SINOPSIS MAHAPUTRA episode 295 (14 Oktober 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 295 (14 Oktober 2014) by. Sally Diandra Di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani sedang membuat paan (kinang) untuk Raja Udai Singh yang saat itu sedang terbaring di tempat tidur “Rana Ji, apakah kamu pernah berfikir tentang keputusan Pratap pergi ke Bijolia ?”, “Maharani Bhatyani, aku tidak bisa berfikir kalau aku belum makan kinang yang special yang kamu buatkan untukku” Ratu Bhatyani segera menghampiri suaminya sambil menggoda suaminya dengan kinang itu, dengan kata kata manisnya Ratu Bhatyani kembali menanyakan hal yang sama ketika Raja Udai Singh hendak memakan kinang itu, akhirnya Raja Udai Singh setuju dengan semua ucapan Ratu Bhatyani yang dikatakan padanya, sambil menikmati kinang itu Ratu Bhatyani berusaha mempengaruhi Raja Udai Singh “Kamu seharusnya mengatakan tidak pada Pratap” Raja Udai Singh mencoba untuk mengatakan sesuatu namun Ratu Bhatyani mencegahnya dengan menutupi mulutnya “Katakan pada pangeran Pratap kalau kita tidak mempunyai hubungan apapun dengan Bijolia lagi” ujar Ratu Bhatyani 

Di ruang rapat, Raja Udai Singh mengumumkan apa yang telah di ucapkan oleh Ratu Bhatyani yang saat itu menemaninya dari bilik para ratu yang tertutup tirai “Mewar tidak mempunyai hubungan apa apa lagi dengan Bijolia, pangeran Pratap !” namun Pratap ingin menunjukkan sesuatu pada ayahnya dulu, Ratan Singh masuk sambil membawa sebuah peta daerah Mewar yang dibuat dari tanah liat “Aku tahu bagaimana situasi daerah Mewar” Pratap mengangguk “Aku tahu kalau ayah tahu bagaimana caranya mengumpulkan daerah Mewar, kemudian Pratap membagi Mewar dalam beberapa bagian menggunakan pedangnya “Inilah bagaimana rupa Mewar kita jika kita tidak mencoba menggabungkannya kembali, Bijolia telah menyatakan pemborentakannya hari ini, kita harus bisa melihat kalau tidak ada seorang ksatria manapun yang berani berdiri menentang kita hingga besok, kamu tahu, ayah ,,, kita telah mencoba untuk berusaha mengumpulkan kekuatan Mewar selama bertahun tahun melawan bangsa penjajah seperti Afghanistan dan Mughal, namun kalau Mewar kehilangan kedamaian, kepercayaan dan dukungan kekuatan dari daerah miliknya maka apa yang akan kita lakukan dengan melindungi daerah perbatasan kita ?” 

Raja Udai Singh mendengarkan penjelasan Pratap dengan seksama “Aku tahu kalau permasalahan kita dengan Bijolia bukan pada garis depannya, bahkan aku tidak memiliki kecenderungan untuk menghidupkan kembali mereka tapi aku akan pergi ke Bijolia untuk memahami permasalahan rakyat disana, aku tidak akan mengurusi hubungan pribadiku dengan seseorang yang berasal dari Bijolia” Rawat Ji mendukung pendapat Pratap “Bijolia adalah kota yang terpenting untuk Mewar, bahkan kita tidak bisa menguasainya hingga sekarang, jika terjadi sesuatu yang buruk disana maka kita harus pergi kesana dan mencari tahu inti dari permasalahan yang ada, tidak ada orang yang lebih cocok daripada pangeran Pratap !” bela Rawat Ji “Aku berjanji ayah, aku tidak akan menemui bahkan mendengar apapun tentang seseorang yang sangat ayah khawatirkan itu (Ajabde), dharmaku lebih penting bagiku, ayah ,,, dan itu akan seperti itu selamanya” akhirnya Raja Udai Singh mengijinkan Pratap pergi ke Bijolia, Ratu Bhatyani benar benar panik dan gelisah begitu melihat Pratap pergi meninggalkan ruang rapat, 

Rawat Ji juga membubarkan rapat dan menyuruh semua orang yang hadir disana untuk kembali ke tempatnya masing masing, tiba tiba Ratu Bhatyani menegurnya “Panglima Rawat Ji ! Aku tidak suka dengan caramu menentang Rana Ji barusan ! Kali ini aku maafkan tapi lain kali aku tidak akan memaafkannya !” ujar Ratu Bhatyani dari balik tirai yang menutupinya, Rawat Ji sedikit terluka dengan ucapan Ratu Bhatyani, kemudian Rawat Ji pamit meninggalkan mereka berdua, Raja Udai Singh yang masih berdiri disana berupaya mengatakan sesuatu namun Ratu Bhatyani segera memotongnya dan berkata “Sekarang saatnya untuk beristirahat, Rana Ji !” ujar Ratu Bhatyani sambil berlalu dari sana, Raja Udai Sing benar benar merasa tidak berdaya didepan istrinya kali ini 

Di halaman istana Chittor, Pratap dan Chakrapani sudah bersiap dengan pakaian sederhananya untuk pergi ke Bijolia “Pangeran Pratap, kamu tahu, aku bahkan tidak bisa mengidentifikasi kamu dalam pakaian seperti ini, lalu bagaimana nanti Ajabde akan mengenali kamu ?” goda Chakrapani “Chakrapani, ingat ! Aku hanya akan menjadi orang asing bagi dirinya !” ujar Pratap kesal kemudian mereka berdua berlalu dengan kuda mereka masing masing menuju ke Bijolia, pada saat yang bersamaan, Ajabde juga meninggalkan Bijolia menuju ke Chittor “Sekarang saatnya kita mengatakan pada Chittor kalau kita ini bukan orang asing untuk mereka !” Ajabde pergi ke Chittor bersama prajuritnya dan kaki tangannya yang juga seorang ksatria perempuan, dalam perjalanan menuju ke Bijolia, Chakrapani tidak mengerti mengapa mereka harus terburu buru untuk mengatasi permasalahan di Bijolia “Aku hanya berharap kamu tidak mempunyai keterikatan perasaan dengan orang asingmu itu (Ajabde)” Pratap balas menggoda Chakrapani kalau perasaannya masih sama seperti yang dulu yaitu membenci Ajabde “Kamu itu selalu saja membicarakan hal hal yang konyol, Chakrapani ,,, kita harus segera pergi secepat mungkin karena kita membutuhkan seseorang untuk memasuki Bijolia” ujar Pratap sambil memperhatikan seekor kuda yang sedang di tambatkan di tengah hutan 

Di lain sisi, Fatta sedang berusaha berburu hewan sehingga dia bisa memuaskan rasa laparnya, Fatta berusaha untuk memanah hewan yang bersembunyi di balik semak semak namun gagal, beberapa kali Fatta mencoba tapi selalu saja gagal, tanpa diduga ternyata Pratap menangkap semua anak panah yang dilesatkan oleh Fatta hingga anak panahnya habis, tak lama kemudian Pratap keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Fatta sambil membawa anak panah Fatta ditangannya, Fatta terkejut, Fatta merasa telah membuat kesalahan pada laki laki yang sama yang ditemuinya di kandang kuda, Pratap membenarkannya “Aku tidak akan membiarkan kamu membunuh hewan hewan yang tidak bersalah yang berada di daerah ini” ujar Pratap lantang “Tapi aku lapar ! Aku belum makan sejak kemarin ! Apalagi sebentar lagi adalah perbatasan Bijolia dengan Chittor, bagaimana bisa kamu menghentikan aku dari perburuan ini ?” ujar Fatta kesal “Tanah ataupun daerah ini semua adalah tanah air kita, Mewar !” Fatta menolak untuk makan makanan apa saja yang menjadi milik Mewar “Aku hanya akan makan apa yang akan aku buru !”, “Baiklah, semoga kamu beruntung !” tak lama kemudian Pratap mengundang Fatta untuk menikmati makan siang yang enak, Fatta rupanya tergoda juga dengan ajakan Pratap 

Sementara itu, Ajabde dan prajuritnya juga sedang dalam perjalanan, Ajabde memilih jalan pintas untuk mencapai Chittor, ketika prajuritnya memintanya untuk beristirahat, Ajabde menolaknya, salah satu prajurit Ajabde tahu kalau Fatta pasti sudah kehilangan kesabarannya tapi rasanya masuk akal juga dengan menyembunyikan semuanya sampai mereka sampai di Chittor namun Ajabde tidak begitu yakin akan hal itu, 

Di tengah hutan, setelah selesai makan, Fatta sangat senang karena sudah kenyang memakan makanan Pratap, bahkan meminta manisan lagi yang hendak dimakan oleh Chakrapani beberapa kali, akhirnya Chakrapani memberikan semua manisan itu untuk Fatta setelah meminta ijin pada Pratap, Fatta segera mengambil manisan itu dan pergi meninggalkan mereka “Rajamu bahkan tidak pernah membantu kami sebanyak ini selama bertahun tahun, sedangkan kamu melakukannya melebihi dia, kamu telah menyelamatkan aku dari para prajurit itu dan sekarang kamu memberi aku makan dengan sangat baik, jika Rajamu tahu tentang hal ini, yaitu begitu baiknya kamu sama orang biasa seperti aku, maka mungkin dia juga akan menyebut kamu sebagai seorang pengkhianat” Pratap membenarkan ucapan Fatta dengan mengatakan kalau dirinya juga takut kalau kehilangan pekerjaan di istana Mewar, Fatta mulai peduli padanya “Lalu bagaimana kamu mengurusi rumahmu sekarang ?” Chakrapani pura pura terbatuk batuk begitu mendengar pertanyaan Fatta, 

Fatta memberikan air untuk Chakrapani dan kembali ngobrol dengan Pratap “Kamu seharusnya kembali lagi saja ke pekerjaanmu, teman” ujar Fatta “Tapi aku ingin pergi ke Bijolia bersama kamu, karena aku juga telah menentang Raja Mewar karena ulahku” ujar Pratap bersandiwara “Iyaa, aku juga menentang Raja Mewar, khususnya pangeran Pratap !” Chakrapani kembali terbatuk batuk sangat hebat ketika mendengar ucapan Fatta yang polos “Aku juga akan bergabung bersama kamu dalam perangmu nanti melawan pangeran Pratap” Pratap berusaha meyakinkan Fatta agar Fatta percaya padanya namun Fatta tidak bisa mengajak Pratap ke Bijolia bersamanya “Maafkan aku, teman ,,, kami tidak bisa percaya pada orang asing begitu saja, jadi kita sampai disini saja bersama sama, aku sangat berterima kasih padamu untuk semua yang telah kamu lakukan padaku” ujar Fatta, Pratap dan Chakrapani hanya bisa melihat kepergian Fatta dengan kudanya, Chakrapani merasa heran “Pangeran Pratap, lalu apa yang akan kita lakukan sekarang ? Kamu ingin memasuki Bijolia bersama dengan dia tapi dia pergi begitu saja sekarang” Pratap tahu kalau Fatta tidak akan pergi kemanapun menentang keinginannya 

Saat itu, Ajabde sudah sampai di dekat danau, Ajabde menutup matanya dan merasakan hawa disekitarnya “Aku merasa kalau aku telah mencapai Chittor” ujar Ajabde, di lain sisi Pratap juga merasakan hal yang sama saat itu, Pratap juga menutup matanya dan merasakan hawa disekitarnya “Ada apa, pangeran Pratap ?” Chakrapani merasa heran dengan ulah Pratap “Angin ini sepertinya membawa sesuatu yang telah lama hilang dan sebuah kenangan lama bersamanya” ujar Pratap haru, sementara itu salah satu prajurit Ajabde mengatakan pada Ajabde, kalau dirinya benar, kaki tangan Ajabde yang wanita merasa terkesan “Rupanya kamu mengingat begitu baik rute jalan pintas seperti ini ?”, “Sekarang kita harus fokus pada Fatta terlebih dahulu, saudaraku membutuhkan aku, kita harus menyelamatkan dia bagaimanapun caranya” ujar Ajabde sambil melanjutkan perjalanan kembali, Ajabde teringat dihari pernikahannya dan semua insiden yang terjadi setelah itu, Ajabde segera menutupi wajahnya dengan cadar sambil terus melarikan kudanya SINOPSIS MAHAPUTRA episode 296 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top