SINOPSIS MAHAPUTRA episode 290 (07 Oktober 2014) by. Sally Diandra
Narator : Kehidupan Pratap seakan akan berhenti setelah Ratu Jaiwanta dan Ajabde meninggalkan istana, tapi waktu terus berganti dan tidak akan pernah menunggu siapapun seperti yang seharusnya dicatat dalam sejarah, sejarah India berubah bersamaan berubahnya waktu, bangsa Mughal menguasai banyak daerah sekarang, tidak ada yang bisa berdiri menghadapi Jalal di medan pertempuran, Jalal selalu mempunyai sepasang mata pada suatu negara tertentu sampai tiba waktunya nanti hingga dia tidak akan bisa menaklukkan lagi, Jalal masih terus mengawasi Mewar, benteng Chittor terus menerus menghantuinya, Jalal sangat tidak berdaya karena benteng Chittor masih daerah yang bebas dan sampai saat ini belum mampu untuk dikuasai oleh Jalal, Jalal masih mempunyai kemampuan untuk bertarung melawan semua musuh musuhnya

Pada saat yang bersamaan, Rawat Ji menemui Raja Udai Singh, Rawat Ji membawakan sebuah busur dan anak panah yang suci yang dulu pernah di bakar oleh Raja Udai Singh pada saat acara Ravan, Rawat Ji meminta pada Raja Udai Singh untuk melakukan semuanya sesuai tradisi mereka, Raja Udai Singh mengijinkan “Rawat Ji, selama ini kamu selalu mengurusi segalanya untukku” Rawat Ji telah terbiasa dengan persahabatan mereka sekarang, Raja Udai Singh memperhatikan kotak yang berada di pojok kamarnya seraya berkata “Aku juga telah mendapatkan kebiasaanku kembali akan sesuatu hal tapi sekarang aku harus belajar untuk hidup tanpannya” Rawat Ji mengingatkan Raja Udai Singh soal Pratap “Maharana, kita seharusnya juga mengingatkan pangeran Pratap akan kebiasaannya pada hal hal yang sama juga, aku sangat mengkhawatirkan dirinya kali ini, pangeran Pratap selalu sibuk mengurusi orang lain dan pasukan kita, Maharana ,,, seperti hari ini adalah hari yang agung tapi pangeran Pratap sibuk menemukan kuda yang cocok untuk pasukan kita” ujar Rawat Ji cemas

Di dalam kamarnya, saat itu Jagmal sedang sibuk tertawa tawa dan berbicara dengan salah satu pelayannya, Jagmal sedang menikmati mendengarkan sebuah cerita dari pelayan tersebut, kemudian Jagmal menyuruh pelayan itu untuk membawakan sesuatu yang dia buat (Amal), Jagmal segera mengambilnya dan meminta diputarkan sebuah musik untuknya, sekilas Jagmal melihat tempat menyimpan pedang dikamarnya, Jagmal segera duduk di tepi tempat tidur dimana didepannya terdapat tempat pedang tersebut, Jagmal menarik tangan si pelayan kemudian di gesek gesekkannya jari pelayannya itu di pedang tersebut hingga berdarah “Pangeran Jagmal, aku mohon, pangeran ,,, lepaskan jariku karena jariku mulai berdarah, pangeran ,,, sakit sekali, pangeran” pelayan tersebut merintih kesakitan sambil mengiba meminta belas kasihan dari Jagmal, namun Jagmal nampak marah “Kamu tahu kenapa aku melakukan hal ini, ini semua karena kamu tidak membawakan aku banyak Amal (makanan buatannya), hal itulah yang membuat aku marah” ujar Jagmal sambil terus menggesek gesekkan jari si pelayan di pedang tersebut “Baiklah, pangeran ,,, akan aku bawakan lagi yang lebih banyak untukmu” ujar pelayan perempuan itu lirih “Aku sudah tidak mau lagi, aku mau mendengarkan musik saja” pelayan itu memohon pada Jagmal untuk melepaskannya, tepat pada saat itu salah satu pelayan laki laki menemui mereka dan mengabarkan padanya kalau Raja Udai Singh menyuruh Jagmal ikut dalam pemujaan, namun Jagmal tidak tertarik, pelayan itu mengabarkan kalau Pratap akan membunuh Ravan kali ini, Jagmal sangat terkejut, Jagmal menyuruh pelayan laki laki itu untuk mendekat kearahnya, kemudian Jagmal mengatakan sesuatu padanya lalu kembali menyakiti jari pelayan perempuan itu berulang kali “Pergilah ! Dan katakan pada Rani Ma kalau aku akan ikut dalam pemujaan !” tak lama kemudian pelayan laki laki dan perempuan itu pergi meninggalkan Jagmal
Di pasar kuda, Pratap mendatangi pasar itu untuk mencari kuda kuda terbaik untuk pasukannya, ketika Pratap sedang melihat lihat kuda tersebut tiba tiba seekor burung elang terbang melintas diatasnya, para pemilik kuda sedang ngobrol satu sama lain, Pratap melihat ada keanehan, Pratap memperhatikan sekitarnya sambil memegang sebuah bunga teratai di tangannya, tiba tiba burung elang itu menjatuhkah ular yang dibawanya sedari tadi ke arah kuda kuda tersebut, kuda kuda itu langsung meringkik ketakutan dan histeris, semua orang mencoba untuk menenangkan kuda kuda itu tapi situasinya bertambah kacau kacau, Pratap mendengar ada seorang anak yang menangis, Pratap segera memberikan bunga teratai yang dibawanya itu ke Chakrapani dan pergi menyelamatkan anak kecil itu, Chakrapani tertegun, Pratap segera memegang tali kekang kuda tersebut yang hendak melukai si anak kecil, anak kecil itu berterima kasih pada Pratap karena telah menyelamatkan dirinya, namun tiba tiba ada kuda yang lain yang masih ketakutan, si pemilik kuda tidak bisa menenangkan kudanya dan tiba tiba kuda itu lari begitu cepat keluar dari pasar tersebut, si pemilik yang masih memegangi tali kekang kudanya rupanya terseret bersamaan kuda tersebut,
Pratap segera berlari mengejarnya melewati jalanan yang terbentang di Mewar, semua orang memperhatikannya dengan tatapan kaget, Pratap berusaha untuk menangkap kuda itu dan akhirnya bisa memegang si pemilik kuda tepat waktu, Pratap segera membantu pemilik kuda tersebut untuk bangun, Chakrapani akhirnya juga sampai disana dan membantunya, tiba tiba seorang laki laki mengatakan pada Pratap kalau burung elang itu menyambar bendera Mewar mereka dan cengkraman cakarnya, semua orang mendongak keataa kearah langit, Pratap memberikan Pangdinya ke Chakrapani dan mengejar burung elang tersebut ! Burung elang terbang di atas padang pasir, sementara Pratap masih terus mengikutinya naik turun, hingga akhirnya Pratap mengeluarkan belatinya dan melesatkannya tepat di cakar si burung elang, bendera itu pun lepas dari cengkraman si burung elang, Pratap segera melompat untuk memegang bendera Mewar sebelum bendera itu menyentuh pasir, Pratap mencium bendera itu dengan bangganya
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 291 by. Sally Diandra