SINOPSIS MAHAPUTRA episode 292 (09 Oktober 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Bijolia, salah seorang prajurit menghampiri Ajabde dan mengabarkan padanya kalau rakyat Bijolia telah sampai di pintu gerbang istana mereka, Ajabde mengira kalau rakyatnya ini akan melupakan semua permasalahan mereka pada acara Dussehra, namun prajurit itu mengatakan hal yang lain “Mereka semakin marah, tuan putri, adik laki lakimu, pangeran Balwant sedang berusaha untuk meredam situasi ini tapi pangeran Balwant tidak berhasil meredamnya, tuan putri" ujar prajurit "Rupanya rakyat Bijolia belum bisa mencerna fakta kalau Mewar telah mengabaikan kita, ketika kita membutuhkan bantuan mereka” Ajabde merasa sedih mendengar ucapan prajuritnya
Di kerajaan Mewar, Chakrapani menemui Pratap di kamarnya, Chakrapani meminta maaf pada Pratap karena kata katanya yang melukai hati Pratap “Aku tidak bermaksud seperti itu, pangeran ,,, aku memang telah dewasa saat ini tapi kamu mempunyai hak untuk menegurku jika aku telah bertindak tidak benar” Chakrapani merasa tidak enak hati “Tidak, Chakrapani ,,, aku tahu kalau kamu tidak sengaja melakukan hal itu, aku hanya membencinya dari hatiku yang paling dalam sekarang dan aku tidak ingin mendengar apapun tentangnya” Chakrapani tertegun “Kamu adalah temanku, aku tidak masalah menerima apapun didepanmu, namun semuanya harus tetap seperti ini untuk selamanya, beberapa luka mungkin seperti ini, mereka tida pernah di sembuhkan dan tetap segar” ujar Pratap kemudian berlalu dari sana, sementara Chakrapani merasa yakin kalau luka yang diderita Pratap akan sembuh juga “Aku ini adalah Jyotish Acharya Chakrapani Mishra yang telah mencocokkan zodiakmu (kundli) dengan zodiak Ajabde, aku bahkan tidak pernah melihat zodiak yang sangat cocok satu sama lain hingga hari ini selain zodiak kalian” teriak Chakrapani lantang
Di kerajaan Bijolia, Ajabde sedang berdandan di depan cermin riasnya, sementara itu Balwant memasuki istana sambil berlari larian sambil memanggil manggil kakaknya, Ajabde hingga akhirnya Balwant bertemu dengan ibunya Ratu Hansa Bai “Ibuuu, dimana kakak ?”, “Kakakmu sedang berdandan, Balwant ,,, ada apa ?” ujar Ratu Hansa Bai “Aku hanya penasaran saja, ibu ,,, bagaimana caranya kakak menenangkan rakyat kita semua yang sedang marah seperti itu ? Aku merasa sangat takut, ibu ,,, meskipun aku ini seorang pangeran, apakah kakak seperti itu sejak kecil, ibu ?” Ratu Hansa Bai tersenyum dan berkata “Dulu, ketika kecil ,,, kakakmu itu sangat pendiam dan tertutup, dia juga sangat perasa dan sensitif tapi setelah ayahmu meninggal, kakakmu langsung berubah 180 derajat” Ratu Hansa Bai teringat masa lalu Ajabde dan kematian suaminya Rao Mamrak Ji yang meninggal pada hari yang sama ketika Pratap mengatakan pada Ajabde kalau dirinya sangat membenci Ajabde mulai dari sekarang “Keadaan telah memaksa kakakmu untuk menjadi seorang Rajputani sejati yang bisa mengatasi semua permasalahan yang ada dengan caranya sendiri, untuk itulah rakyat Bijolia percaya dan hormat pada kakakmu” ujar Ratu Hansa Bai bangga,
Namun Balwant masih penasaran kenapa kakaknya tidak begitu emosional seperti dirinya “Ibu tahu, kalau dia masih menyimpan perasaan itu dalam hatinya mungkin dia telah belajar untuk menyembunyikannya dengan baik selama bertahun tahun” ujar Ratu Hansa Bai, pada saat yang bersamaan Ajabde sudah siap berdandan,
Balwant menemui Ajabde di kamarnya, Ajabde sudah tahu semuanya dan meyakinkan adiknya kalau dirinya bisa mengurusi semuanya, Balwant sangat penasaran kenapa semua orang berbuat seperti itu secara tiba tiba “Kakak, aku sudah mencoba mereka untuk mengerti tapi tidak ada seorangpun yang mendengarkan aku, aku ini seorang pangeran tapi mereka semua mengikuti semua perkataanmu" Ajabde menjelaskan alasan yang masuk akal dibalik itu semua “Kamu seharusnya tidak menemui mereka dan memikirkan tentang statusmu sendiri, Balwant ,,, kamu seharusnya menemui mereka dengan posisi sebagai orang biasa dan bicara dengan mereka tentang permasalahan mereka, mereka akan merasa senang bertemu denganmu” ujar Ajadbe “Aku sudah mencobanya beberapa kali, kak ,,, aku sudah mencoba menemui mereka dan mengajak mereka berbicara bahkan membelai anak anak mereka, lalu apa yang harus aku lakukan lagi ?” tanya Balwant penasaran “Lebih baik kamu tunggulah beberapa tahun, Balwant ,,, setelah kamu dewasa nanti maka kamu akan mengerti semuanya, sekarang biarkan kakak yang mengurusi segalanya dulu, dimana ibu ?”
Tepat pada saat itu Ratu Hansa Bai menemui mereka sambil membawa nampan untuk pemujaan, sejenak Ajabde memikirkan ayahnya tapi disembunyikannya perasaan itu didepan ibunya, Ajabde merasa kali ini mereka tidak bisa memberikan harapan palsu untuk rakyat mereka, sementara Ratu Hansa Bai mendukung usaha rakyatnya “Ajabde, mereka marah pada sikap kasar dari orang orang Chittor, ibu tidak melihat dimana letak kesalahannya ?” Ajabde merasa cemas begitu mendengar ucapan ibunya “Ini semua karena kitalah yang memulainya, ibu ,,, saat itu Rana Ji datang ke upacara pemakaman ayah, namun ibu yang menolak mengijinkan Rana Ji mendatangi pemakaman ayah, ibu telah menghancurkan kehormatannya, cinta dan hatinya" Ratu Hansa Bai teringat pada peristiwa masa lalu ketika Raja Udai Singh datang di upacara pemakaman Rao Mamrak Ji “Kamu telah menghina anaknya yang telah menikah dengan anakmu dan mengembalikannya kesini ! Penghinaan itulah yang membunuhnya ! Semua orang bisa saja memberikan berbagai macam alasan tapi kamu ! Hanya kamu yang membunuh dia !” Raja Udai Singh langsung murka begitu mendengar ucapan Ratu Hansa Bai “Rani Hansa Bai ! Jangan sampai kamu kelewat batas !” Ratu Hansa Bai menanyakan hal yang sama pada Raja Udai Singh “Aku seharusnya memang tidak melewati batasanku karena aku seorang ratu yang biasa sementara kamu ? Kamu adalah seorang Maharana, baiklah aku akan mengerjakan tugasku” Ratu Hansa Bai segera memerintahkan pelayannya untuk menunjukkan pada Raja Udai Singh kalau dirinya masih menghormatinya
Ratu Hansa Bai masih memendam luka itu, dia menyalahkan Raja Udai Singh karena yang memulai semuanya dengan melempar Ajabde keluar dari istananya “Mereka juga telah menghancurkan hubungan kita, Ajabde ,,, beberapa tahun telah berlalu dan mereka tidak mengirimkan pesan apapun untukmu selama beberapa tahun ini, mereka benar benar telah menolak kamu dan seluruh Bijolia, rakyat kita akan sangat sedih dan marah, Ajabde !” Ajabde tahu kalau ibunya kesal dan marah pada Mewar “Ibu, sampai saat ini aku masih tidak akan lupa kalau Mewar adalah tanah airku, aku tidak bisa memutuskan hubunganku dengan tanah airku sendiri” Ratu Hansa Bai terkesan dengan reaksi putri sulungnya ini “Ajabde, kamu tahu kan kalau mereka telah melukai kamu selama hidupmu ?” Ajabde membenarkan ucapan ibunya dengan menganggukkan kepalanya, Ratu Hansa Bai juga tahu kalau rakyat Bijolia tidak akan bisa mengerti tentang perasaan Ajabde “Ajabde, bicaralah dengan mereka dengan bahasa mereka sendiri sehingga mereka bisa mengerti atau mereka akan benar benar marah” ujar Ratu Hansa Bai, saat itu mereka mendengar suara suara kemarahan dari rakyat Bijolia, mereka segera berjalan keluar untuk melihat situasi disana, rakyat Bijolia meminta keadilan, Ajabde menyambut mereka di halaman depan istana, rakyat Bijolia mengeluhkan serangan yang lain dari bangsa Afghanistan “Mereka telah menghancurkan segalanya ! Kami telah memohon meminta bantuan dari Mewar beberapa kali tapi tidak ada seorangpun yang mendengar permohonan kami !” ujar rakyat Bijolia
Di tengah kota Bijolia, semua orang sedang membahas tentang apa saja yang telah hilang dari mereka kali ini, seorang laki laki yang bernama Patta mengatakan pada mereka untuk terus menangisi hal tersebut “Aku akan pergi ke tanah mereka dan menghancurkan kepala mereka ! Mereka telah mencuri hewan hewan ternak kita dan apapun yang mereka suka ! Kita harus memberikan pelajaran pada mereka sehingga mereka tidak akan pernah melupakannya !” ujar Patta sengit
Di kerajaan Bijolia, seorang perempuan menyarankan pada mereka untuk mengumumkan agar Bijolia menjadi negara yang bebas “Kita seharusnya mengambil semuanya ditangan kita sekarang ! Karena bagaimanapun juga Mewar tidak mendengarkan kita atau membantu kita ! Jadi tidak ada gunanya untuk tetap bertahan dengan hubungan ini ! Kita harus memutuskan hubungan kita dengan Mewar dan bergabung dengan daerah yang lebih berkuasa yang lain yang paling tidak bisa menyelamatkan kita !” Ajabde hanya tersenyum dan berkata “Kita tidak perlu memikirkannya terlalu terburu buru, kami akan mengirimkan pesan yang lain ke Mewar, aku yakin mereka akan mengambil sikap begitu mereka melihat permasalahan yang sedang kita hadapi sekarang” salah satu wakil dari rakyat Bijolia berkata lagi “Apa yang akan mereka jawab untuk Bijolia ? Sementara mereka tidak mengirimkan surat apapun untuk menantu perempuan mereka sendiri untuk Gaunanya (semacam pemanggilan kembali ke rumah mertua) ?”
Pada saat yang bersamaan Pratap sedang berlatih pedang dikamarnya dan tanpa sengaja, Pratap melihat kalung mutiara Chand yang berserakan di lantai, Pratap memanggil adik tirinya itu sambil mengumpulkan kalung mutiara itu, tak lama kemudian Cand Kanwar menghampiri kakak tirinya ini dan merasa senang ketika melihat kakaknya, ternyata Pratap melakukannya dengan cepat namun kemudian Chand merasa sangat sedih karena kalung mutiaranya rusak “Bagaimana aku bisa mengenakannya malam ini di acara Ravan Dahan ?” ujar Chand cemas, Pratap termenung memikirkan sesuatu,
Sementara itu di kerajaan Bijolia, salah satu wakil atau juru bicara rakyat meminta maaf pada Ajabde “Tuan putri, kami tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu, kami hanya benar benar merasa kecewa dengan sikap Mewar” semua orang yang hadir disana setuju dengan pendapatnya “Kamu telah menunjukkan arah pada semua rakyat Bijolia agar tidak begitu mengkhawatirkan keadaan kita” Ajabde segera menyela ucapan si juru bicara tersebut “Petunjukku adalah tidak tertuju pada sebuah negara tapi tanah air kita, apakah kalian ingin agar aku menghancurkan semuanya dalam satu kali hentakan ? Apa yang akan kita lakukan dengan berpisah dari mereka kemudian bergabung dengan negara yang lain yang lebih berkuasa ? Apakah mereka nanti tidak akan memanfaatkan kita ? Aku hanya ingin mengatakan kalau aku akan mengirimkan sebuah pesan sekali lagi ke Mewar” Ratu Hansa Bai mendukung tindakan Ajabde karena keputusannya ini adalah benar, namun mereka penasaran siapa nanti yang akan mengirimkan pesan itu ke Chittor ? “Tuan putri, tidak ada satupun dari kami yang ingin pergi kesana sama sekali, lalu siapa yang akan kesana ?” Ajabde tersenyum dan berkata “Aku tahu ada seseorang yang akan melakukan hal ini untukku, yaitu adalah Patta ! Saudara angkatku” semua orang yang hadir disana menyangsikan kemampuan Patta namun Ajabde yakin dan percaya kalau Patta bisa melakukannya
Pada saat yang bersamaan Patta sedang diserang dan hendak dibunuh oleh beberapa tentara Afghanistan, banyak prajurit yang sudah menangkap dengan memegang dirinya namun akhirnya Patta bisa membuktikan kekuatannya di depan semua orang, Patta langsung membunuh prajurit Afghanistan itu satu per satu, di lain sisi Ajabde sangat yakin hanya Patta yang bisa membawa bala bantuan untuk mereka sekarang SINOPSIS MAHAPUTRA episode 293 by. Sally Diandra