah oleh airmata, begitu pula keluarga kerajaan yang lain dan tamu tamu undangan juga terlihat tegang kecuali Jagmal dan Raimal yang merasa puas dengan apa yang dialami oleh Pratap, mereka memang menginginkan Pratap kalah dalam kompetisi ini.
Di kandang kuda, Chetak meringkik keras dan berusaha untuk melepaskan dirinya dari ikatan tali yang mengikatnya di kedua sisi, setelah berjuang sekuat tenaga akhirnya Chetak berhasil melepaskan diri dari tali yang mengikatnya tadi, Chetak segera berlari menuju ke arena pertandingan, seakan akan tahu kalau tuannya saat ini sedang membutuhkan bantuannya.
Dari kejauhan begitu Chetak memasuki pintu arena pertandingan, Pratap bisa merasakan kehadiran kuda putih kesayangannya itu, semua orang yang ada disana terperangah menatapnya tidak percaya terutama Raimal dan Jagmal. Chetak segera menghampiri tuannya dan Pratap pun langsung berganti menunggangi Chetak tanpa turun dari kuda hitam sebelumnya “Terima kasih teman !” puji Pratap pada kuda putih kesayangannya itu, semua keluarga kerajaan merasa senang dan lega begitu Pratap menunggangi Chetak. Kali ini giliran Pratap yang memukul Chandrasen, para raja raja tamu undangan mulai khawatir karena kali ini Pratap memiliki kesempatan untuk mengalahkan Chandrasen “Chetak, kita harus mengakhiri pertandingan ini sekarang !” Pratap melaju bersama Chetak dan berhasil menjatuhkan Chandrasen ke tanah, Pratap segera menghentikan Chetak yang ingin menyerang Chandrasen, semua orang mendukung Chetak, Chetak mencoba lagi untuk menyerang Chandrasen namun Pratap segera menghentikannya, Chandrasen meminta Pratap untuk melakukan hal itu yaitu menghajarnya habis habisan “Aku akan melakukan hal yang sama jika aku ada di posisi kamu, pangeran Pratap !” namun Pratap menolak “Aku ambil bagian dalam kompetisi ini karena misiku untuk menyatukan Rajputana, aku tidak ingin melihat kamu menderita begitu parah karena itu sama artinya aku melihat saudara sendiri menderita, jika aku memiliki seorang ksatria seperti kamu yang mendukungku dalam medan perang maka itu akan sangat membanggakan bagi seluruh Rajputana” ujar Pratap sambil turun dari kudanya kemudian mengulurkan tangannya ke arah Chandrasen, Chandrasen dengan senang hati menerimanya, seluruh arena pertandingan mulai bersorak sorai memberikan pujian ke Pratap “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” semua orang merasa senang dengan kemenangan Pratap tapi tidak untuk Bhagwan Das yang tampak marah sambil melirik ke arah Raimal dan Jagmal.
Kembali ke istana Udaipur, saat itu Jagmal dan Raimal sedang ngobrol di salah satu sisi koridor istana “Paman, bagaimana ini ? Pratap telah menang ! Raja Akbar akan membunuh kamu kalau dia tahu kalau kamu tidak bisa memenuhi janjimu sendiri” Raimal merasa gelisah begitu mendengar ucapan keponakannya ini, Raimal tidak tenang sampai impiannya menjadi kenyataan, tak lama kemudian Pratap dan para tamu undangan melewati tempat mereka berdiri, Jagmal segera memberikan kode ke pamannya kalo Pratap telah datang, Pratap segera menghampiri Raimal dan Jagmal, Raimal pura pura memberikan pujian pada Pratap “Tadinya kami meragukan kemampuan kamu, pangeran ,,, tapi ternyata kamu memang hebat ! Pangeran Chandrasen seharusnya menyembah kamu sebagai kakak sekarang”, “Tidak perlu karena orang yang tinggal di dalam hatiku adalah orang orang yang aku cintai saja, tidak perlu dengan menyembah atau apapun itu” ujar Pratap, kemudian Pratap mengajak semua raja raja tamu undangan untuk menikmati makan siang yang sudah di sajikan
Sementara semua orang mengikuti Pratap menuju ke ruang makan, Bhagwan Das menghampiri Jagmal dan Raimal, Bhagwan Das marah pada Raimal karena dia gagal memenuhi janjinya “Sekarang aku harus mendukung Pratap untuk menentang keinginanku sendiri !” ujar Bhagwan Das kesal, tepat pada saat itu Pratap kembali ke tempat mereka berdiri dan mengundang Bhagwan Das untuk menikmati makan siang, Bhagwan Das segera mengikutinya “Paman, kita dalam masalah, sekarang musuh musuh kak Pratap menjadi musuh musuh kita juga, pikirkan sesuatu, paman !” bisik Jagmal kesal, tepat pada saat itu Ratu Bhatyani melewati tempat mereka dan berkata “Aku tahu kalau kalian berdua, kak Raimal dan Jagmal melakukan hal ini, aku tahu kalau kalian berdua berusaha meyakinkan semua orang kalau pangeran Pratap tidak bisa ikut berpartisipasi dalam kompetisi ini, kuda itu menjadi gila mungkin karena kamu telah melakukan sesuatu” ujar Ratu Bhatyani “Bhatyani, aku tidak memiliki kepentingan dalam hal kuda”, “Aku juga tidak mempunyai kepentingan pada setiap jawabanmu yang palsu, kak ,,, ini saatnya untuk mendukung pangeran Pratap, apapun yang kamu lakukan, Jagmal ,,, tidak akan mempengaruhi aku, aku telah memenangkan kepercayaan semua orang dengan segala macam usaha, aku tidak ingin siapapun tidak percaya lagi padaku, karena sampai saat ini kak Jaiwanta masih menganggap aku ini salah, aku mempunyai satu tujuan yaitu menjadi ibu yang baik dan berbuat baik pada pangeran Pratap” Raimal setuju untuk melakukan hal yang sama dari sekarang dan seterusnya, Ratu Bhatyani kemudian meninggalkan mereka berdua “Paman, lalu bagaimana dengan janjimu ?” tanya Jagmal heran “Aku ini bukan Dewa Rama tapi Raimal, jadi itu bukan ketentuan kalau aku harus melakukan apa yang aku katakan ! Yang mengherankan, jika ada seorang perempuan normal seperti ibumu bisa mengerti kalau ada sesuatu yang salah yang terjadi pada kudanya Pratap, sementara teman teman Pratap yang lain tidak mengetahuinya ?” ujar Raimal heran
Di Agra, saat itu Raja Akbar sedang bersama istri kesayangannya Ratu Heera Bai dikamar pribadi Raja Akbar, tak lama kemudian Maan singh menemui mereka dan memberikan informasi terkini kepada Raja Akbar tentang kompetisi yang telah selesai berlangsung di kerajaan Udaipur “Para Raja Raja Rajput sedang mengadakan pertemuan hari ini, mungkin mereka sedang memutuskan untuk mewujudkan penyatuan Rajputana” Ratu Heera Bai yang mendengarkan berita ini merasa senang “Misiku akhirnya tercapai juga pada hari ini, sekarang tidak ada seorang Rajput yang bertarung dengan Rajput yang lain” bathin Ratu Heera Bai dalam hati, saat itu Akbar menoleh kearahnya dengan tatapan tidak suka dengan senyuman Ratu Heera Bai yang mengandung arti, Ratu Heera Bai bisa memahami kalau suaminya ini tidak suka dengan senyumannya. Tapi Raja Akbar masih menaruh harapan pada Raimal, sumpahnya untuk menjadikan keponakan Raimal duduk di tahta kerajaan Mewar semakin kuat “Ini merupakan upaya kita yang pertama, aku pasti akan mencobanya lagi dan mungkin itu akan berhasil” Ratu Heera Bai sangat kagum pada sikap tenang Raja Akbar “Yang Mulia, kamu itu sangat tenang meskipun setelah mengetahui kemenangan Pratap” ujar Ratu Heera Bai “Kabar berita dari anakku lah yang bisa merubah aku ! Aku telah mulai mengerti hubungan ini dengan baik, aku juga bisa mengerti hubungan antara Raimal dan Jagmal, semua ini terjadi karena kamu telah memberikan aku putra mahkota, Ratu Heera Bai !” ujar Raja Akbar
Sementara itu di istana Udaipur, Pratap sedang ngobrol dengan orang orang terdekatnya seperti Guruji, Chakrapani dan istrinya Ajabde “Pangeran Pratap, sepertinya ada seseorang yang ingin membuat masalah dengan kita, tiba tiba saja Chetak menjadi sakit, dimana kuda yang lain juga tidak begitu baik kondisinya, sesuatu sedang terjadi” ujar Guruji penasaran “Aku juga memikirkan hal yang sama, Guruji ,,, tapi itu akan lebih mengejutkan untuk semua orang jika mereka hanya duduk berdiam diri, Rajput itu sangat terkenal dengan perbedaannya, kita sedang membahas tentang penyatuan Rajputana, dimana ada sedikit kesulitan disana” Guruji setuju dengan pendapat Pratap tapi dia tetap menginginkan Pratap untuk mempertimbangkan hal hal sekecil apapun dengan serius “Ini sangat penting untukmu Pangeran Pratap untuk menang dan bisa menyatukan raja raja Rajput di bawah satu atap, sekarang kita bisa bergerak menuju tujuan kita dengan senang hati” ujar Guruji namun Chakrapani mulai merasa curiga dengan Raimal.