Sinopsis Ashoka Samrat, episode 327 bagian 2 by. Kusuma Rasmana Mahamatya memberikan sekantong uang kepadanya dan berkata, 
"Kau akan mendapatkan lebih banyak setelah pekerjaan selesai". Yama 
merasa senang dengan permintaan itu.Mahamatya datang ke pekuburan mencari Yama. Disana tampak seseorang 
sedang menikmati kesenangan mengais abu bekas pembakaran jenazah dan 
bermain dengan tengkorak manusia. Mahamatya menanyakan Yama kepada orang
 itu, orang itu menunjukkan pondok tempat Yama berada. Didalam pondok, 
Yama yang berpenampilan seram itu mengejutkan Mahamatya yang masuk ke 
pondok dengan berhati-hati. Yama menunjukkan kepada Mahamatya tentang 
koleksi tengkorak dari orang-orang yang ia bunuh dengan tangannya 
sendiri. "Ini memberimu ketenangan untuk tidur di samping mereka", kata 
Yama.
 Di kamar peraduan Dharma, 
Dharma tidak sabar ingin bertemu Ashoka, namun putra yang ditunggu itu 
tidak muncul juga. Bindushara akhirnya memberitahu Dharma bahwa Ashoka 
sudah pergi dari istana. "Dia tidak dapat menaanggung rasa bersalah atas
 kejahatannya. Dia bahkan tidak berani menghadapimu"
Namun Dharma meyakini itu tidak mungkin, "Tidak, Ashoka tidak mungkin pergi, ia tidak mungkin meninggalkan ibunya seperti ini. Aku baru saja mimpi yang sangat buruk tentang dia".
Pelayan perempuan masuk membawa bayi Dharma dan meletakkan dipembaringan, disamping ibunya. Dharma membelai bayi yang tertidur itu.
Bindushara menyarankan Dharma lebih perhatian dulu pada pangeran kecil (bayi) ini karena ia membutuhkan ibunya sekarang. "Aku akan membuat persiapan untuk mengumumkan kelahirannya", kata Bindushara lalu pergi dari ruangan itu.
Tabib istana datang ke ruangan itu dan mengucapkan selamat pada Dharma. Tabib memperhatikan bayi Dharma yang diserahkan oleh pelayan kepadanya. "Bayi ini sungguh tejaswi (bersinar, sebagai tanda anak berbakat, cerdas dan cemerlang). Dia akan membawa perdamaian dalam kehidupan setiap orang. Tapi, Anda terlihat khawatir, Maharani", tanya Tabib.
Dharma menceritakan tentang mimpinya tentang Ashoka kepada tabib itu. Tabib terkejut dengan cerita Dharma, dia mencoba menelisik arti mimpi itu.
"Sepertinya mimpi yang tidak biasa. Aku merasa Ashoka akan melalui waktu yang sangat sulit ditandai dia melalui terowongan gelap. Dalam waktu yang dilalui 10-12 tahun lagi, mungkin ia akan menjadi Chakrawarti Samrat (raja agung) tapi jalan menuju depan baginya benar-benar keras. Atau bisa jadi akhir hidupnya ada di dalam terowongan kegelapan", kata Tabib menjelaskan. Dharma hanya bisa sedih mendengar penjelasan itu.
Namun Dharma meyakini itu tidak mungkin, "Tidak, Ashoka tidak mungkin pergi, ia tidak mungkin meninggalkan ibunya seperti ini. Aku baru saja mimpi yang sangat buruk tentang dia".
Pelayan perempuan masuk membawa bayi Dharma dan meletakkan dipembaringan, disamping ibunya. Dharma membelai bayi yang tertidur itu.
Bindushara menyarankan Dharma lebih perhatian dulu pada pangeran kecil (bayi) ini karena ia membutuhkan ibunya sekarang. "Aku akan membuat persiapan untuk mengumumkan kelahirannya", kata Bindushara lalu pergi dari ruangan itu.
Tabib istana datang ke ruangan itu dan mengucapkan selamat pada Dharma. Tabib memperhatikan bayi Dharma yang diserahkan oleh pelayan kepadanya. "Bayi ini sungguh tejaswi (bersinar, sebagai tanda anak berbakat, cerdas dan cemerlang). Dia akan membawa perdamaian dalam kehidupan setiap orang. Tapi, Anda terlihat khawatir, Maharani", tanya Tabib.
Dharma menceritakan tentang mimpinya tentang Ashoka kepada tabib itu. Tabib terkejut dengan cerita Dharma, dia mencoba menelisik arti mimpi itu.
"Sepertinya mimpi yang tidak biasa. Aku merasa Ashoka akan melalui waktu yang sangat sulit ditandai dia melalui terowongan gelap. Dalam waktu yang dilalui 10-12 tahun lagi, mungkin ia akan menjadi Chakrawarti Samrat (raja agung) tapi jalan menuju depan baginya benar-benar keras. Atau bisa jadi akhir hidupnya ada di dalam terowongan kegelapan", kata Tabib menjelaskan. Dharma hanya bisa sedih mendengar penjelasan itu.
 Ashoka datang ke wisma kediaman para Acharya dan masuk ke ruangan 
Acharya Chanakya. Dia langsung bertimpuh dan memegang terompah Acharya 
Chanakya. Sementara Radhagupta hanya berdiri diam dibelakangnya. Ashoka 
mengenang kata-kata Acharya Chanakya bahwa dia akan menjadi Samrat 
Magadha suatu hari. Namun dia kembali teringat kata-kata Bindushara yang
 mengusirnya dari Magadha dan menganggap Ashoka sebagai anak yatim 
piatu. "Aku menjadi yatim piatu hari ini Acharya! Anda berkata kepadaku 
bahwa Anda sangat membutuhkan aku. Anda mempercayaiku dengan mimpimu 
ketika aku bahkan tidak tahu diriku sendiri. Anda membentuk dan 
membimbingku, tapi aku kalah hari ini. Lupakanlah tentang memenuhi 
impianmu! Aku bahkan tidak bisa menyelamatkan keluargaku dari 
perpisahan", kata Ashoka terisak.
Acharya Radhagupta menaruh tangannya di bahu Ashoka "Aku mengerti rasa sakitmu tapi kau harus selalu ingat bahwa perubahan adalah hukum alam. Tidak ada yang tetap abadi, demikian juga masa yang sedih maupun senang senantiasa berganti".
Ashoka bangkit, raut wajahnya berubah marah, "Anda mengatakan hal yang benar, banyak perubahan akan terjadi. Banyak yang akan berubah sekarang. Maukah Anda melakukan sesuatu untukku?".
Acharya Radhagupta mengangguk, "katakanlah, Ashoka".
Ashoka berkata, "Rajamu memutuskan hubungan denganku dan tidak memiliki kendali atas diriku sekarang. Ini adalah kesalahan besar karena tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang. Pergi dan katakan itu kepada samrat bahwa bukan kepadaku tapi masa-masa buruk bagi keluarga kerajaan telah dimulai mulai hari ini!"
Acharya Radhagupta menaruh tangannya di bahu Ashoka "Aku mengerti rasa sakitmu tapi kau harus selalu ingat bahwa perubahan adalah hukum alam. Tidak ada yang tetap abadi, demikian juga masa yang sedih maupun senang senantiasa berganti".
Ashoka bangkit, raut wajahnya berubah marah, "Anda mengatakan hal yang benar, banyak perubahan akan terjadi. Banyak yang akan berubah sekarang. Maukah Anda melakukan sesuatu untukku?".
Acharya Radhagupta mengangguk, "katakanlah, Ashoka".
Ashoka berkata, "Rajamu memutuskan hubungan denganku dan tidak memiliki kendali atas diriku sekarang. Ini adalah kesalahan besar karena tidak ada yang bisa menghentikanku sekarang. Pergi dan katakan itu kepada samrat bahwa bukan kepadaku tapi masa-masa buruk bagi keluarga kerajaan telah dimulai mulai hari ini!"
 Di kamar peraduannya, Dharma 
bangkit sambil memangku bayinya bermaksud pergi. Namun Bindushara datang
 dan dengan nada tegas dia bertanya kepadanya, "Kemana kamu pergi?".
Dharma menjawab, "Mimpi itu benar, Yang Mulia. Ashoka akan berubah menjadi kejam jika aku tidak menghentikannya hari ini. Dia sangat membutuhkan ibunya".
Tapi Bindushara meminta Dharma agar melupakan Ashoka. "Ashoka bukan putra kita lagi! Kita hanya punya satu putra yang sekarang ada ditanganmu"
Dharma kaget mendengar kata-kata itu dan tidak menyangka Bindushara bisa berkata seperti itu. Dia bertanya marah, "Bagaimana bisa Anda menghentikan aku yang seorang ibu untuk menemui putraku?"
Bindu beralasan, "Sebagai suami, Aku bisa menghentikan istriku setidaknya".
Dharma menolak dan menentang permintaan Bindushara.
Bindushara dengan marah dan berkata, "Jika kau bertemu Ashoka maka kau juga akan dianggap penjahat. Baik kau maupun anakmu itu akan diusir keluar kerajaan ini! Kau akan kehilangan putra yang lain dan suamimu juga. Sekarang, pilihan itu ada padamu. Mana yang kau pilih, suami atau putra?".
Dharma tegang mendengar kata-kata Bindushara yang memberinya pilihan sulit.
Dharma menjawab, "Mimpi itu benar, Yang Mulia. Ashoka akan berubah menjadi kejam jika aku tidak menghentikannya hari ini. Dia sangat membutuhkan ibunya".
Tapi Bindushara meminta Dharma agar melupakan Ashoka. "Ashoka bukan putra kita lagi! Kita hanya punya satu putra yang sekarang ada ditanganmu"
Dharma kaget mendengar kata-kata itu dan tidak menyangka Bindushara bisa berkata seperti itu. Dia bertanya marah, "Bagaimana bisa Anda menghentikan aku yang seorang ibu untuk menemui putraku?"
Bindu beralasan, "Sebagai suami, Aku bisa menghentikan istriku setidaknya".
Dharma menolak dan menentang permintaan Bindushara.
Bindushara dengan marah dan berkata, "Jika kau bertemu Ashoka maka kau juga akan dianggap penjahat. Baik kau maupun anakmu itu akan diusir keluar kerajaan ini! Kau akan kehilangan putra yang lain dan suamimu juga. Sekarang, pilihan itu ada padamu. Mana yang kau pilih, suami atau putra?".
Dharma tegang mendengar kata-kata Bindushara yang memberinya pilihan sulit.
 CUPLIKAN : Ashoka berkata, "Aku akan kembali kepada ibuku, adikku, dan 
untuk memenuhi visi guruku yaitu bersatunya tanah India", dia berjalan 
menyusuri tanah bebatuan. Putaran waktu berubah cepat, Ashoka dewasa 
ditampilkan, mula-mula hanya berupa bayangan siluet, lalu muncul 
sosoknya yang perkasa.  Sinopsis Ashoka Samrat, episode 328 bagian 1 by. Kusuma Rasmana
