SINOPSIS MAHAPUTRA episode 82 (9 Oktober 2013)
Di kerajaan Mewar, Ratu Jaiwanta menemui Raja Udai Singh yang saat itu sedang di temani oleh Ratu Bhatyani, Ratu Jaiwanta bermaksud mengutarakan niatnya kalau dirinya ingin meninggalkan istana dan tinggal di desa menemani Pratap, namun sayangnya Raja Udai Singh menolak permintaan Ratu Jaiwanta dengan nada marah, kalau Ratu Jaiwanta mengabaikan perintahnya maka Raja Udai Singh akan memberikan ultimatum pada Ratu Jaiwanta. Raja Udai Singh rupanya salah paham dengan maksud Ratu Jaiwanta, Raja Udai Singh mengira kalau Ratu Jaiwanta akan menjauhkan dirinya dengan anaknya dan berupaya untuk menguasai Pratap seutuhnya. Raja Udai Singh memberikan peringatan bahwa dirinya akan mengambil semua hak istimewa sebagai Ratu kepala kerajaan Mewar dan hubungan mereka sebagai suami istri berakhir sampai disini, meskipun dunia menganggap mereka masih sebagai suami dan istri tapi baginya tidak. Ratu Bhatyani yang saat itu berada disana merasa senang melihat kemarahan Raja Udai Singh pada Ratu Jaiwanta, sepeninggal Raja Udai Singh, Ratu Bhatyani mencoba mengejek Ratu Jaiwanta “Maharani Jaiwanta, yakinkan pangeran Pratap untuk menjalani hidupnya secara normal seperti rakyat biasa saja dan jangan berupaya menjadi seorang pahlawan” ejek Ratu Bhatyani kemudian meninggalkan Ratu Jaiwanta, Ratu Jaiwanta hanya bisa terdiam membisu dan jatuh terkulai lemas di lantai.
Di halaman rumah Pratap, Pratap sedang menyusun strategi dengan warga penduduk desa dalam melumpuhkan harimau, Chakrapani juga ada disana, ketika mereka sudah selesai menyusun strategi, ketika Pratap dan warga penduduk desa hendak bersiap siap untuk pergi ke dalam hutan, tiba tiba mereka dikejutkan oleh sebuah suara “Berhenti !” Pratap dan seluruh warga penduduk menoleh ke arah belakang dan dilihatnya Ratu Jaiwanta sudah ada disana dengan pakaian rakyat biasa tanpa aksesoris yang menghiasi tubuhnya “Ibu, ibu ada disini ?” ujar Pratap kemudian para warga desa dan Chakrapani pamitan dan segera meninggalkan tempat tersebut, Ratu Jaiwanta tahu apa yang menjadi keinginan Pratap, Ratu Jaiwanta memutuskan akan melakukan sebuah tindakan untuk masa depan Pratap, Pratap diminta untuk tinggal di dalam rumah sampai Ratu Jaiwanta mengijinkan Pratap keluar dari rumah, awalnya Pratap menolak perintah ibunya ini namun Ratu Jaiwanta tidak mau mendengar protes atau penolakan atas permintaannya kali ini, Ratu Jaiwanta segera memasuki rumah yang di huni oleh Pratap selama ini, Pratap mengekornya dibelakang.
Sementara itu Bhairam Khan dan pasukannya sampai di sebuah desa, Bhairam Khan tidak bisa menerima penghinaan dari Pratap yang menentangnya, Bhairam Khan segera menyuruh prajuritnya untuk membakar desa tersebut dalam perjalanannya kembali ke Mewar, Bhairam Khan mengambil obor tersebut kemudian mulai membakar salah satu rumah warga desa yang diikuti oleh prajuritnya, api mulai berkobar kobar, para penduduk desa keluar dari rumah mereka masing masing dan berteriak sambil berlari larian kesana kemari, tangisan dan ratapan dari warga desa yang malang membuat perasaan Bhairam Khan senang, Bhairam Khan segera mengembangkan kedua tangannya ke samping sambil tersenyum senang, Bhairam Khan merasa puas dan lega karena kemarahannya telah terlampiaskan selama ini.
Malam itu, Pratap tidak bisa tidur dengan tenang, dalam tidurnya Pratap bermimpi bertemu dengan harimau pemakan manusia yang bebas berkeliaran dan mulai menyerang warga desa, Pratap segera terbangun dan merasa gelisah memikirkan harimau tersebut, Pratap segera mengambil senjata panahnya dan hendak membuka pintu kamarnya namun ternyata dari luar kamar, pintu kamar Pratap digembok oleh Ratu Jaiwanta “Maafkan ibu, Pratap ,,, ibu harus melakukan hal ini, agar kamu tidak berusaha menjadi pahlawan kesiangan, Pratap sangat kecewa dengan apa yang telah diperbuat ibunya dengan mengurungnya di kamar. Tak lama kemudian Chakrapani teman Pratap mengajak Pratap ngobrol melalui jendela, Pratap mendapat sebuah ide untuk mengeluarkan dirinya dari jendela, Pratap segera membongkar jendela yang terbuat dari beton, setelah jendela bisa terbuka, Pratap segera keluar dari kamarnya melalui jendela tersebut. Pratap kemudian meminta Chakrapani temannya yang setia untuk berdiam diri di kamarnya untuk mengelabui ibunya,awalnya Chakrapani tidak mau tapi setelah dibujuk oleh Pratap secara persuasif akhirnya Chakrapani menyetujui usul Pratap.
Tak lama kemudian pada tengah malam, Pratap memasuki hutan dengan penuh keberaniannya dengan senjata panahnya di tangan, Pratap mencoba untuk waspada sambil menengok kesana kemari dengan tujuan membunuh harimau si pemakan manusia.