SINOPSIS MAHAPUTRA episode 291 (08 Oktober 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Mewar, ruangan para leluhur sudah siap untuk pemujaan, Ratu Bhatyani merasa senang dengan persiapan tersebut “Dimana Rani Veer Bai ?” tiba tiba muncul Ratu Veer Bai bersama anak perempuan Ratu Bhatyani, putri Chand Kanwar, Ratu Bhatyani langsung memperhatikan penampilan anaknya ini dari atas sampai bawah dan memuji hasil kerja keras Ratu Veer Bai “Kamu telah mendandaninya persisi seperti yang aku inginkan, Rani Veer Bai” ujar Ratu Bhatyani sambil berjalan mendekati anaknya “Kamu, putri Chand Kanwar, kamu sering sekali mengecewakan ibu selama beberapa hari yang lalu, kamu memang telah berdandan sangat cantik tapi tetap saja kamu tidak menunjukkan auramu sebagai seorang putri kerajaan” Chand Kanwar hanya terdiam sambil menatap wajah ibunya dengan perasaan takut “Bagaimana jika ibu mengirimkan kamu sekolah dimana para putri kerajaan diajari tata cara berperilaku sebagai seorang putri kerajaan, etika dan lain sebagainya ?”
Chand Kanwar masih terdiam sambil menggigit bibir bawahnya, Ratu Bhatyani melihatnya dan segera mengusap bibir Chand Kanwar dan berbalik menuju ke arah para pelayan “Sekarang semua persiapan untuk pemujaan telah dilakukan, tapi dimana bunga untuk pemujaanku ?” semua orang hanya terdiam mendengar pertanyaan Ratu Bhatyani “Akan saya ambilkan, Maharani Bhatyani ,,, mungkin pangeran Pratap lupa karena dia saat ini sedang sibuk membeli beberapa kuda” salah satu pelayan menyela ucapan Ratu Bhatyani, Ratu Bhatyani tahu kalau Pratap bisa di serang dengan kudanya itu “Tapi dia tidak akan melupakan cintanya dan rasa hormatnya pada Choti Ma - nya, dia tidak akan pernah mengecewakan ibunya dan negeranya sampai saat ini, dia tidak pernah terlambat untuk membawakan bunga untuk pemujaanku dan itu tidak akan terjadi pada hari ini !” Chand Kanwar merasa senang begitu mendengar nama Pratap, kakak tirinya
Di pasar kuda, semua orang mengelu elukan nama Pratap “Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap ! Hidup pangeran Pratap !” Pratap mencoba berbicara dengan penjual kuda tersebut yang terseret puluhan meter oleh kudanya sendiri “Kuda ini seharusnya bertarung dengan pasukan Mughal tapi dia tidak bisa bertarung dengan seorang prajurit biasa seperti aku”, “Tapi anda ini buka prajurit biasa, pangeran Pratap ,,, anda sangat berani, anda tidak takut pada apapun” Pratap menyangkal ucapan si penjual kuda “Bukan seperti itu, tuan ,,, seseorang yang pemberani tahu bagaimana caranya untuk memerangi perasaan takut mereka, tolong katakan pada pembelimu yang orang Mughal, mereka bisa menguji orang Mewar manapun dan kapanpun ! Setiap prajurit cukup mampu untuk bertarung demi tanah airnya, jadilah prajurit biasa !” semua orang kembali mengelu elukan nama Pratap dengan perasaan bangga
Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh sudah memasuki ruang pemujaan, Raja Udai Singh merasa heran pada anak anak laki lakinya “Tidak ada seorangpun diantara mereka yang berada disini rupanya ?” tanya Raja Udai Singh heran “Maharani Bhatyani, kamu bilang kalau pangeran Jagmal akan berada disini tapi mana dia ?” Ratu Bhatyani segera mengirimkan pesan yang sama untuk anak sulungnya itu, Ratu Bhatyani memang tidak setuju untuk mentoleransi ketidak disiplinan dari anak sulungnya itu lagi “Jika dia tidak datang pada tepat waktu maka aku tidak akan membiarkan dia mengambil bagian pada pemujaan ini” kemudian Ratu Bhatyani menyuruh penjaga pintu ruangan pemujaan untik tidak membiarkan Jagmal masuk ke dalam ruangan tersebut ketika dia datang nanti, Raja Udai Singh meminta istrinya itu untuk tetap tenang “Bahkan Pratap juga belum datang, aku mengira kamu tidak akan memulai pemujaan ini tanpa dirinya, bukan ?”, “Kalau Pratap itu berbeda, Rana Ji” ujar Ratu Bhatyani,
Pada saat yang bersamaan Pratap sedang mengambil bunga teratai yang dipegang Chakrapani sedari tadi “Ayoo, kita temui Rani Ma (Ratu Bhatyani, setelah Ratu Jaiwanta pergi meninggalkan istana, Pratap menyebut Ratu Bhatyani sebagai Rani Ma - nya) dan Daaji Raj (Raja Udai Singh), mereka pasti sudah menunggu aku” Pratap dan Chakrapani segera berjalan menuju ke istana
Di kerajaan Mewar, salah satu prajurit yang menjaga pintu ruangan pemujaan melarang Jagmal masuk ke dalam ruangan tersebut sesuai dengan perintah Ratu Bhatyani, Jagmal nampa sangat marah pada prajurit tersebut, apalagi ketika prajurit itu berusaha untuk melarang Jagmal lagi “Maafkan aku, pangeran Jagmal ,,, aku hanya mengikuti perintah yang diberikan padaku tadi” sambil mencengkram baju prajurit itu, Jagmal bertanya “Apakah pangeran Pratap sudah datang juga ? Apakah kamu akan mendapatkan perintah yang sama untuknya ?” prajurit itu hanya menggelengkan kepalanya dengan perasaan takut, Jagmal langsung menghempaskan prajurit itu ke dinding dengan keras dan meninggalkannya begitu saja kemudian masuk ke dalam ruang pemujaan, namun prajurit tadi masih terus mengikutinya dibelakang Jagmal “Maharani Bhatyani, maafkan aku ,,, karena hamba tidak bisa mencegah pangeran Jagmal” prajurit tadi nampak ketakutan “Rani Ma, pecat saja dia ! Karena dia tidak mengijinkan aku untuk masuk ke dalam ruangan ini !” bentak Jagmal kesal “Ibu yang menyuruhnya melakukan hal itu !” Jagmal terkejut mendengar ucapan ibunya, sementara si prajurit kembali ke tempatnya bertugas “Rani Ma, aku tidak terlambat sekali, bahkan Pratap juga belum ada disini !” Ratu Bhatyani marah pada Jagmal karena menyebut nama Pratap dengan tidak sopan di depan kedua orangtuanya “Baiklah, baiklah ,,, aku koreksi kembali, pangeran Pratap, kak Pratap” sindir Jagmal dengan senyum mengejeknya
Tepat pada saat itu Pratap masuk ke dalam ruangan bersama Chakrapani dan menyapa mereka semua yang telah hadir di ruangan itu “Maafkan aku, kalau aku terlambat” ujar Pratap sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada “Kamu tidak usah meminta maaf, pangeran Pratap ,,, karena ibu tahu kalau kamu pasti sangat sibuk sekali” Jagmal langsung tidak suka begitu mendengar ucapan ibunya ke Pratap “Oooh, jadi begini ,,, ada perbedaan dalam menyambut kedua anak ibu ?” Ratu Bhatyani tidak suka dengan ucapan Jagmal dan meminta Jagmal untuk meminta maaf “Biarkan saja, Rani Ma ,,, tidak apa apa” ujar Pratap tenang, namun Ratu Bhatyani menegur Jagmal dengan keras “Kenapa kamu selalu membandingkan dirimu sendiri dengan kakakmu itu setiap saat ? Kamu itu tidak ada apa apanya kalau dibandingkan dengan dia ! Kakakmu pangeran Pratap datang terlambat karena dia harus memilih kuda kuda terbaik untuk pasukan Mewar, lalu kamu sendiri ? Apa yang bisa kamu jelaskan pada kami ?” bentak Ratu Bhatyani “Aku yakin pekerjaannya hanya sibuk terpesona pada kecantikan salah satu pelayan” sela Raja Udai Singh kesal “Ibu tidak akan mengijinkan kamu mengikuti pemujaan jika kamu tidak meminta maaf pada kakakmu” namun Pratap tidak mempermasalahkan hal itu “Rani Ma, Jagmal tidak melakukan apa apa, kami berdua datang terlambat, kami berdua seharusnya menundukkan kepala kami dan meminta maaf sebelum ibu marah, kami tahu kalau ibu tidak akan lama marah pada kami berdua” namun Ratu Bhatyani menyangkal ucapan Pratap
“Tidak, Pratap ! Jagmal harus mengerti kalau dia itu tidak disiplin ! Dan ibu tidak bisa mentoleransinya, jadi dia harus meminta maaf sama kamu !” Jagmal langsung menolak permintaan ibunya, hal ini menyebabkan Raja Udai Singh marah, Pratap mencoba menenangkan ayahnya, akhirnya Jagmal meninggalkan ruang pemujaan dengan perasaan kesal dan marah, Pratap bisa melihat ada kesedihan di wajah Ratu Bhatyani ketika Jagmal pergi meninggalkan mereka begitu saja dan mengabaikan perintah ibunya, Pratap langsung menyerahkan bunga teratai yang sedari tadi dipegangnya sambil menghampiri Ratu Bhatyani “Rani Ma, jangan terlalu keras dengan Jagmal” ujar Pratap sambil memberikan bunga teratai itu, Rtau Bhatyani terharu dan membelai wajah Pratap penuh cinta “Kamu tahu, semuanya menjadi berantakan setelah kak Jaiwanta, ibumu pergi dari istana ini, ibu harus mengaturnya kembali dari awal, namun semuanya bisa hancur seketika lagi oleh perbuatan Jagmal, kamu bisa menyelamatkan dia tapi ibu tidak akan mengijinkan hal itu terjadi, ibu tidak akan mengijinkan anak kandungku sendiri melakukan hal itu” ujar Ratu Bhatyani dengan wajah yang pura pura sedih, kemudian Pratap mendekat ke arah Chand Kanwar “Aku akan selalu melindungi saudara saudaraku, kita semua akan pergi bersama sama untuk melihat Rahan Dahan (Rahwana musuh Rama dalam kisah Rama & Shinta)” Chand tersenyum senang sambil menatap kearah Pratap “Kali ini kamu yang akan melakukannya, Pratap !” sela Raja Udai Singh,
Chand memohon dengan amat sangat untuk ikut membunuh Rahwana dalam pesta perayaan tersebut, namun Pratap mencoba untuk menolaknya tapi Chakrapani malah mendukung usulan Raja Udai Singh dan berkata “Aku telah datang ke istana ini sejak lama tapi sebenarnya aku merasa sedikit aneh atau takut untuk kembali ke istana ini, istana ini dulu sangat hangat dan menyejukkan, sekarang setelah tidak ada Maharani Jaiwanta atau juga Ajabde ,,,” belum juga Chakrapani menyelesaikan kalimatnya, Pratap langsung berteriak lantang ke Chakrapani dengan nada marah “Cukup, Chakrapani !” bentak Pratap lantang sambil mengangkat tangannya ke atas, Raja Udai Singh juga tidak suka dengan ucapan Chakrapani “Seharusnya kamu tidak menyebut nama itu di istana ini !” Chakrapani berusaha untuk menyelesaikan kalimatnya namun Pratap memintanya untuk berhenti membahas hal tersebut, kemudian Pratap berlalu meninggalkan ruangan pemujaan tersebut dengan perasaan kesal “Chakrapani, ada baiknya kamu tahu kalau tidak ada seorangpun yang menyebut nama Ajabde disini lagi selamanya, pangeran Pratap akan sangat marah” ujar Ratu Bhatyani setelah Pratap keluar dari ruangan itu “Kami telah membuat sebuah peraturan yang tidak tertulis tentang hal tersebut, jadi tidak ada seorangpun yang akan menyebut namanya” saat itu Pratap sedang berjalan di sepanjang koridor dengan perasaan marah yang terpendam
Sementara di kerajaan Bijolia, terlihat Ajabde sedang memegang kendi kuningan yang berisi air sambil berjalan ke arah pohon Tulsi, Ajabde hendak melakukan pemujaan pada pohon Tulsi, di lain sisi Pratap benar benar merasa terganggu dengan ucapan Chakrapani, Pratap merasa gelisah dikamarnya sambil memikirkan ucapan Chakrapani barusan, pada saat yang bersamaan Ajabde sedang melakukan pemujaan di depan pohon Tulsi, Pratap berbalik dan melihat ke arah pedangnya, Pratap mengambil pedang tersebut sambil teringat pada ibunya yang telah memberikan pedang itu, dia juga teringat ketika ibunya meninggalkan dirinya dan istana Chittor karena perbuatan Ajabde, Pratap memegang pedang itu dengan perasaan tidak berdaya ketika dirinya teringat bagaimana Ratu Jaiwanta langsung menutup pintu kuil persis di depannya, Pratap terkulai lemas dan terduduk dengan perasaan sedih, ucapan Ratu Bhatyani terus menerus menghantui dirinya “Aku benci kamu, Ajabde ! Aku benci kamu sebanyak aku mencintai kamu ! Ini memang adalah kesalahanku mencintai seorang gadis yang membuat aku kehilangan ibu kandungku sendiri, ibuku adalah segalanya bagiku !” ujar Pratap sedih,
Di kerajaan Bijolia, Ajabde masih terus berdoa dan melakukan pemujaan kali ini pada Dewa Matahari “Dewa Matahari, kamu telah menjaganya dengan sangat baik untukku sejak beberapa waktu yang lalu, restuilah dia selalu” sementara itu di tempat Pratap, sejenak Pratap menatap ke arah matahari dan langsung menutup tirai jendelanya dengan perasaan kesal, Ajabde masih terus berdoa dengan kedua tangannya dikatupkan di atas kepalanya, kemudian Ajabde melepas cincin emas dari ibu jarinya, yang diberikan oleh Pratap dulu ketika mereka menikah, Ajabde teringat kembali masa lalunya “Bagaimana aku bisa mengatakan padamu betapa aku mencintaimu hingga hari ini, pangeran Pratap ?” ujar Ajabde sedih, kemudian Ajabde mengenakan kembali cincin tersebut lalu berbalik dan berjalan perlahan lahan sambil memikirkan tentang Pratap, tak terasa pipinya basah oleh airmata
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 292 by. Sally Diandra