SINOPSIS MAHAPUTRA episode 296 (15 Oktober 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 296 (15 Oktober 2014) by. Sally Diandra Dalam perjalanan pulangnya ke Bijolia, tiba tiba kuda Fatta berhenti begitu melihat Pratap ada di depan mereka, Fatta kaget karena bagaimana bisa Pratap ada disana sementara tadi Fatta meninggalkan Pratap di tengah hutan “Kamu telah sampai disini sebelum aku ? Bahkan aku menggunakan kudaku ?” Pratap hanya tersenyum sambil melihat wajah Fatta yang keheranan “Kakiku ini lebih cepat daripada kudamu, teman ,,, mereka membawa aku kesini dengan sangat cepat” Fatta merasa karena Pratap bekerja sebagai pengurus kuda istana, makanya dia tahu segalanya dengan baik “Kenapa kamu menghalang halangi jalanku ?” ujar Fatta kesal masih dari atas kudanya, Pratap kembali mengulangi permintaannya untuk ikut bersama Fatta masuk ke Bijolia “Aku ingin bergabung denganmu dalam pemborentakan melawan Chittor” Fatta sangat menghargai Pratap dan dedikasinya “Kamu memang benar benar sangat berbakat, kami orang orang dari Bijolia, hanya memiliki sedikit orang orang yang berbakat seperti kamu, 

Kemudian Fatta menghubungkan dengan sebuah insiden ketika 20 perampok menyerang desanya “Aku telah di pukuli di bagian tulang rusukku lalu aku juga pernah bertarung dengan prajurit Afghanistan dan mereka langsung kalah didepanku ! Aku mengucapkan hal ini bukan untuk membanggakan diriku sendiri, kenapa kamu tidak belajar beberapa keahlian dari para prajurit di kotamu ? Itu pasti akan sangat baik untuk kamu, baru kemudian kamu bisa bertemu denganku, persiapkan dirimu dengan baik” Pratap mencoba menantang Fatta untuk mengujinya sekarang juga “Baiklah, jika kamu tidak ingin mengajak aku menjadi bagian dalam groupmu, maka paling tidak ijinkan aku sebagai seorang Rajput untuk bertarung dengan Rajput lainnya” ujar Pratap sambil mengeluarkan pedang untuk Fatta, Fatta benar benar terkesan pada Pratap “Aku tidak akan menolak kamu sekarang tapi jangan diambil hati” kemudian Fatta mengambil pedang yang lain untuk Pratap, namun Pratap mengatakan agar Fatta menggunakan kedua pedangnya itu, 

Fatta tertegun dan berkata dalam hati “Orang ini sinting ternyata, karena dia telah memilih jalannya sendiri untuk bunuh diri !” Pratap juga bertanya tanya ketika Fatta mengatakan sesuatu padanya untuk memintanya mengambil salah satu pedangnya “Ambilah pedangku ini ! Aku tidak akan menyerang orang yang tidak bersenjata” ujar Fatta sambil mengacungkan pedangnya ke arah Pratap, namun tiba tiba Pratap mengeluarkan pedangnya dari balik punggungnya, tepat pada saat itu Chakrapani juga sudah sampai disana “Teman, untung kamu datang tepat waktu ! Jangan lupa, nanti kamu bisa membawa temanmu ini ke tabib secepat mungkin karena hal itu sangat diperlukan setelah bertarung denganku” ujar Fatta sombong, Pratap dan Chakrapani hanya saling berpandang pandangan “Dhyan Singh (nama samaran Chakrapani) urusi kuda kuda ini dengan baik !” ujar Pratap lantang “Nah, lakukan apa yang dia katakan padamu juga !” timpal Fatta dengan gayanya yang sok jagoan, sementara Pratap hanya diam saja, sedangkan Chakrapani hanya tersenyum dan berlagak seperti orang bodoh menyetujui perintah Fatta, tak lama kemudian Fatta dan Pratap mulai bertarung satu sama lain dengan pedang mereka masing masing, Fatta kembali terkesan pada kemampuan Pratap lainnya, dimana Pratap mampu menahan serangannya yang bertubi tubi 

Sementara itu Ajabde sampai juga disana bersama rombongannya, Ajabde merasa kalau Chittor telah mengumumkan hukuman mati untuk Fatta, Ajabde langsung memerintahkan prajuritnya untuk mengitari bukit tersebut sementara dia memutuskan untuk membunuh si pembunuh (Pratap) dengan tangannya sendiri, mereka akhirnya berpencar ke segala penjuru, saat itu Pratap juga terkesan dengan permainan pedang Fatta, namun tiba tiba Pratap terganggu dengan ringkikkan kuda yang datang, Fatta mencoba menyerang Pratap dengan mengambil kesempatan ini tapi Pratap tidak mampu terkecoh “Kamu juga mencoba coba untuk menipu aku, Fatta ,,, kamu harus fokus ketika di medan peperangan” kali ini Pratap yang mulai menyerang dengan keras, Fatta berusaha bertahan dengan mundur selangkah demi selangkah untuk melindungi dirinya sendiri, dari kejauhan Chakrapani yang memanggil Pratap dengan sebutan Gyan Singh mulai merasa khawatir dan meminta Pratap untuk berhenti namun gagal karena tanpa mereka duga, Fatta terjungkal jatuh berguling guling kebawah, Pratap sangat khawatir dengan nasib Fatta, tepat pada saat itu sebuah pedang di acungkan di leher Pratap dari arah belakang, Pratap langsung berbalik untuk melihat orang tersebut 

Di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani sedang berdiskusi dengan Dhaman Singh diruang pribadinya “Maharani Bhatyani, kenapa anda membiarkan pangeran Pratap pergi ke Bijolia ? Begitu dia sampai disana maka dia akan tahu apa yang menyebabkan kita tidak membiarkan komunikasi apapun yang terjadi antara Bijolia dan Mewar” Dhaman Singh mulai buka suara “Maharani Bhatyani, saya minta maaf, anda adalah seorang Maharani, anda akan bisa dengan mudah memaafkan tapi tidak ada satupun yang akan mengampuni aku, Maharani” Ratu Bhatyani langsung memberikan peringatan keras pada Dhaman Singh untuk diam “Diam kamu, Dhaman Singh ! Atau aku akan memberikan kamu hukuman mati !” Dhaman meminta maaf dan benar benar merasa ketakutan “Tidak usah mengkhawatirkan hal hal yang sepele, Dhaman Singh ,,, kita harus benar benar kuat untuk mencapai tujuan kita !” ujar Ratu Bhatyani 

Sementara di tempat Pratap, Pratap berupaya untuk membalikkan tubuhnya “Jangan bergerak !” bentak seseorang yang mengacungkan pedangnya ke arah leher Pratap, ketika Pratap berbalik, dilihatnya seorang perempuan dengan pakaian laki laki berwarna putih dengan wajahnya yang ditutup oleh cadar (Ajabde) “Apakah kamu mengira aku tidak akan mampu menangani kamu dalam hal ini, ketika kamu menyerang aku ?” Pratap mengiyakan dengan bahasa tubuhnya, mereka berdua saling memandang satu sama lain tanpa saling kenal “Pangeran Pratap, lebih baik serang saja dia” bujuk Chakrapani lirih sambil berbisik di telinga Pratap namun Pratap tidak melakukannya, Pratap beralih melihat kearah Fatta yang mulai naik ke atas, saat itu Ajabde hendak menyerang Pratap ketika Pratap memegang pedang Ajabde, darah pun mengalir dari tangannya dan jatuh ketanah, mereka berdua kembali saling memandang satu sama lain, hingga akhirnya Pratap mampu melempar pedang Ajabde ke samping, Ajabde berusaha menyerang Pratap namun kembali Pratap mempermainkan Ajabde setiap kali Ajabde hendak menyerang, hingga akhirnya Ajabde mampu membuat Pagdi (semacam sorban dikepala) milik Pratap terbang melayang ke udara, Fatta dan Chakrapani melihat mereka dari kejauhan 

Dikerajaan Mewar, Raja Udai Singh masih kesal dengan ucapan Fatta padanya sambil mengecek catatan keuangan kerajaan, saat itu Ratu Bhatyani menemuinya “Maharani Bhatyani, bagaimana bisa anak laki laki itu berbohong ! Aku telah mengecek semua pengeluaran kerajaan, disini jelas jelas disebutkan kalau kita telah mengirimkan semua kebutuhan yang diperlukan untuk pasukan atau orang orang Bijolia ketika mereka memerlukannya meskipun hubungan kita telah putus, kita telah mengirimkan pasukan kita dan kebutuhan pokok yang mereka perlukan !” Ratu Bhatyani hanya bisa mengiyakan ucapan suaminya yang mulai kesal dan marah sambil membujuknya untuk menunggu Pratap “Tenang, tenang, Rana Ji, semuanya nanti akan di urus oleh Pratap, saat ini dia sedang pergi, begitu dia pulang, Pratap akan mengurus semuanya dengan baik” bujuk Ratu Bhatyani 

Di tempat Pratap, Pratap langsung menyambar Pagdinya yang melayang di udara dan menggunakan Pagdinya itu menyelamatkan dirinya dari serangan Ajabde, sementara Fatta tiba tiba pingsan karena kehabisan tenaga, sedangkan Pratap berhasil memegang pinggang Ajabde menggunakan Pagdinya dan mendorong Ajabde agar mendekat kearahnya, Ajabde benar benar tidak berdaya, apalagi ketika Pratap memegang tangannya, Ajabde menatap kedua bola mata Pratap dengan perasaan takjub, namun tiba tiba Ajabde segera mundur ke belakang dengan perasaan bimbang, Ajabde tidak mengerti kenapa dirinya mempunyai perasaan seperti itu pada laki laki yang belum dikenalnya ini, 

Pada saat yang bersamaan di kerjaan Mewar, Ratu Bhatyani masih berusaha untuk menenangkan Raja Udai Singh dengan memijat bahu suaminya itu “Rana Ji, Pratap akan mengatur semuanya dengan baik segera setelah dia sampai di Bijolia, tapi aku merasa sangat khawatir jika dia terjebak dengan mantra Ajabde lagi, aku tidak akan bisa kompromi dengan semua kehormatanmu, Rana Ji” Raja Udai Singh berusaha meyakinkan Ratu Bhatyani kalau hal itu tidak akan terjadi “Aku juga tidak akan membiarkan hal itu terjadi, Pratap tidak akan melakukan apapun yang akan menyebabkan kesalahan padaku”, “Aku juga percaya dengan Pratap, tapi aku tidak begitu yakin tentang kesempatan yang bisa diambil oleh Ajabde, apa yang akan kita lakukan karena pada dasarnya, bagaimanapun juga Ajabde itu adalah istri Pratap selama ini” ujar Ratu Bhatyani cemas 

Di tempat Pratap dan Ajabde, Ajabde melihat pasukannya telah datang, Pratap berusaha untuk berjalan ke depan namun Ajabde langsung mengacungkan pedangnya di dekat leher Pratap “Berhenti ! Dan jangan bergerak !” bentak Ajabde “Prajurit, bawa Fatta segera ! Dan pergilah dari sini ! Aku akan menghentikan orang ini dan menyusul kalian kemudian !” perintah Ajabde, prajurit Ajabde langsung mengangkat Fatta dan membawanya pergi dari sana, 

Sementara itu di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh masih ngobrol dengan Ratu Bhatyani membahas soal Pratap dan Ajabde, Raja Udai Singh sangat percaya pada Pratap “Aku tahu bagaimana anakku itu, Maharani Bhatyani ,,, dan lagi Pratap juga sangat tahu dengan baik kalau Ajabde sudah tidak ada hubungannya lagi dengan dia atau kita lagi” namun Ratu Bhatyani masih terus berbicara tentang Ajabde “Tapi kamu tahu kan, Rana Ji ,,, kalau Ajabde itu selalu saja melanggar batasannya, kita harus melakukan sesuatu jika dia melakukan hal yang keterlaluan lagi” bujuk Ratu Bhatyani “Aku janji, Maharani Bhatyani ,,, aku akan menghukum dia kalau dia sampai melakukan hal seperti itu !” Ratu Bhatyani tersenyum senang sambil berkata “Seharusnya kamu menyingkirkan Ajabde dan keluarganya dari lingkungan para ksatriamu, sebagai hukuman mereka jika mereka mencoba mendekati Pratap lagi” Raja Udai Sing langsung bangun dari sofanya dan tidak setuju dengan pendapat Ratu Bhatyani “Aku tidak bisa melakukan hal semacam itu, Maharani Bhatyani !” ujar Raja Udai Singh lantang “Maafkan aku, Rana Ji ,,, maafkan aku yang telah memberikan usulan seperti itu, itu semua hanya karena kemarahanku pada Ajabde yang aku pendam dalam lubuk hatiku yang paling dalam sejak kak Jaiwanta pergi meninggalkan istana ini” ujar Ratu Bhatyani dengan lagaknya yang pura pura sedih, sejenak Raja Udai Singh berfikir, akhirnya Raja Udai Singh menyetujui usulan Ratu Bhatyani 

Di tempat Pratap, Ajabde masih mengacungkan pedangnya ke arah Pratap “Pangeran Pratap, kenapa kamu tidak melakukan apapun untuk menghentikan perempuan itu ?” tanya Chakrapani lirih “Kita seharusnya tidak mengangkat pedang kita untuk melawan seorang perempuan, Chakrapani” kemudian Pratap beralih menatap kearah Ajabde “Jika kamu mengira kalau kami ini telah melakukan kesalahan maka kamu bisa membawa kami sebagai tawananmu” ujar Pratap “Aku tahu, kalau kamu melakukan semua ini karena perintah dari Raja-mu ! Aku tidak akan bertarung dengan seseorang yang telah melakukan tugasnya dengan sangat baik, katakan pada Raja - mu kalau mereka telah melakukan hal yang tidak benar ! Dengan mencoba membunuh seorang pengirim pesan dari Bijolia ! Semua itu akan dibayar mahal oleh mereka !” ujar Ajabde sengit sambil perlahan lahan Ajabde mundur ke belakang ke arah kudanya sambil masih mengacungkan pedangnya ke arah Pratap, Pratap dan Chakrapani hanya bisa terdiam melihatnya, tak lama kemudian Ajadbe dan pasukannya segera pergi meninggalkan mereka SINOPSIS MAHAPUTRA episode 297 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top