SINOPSIS MAHAPUTRA episode 289 (06 Oktober 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Mewar, Ajabde saat itu sedang duduk di dalam tandunya ketika Pratap memasuki istana Mewar dengan kudanya sambil membawa rangkaian bunga di tangannya, Ajabde melongok kebelakang dari dalam tandunya dan melihat istana itu dengan tangisan airmata, Ajabde teringat ketika dirinya baru saja sampai dirumah mertuanya dan melakukan ritual Grehpravesh, kemudian beberapa peristiwa yang terjadi selanjutnya, sementara Pratap memasuki istana Mewar dari jalan disebelahnya yang terhalang oleh tembok tinggi sehingga Pratap tidak bisa melihat Ajabde dengan tandunya
Dengan perasaan senang, Pratap memanggil manggil nama Ajabde “Ajabde ! Ajabde ! Ajabde !” namun tidak ada balasan apapun, Pratap benar benar penasaran dimana Ajabde berada “Adakah orang yang mendengar suaraku ?” teriak Pratap lantang, Ratu Bhatyani segera menghampiri Pratap “Semua orang pasti mendengar suaramu, pangeran ,,, tapi mereka pasti tidak cukup berani untuk berhadapan denganmu, banyak sekali kejadian yang terjadi di istana ini ketika kamu pergi dari istana ini, semua orang khawatir akan reaksi kamu, kami berfikir kalau Ajabde akan membawa kedamaian dan kebahagiaan, tidak hanya buat kamu tapi juga untuk istana ini, tapi itu semua telah terbalik sekarang” Ratu Bhatyani berusaha meracuni pikiran Pratap “Semuanya menjadi hancur secepat mungkin setelah Ajabde memasuki istana kita”
Pratap hendak mengatakan sesuatu namun Ratu Bhatyani tidak memberikan kesempatan padanya “Takdir telah memainkan permainan yang sangat kejam pada kita, pangeran ,,, aku tahu kamu tidak akan bisa mentoleransi hal ini” Ratu Bhatyani kemudian menceritakan semuanya tentang kepergian Ratu Jaiwanta yang meninggalkan mereka juga istana Mewar, Ratu Bhatyani memberikan sebuah cerita palsu pada Pratap bagaimana Ajabde setuju untuk pergi bersama Rao Mamrak Ji, kemudian Pratap ingin berbicara dengan ayahnya tapi Ratu Bhatyani segera mencegahnya “Saat ini hatinya benar benar sedang hancur lebur, seseorang yang biasanya dia percayai tidak ada disini selamanya” Pratap merasa sedih dan mulai menangis, kemudian Ratu Bhatyani mengajaknya untuk mengintip melihat ayahnya melalui lubang jendela, saat itu Raja Udai Singh sedang duduk dikursi sambil minum minuman keras, putus asa dan tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya, Pratap tiba tiba menyadari dimana ibunya berada “Rani Ma, pasti pergi ke Vrindavan !”
Pratap segera berlari keluar dari istananya
Pada saat yang bersamaan, Ajabde juga memikirkan hal yang sama, Ajabde segera menghentikan rombongan tandunya, sementara Pratap teringat pada ucapan ibunya “Kemanapun bila ibu merasa ingin bebas dari semua kekhawatiran maka ibu akan pergi ke Vindravan” Ratu Bhatyani hendak mencegahnya namun Pratap terus berlari dan tidak menggubris Ratu Bhatyani, Ajabde meminta pada ayahnya untuk mengijinkannya pergi ke Vindravan sekali ini saja “Aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depanku nanti tapi aku ingin mendengarnya langsung dari Rani Ma kalau dia pergi dari istana Mewar itu bukan karena aku, itu sangat penting buat aku, ayah” di lain sisi, Ratu Jaiwanta sedang berada di sebuah kuil dengan pakaiannya yang sangat sederhana, Pratap berusaha menaiki anak tangga pada kuil yang sama dimana Ratu Jaiwanta berada, dari kejauhan Ratu Jaiwanta merasakan sesuatu dan berkata pada pendeta “Pendeta, anakku telah datang, kamu harus menghentikannya !” pendeta itupun menuruti permintaan Ratu Jaiwanta,
Pendeta segera keluar dan menemui Pratap “Pangeran Pratap, saat ini ibumu tidak ingin bertemu denganmu” Pratap tidak setuju dengan ucapan pendeta tersebut “Ini tidak pernah terjadi !” kemudian Pratap memohon pada pendeta, akhirnya sang pendeta memberikan satu kesempatan pada Pratap untuk menemui ibunya, namun Ratu Jaiwanta meminta agar pendeta tegas pada Pratap “Jika dia datang kesini tanpa ijin dariku maka aku akan berfikir kalau ini adalah sebuah kejahatan yang sangat besar, aku bukan lagi Rani Ma - nya sekarang ataupun Maharani Mewar, aku hanya seorang pengikut Dewa Khrisna sekarang yang ingin hidup dengan damai disini” pendeta lalu menyarankan pada Ratu Jaiwanta untuk menemui Pratap sekali saja, namun Ratu Jaiwanta tidak berkenan, Ratu Jaiwanta berupaya mengurangi tugas tugas pendeta di kuil dan mengambil tugas tersebut dengan kehendaknya sendiri, Pratap merasa terharu begitu melihat Rani Ma - nya ada di tengah pintu,
Ratu Jaiwanta teringat pada ucapan Ratu Veer Bai yang menyakitkan hatinya, Ratu Jaiwanta segera menutup pintu tepat dihadapan Pratap “Rani Ma ! Buka pintunya, buka pintunya, Rani Ma ! Tidakkah kamu ingin bertemu atau berbicara dengan anakmu sekali saja ? Tolong katakan apa salahku, Rani Ma ?” Pratap berusaha terus menerus memohon pada ibunya tapi akhirnya tetap gagal, sementara di dalam kuil, Ratu Jaiwanta berdoa pada Dewa Khrisna untuk memberinya kekuatan “Jika aku bicara dengannya meskipun hanya sekali maka hal itu akan mengubah keputusanku”, diluar Pratap menangis sedih sambil duduk di depan pintu sementara Ratu Jaiwanta terus menerus berdoa pada Dewa Khrisna didalam kuil, tak lama kemudian Pratap meninggalkan tempat itu dengan perasaan sedih, sejenak Pratap menatap ke belakang kemudian melanjutkan langkahnya dengan perasaan sedih.
Tak lama kemudian, Pratap melihat Ajabde juga berada di Vindravan, Pratap teringat semuanya, sementara Ajabde sangat senang sekali bisa bertemu dengan Pratap disana “Kamu pasti telah bertemu dengan Rani Ma, pasti Rani Ma telah mengatakan semuanya padamu, dia pasti telah mengatakan kalau Ajabde tidak bersalah” Pratap tertegun dan berkata “Rani Ma telah tersingkir jauh oleh cintamu padaku, jika aku tahu tentang hal ini sejak dulu, kalau ternyata cintaku ini menuntut sebuah pengorbanan besar dariku, maka aku tidak akan pernah jatuh cinta !” Ajabde kaget begitu mendengar ucapan Pratap “Jadi kamu juga berpikir aku yang salah ? Kamu pikir aku telah memaksa Rani Ma untuk meninggalkan istana ? Ternyata cuma segini kepercayaanmu padaku ?” Pratap tetap tidak percaya pada Ajabde, Pratap tetap merasa kalau Ajabde telah menipunya “Jika kamu menginginkan aku hanya untuk kamu sendiri dan berfikir kalau Rani Ma adalah penghalang dijalanmu, kenapa kamu bisa sangat egois seperti itu ? Apakah kamu ingat tujuh janji suci yang telah kita ucapkan berdua yang telah kita rubah sendiri ? Aku telah mengatakan padamu kalau kamu selalu akan berada setelah Rani Ma bagiku !”
Rao Mamrak Ji yang mendengarkan semua pembicaraan mereka dari kejauhan langsung kaget, Pratap tidak percaya kalau Ajabde telah melupakan semua sumpah yang telah mereka ucapkan bersama secepat ini, Ajabde tidak bisa berbuat apa apa lagi sekarang karena Pratap bahkan tidak mempercayainya lagi “Apa gunanya membuat orang lain menyadari kalau aku ini sebenarnya tidak bersalah ketika kamu malah menyalahkan aku juga ! Tidak ada tujuannya sekarang untuk menguji apapun karena tidak ada kepercayaan sama sekali diantara kita !” ujar Ajabde sengit, sementara Pratap tetap bersikeras dengan ucapannya dan enggan untuk mencabut kata katanya lagi
“Kamu telah merenggut Rani Ma dari aku dan kamu juga telah menyakiti perasaan ayahku ! Aku tidak akan memaafkan kamu untuk hal ini ! Tidak akan pernah ! Mulai saat ini aku membenci kamu !” Ajabde langsung menghentikan Pratap “Kamu bisa saja terus membenci aku tapi aku telah mencintai kamu dan aku juga akan tetap mencintai kamu, suatu hari nanti kebencianmu akan berubah menjadi cinta ! Ingat satu hal pangeran Pratap ,,, aku tidak akan menerima cintamu sampai kamu mulai mempercayai aku lagi” ujar Ajabde sedih “Mulai sekarang dan selamanya, aku yakin kalau dalam hatiku hanya ada perasaan benci padamu ! Cinta kita telah mati !” ujar Pratap lantang kemudian berlalu meninggalkan Ajabde begitu saja dengan perasaan kesal dan marah, sementara Rao Mamrak Ji langsung terjatuh pingsan begitu mendengar ucapan Pratap, Ajabde terkejut melihat ayahnya pingsan, Ajabde berlari kearah ayahnya dan berusaha membangunkan ayahnya
Beberapa hari kemudian ,,,,
Di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani yang didampingi oleh Ratu Veer Bai memerintahkan para pelayannya untuk membersihkan ruangan dimana gambar gambar para leluhur di simpan disana “Aku akan melakukan pemujaan disini setiap hari sama seperti yang dilakukan oleh Maharani Jaiwanta dulu, panggil semua pendeta ! Dan cepatlah pergi ke kamar pangeran Pratap, katakan padanya kalau Choti Ma - nya ingin beberapa bunga untuk pemujaan” ujar Ratu Bhatyani lantang, namun Ratu Bhatyani baru mengetahui kalau Pratap tidak pernah keluar dari kamarnya sejak beberapa hari yang lalu, pada saat yang bersamaan saat itu dikamar Pratap, Pratap sedang termenung sedih sambil memikirkan tentang pernikahannya dengan Ajabde ketika Ratu Bhatyani memasuki kamarnya, Ratu Bhatyani berupaya mengingatkan Pratap tentang tugas sehari harinya “Pangeran Pratap, ambil aku beberapa bunga untuk melakukan pemujaan”
Pratap langsung meminta maaf pada ibu tirinya itu karena dirinya tidak bisa melakukannya sekarang, tapi Ratu Bhatyani tetap memaksa Pratap untuk ikut dengannya “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu” ujar Ratu Bhatyani, saat itu Pratap sedang memegang kain atau dupatta yang sering dipakai oleh ibunya dalam genggaman tangannya, Ratu Bhatyani mengajak Pratap untuk menatap sinar matahari “Pratap, menang atau kalah matahari ini selalu bangun dan menyinari setiap hari dengan sinarnya yang terang sehingga kita bisa memulai sebuah hari baru setelah melewati setiap malam, aku ingin kamu melupakan masa lalumu, ayooo keluar dari kamarmu, kerjakan tugasmu dan ambilkan beberapa bunga untuk aku sama seperti yang biasanya kamu lakukan untuk Rani Ma - mu itu” ujar Ratu Bhatyani
Pratap akhirnya keluar dari istana sementara kata kata Ratu Bhatyani terus terngiang ngiang di benaknya tentang bagaimana dia seharusnya bangkit dari keterpurukannya dalam hidup “Kamu adalah seorang Rajput !” Pratap segera berlari menuju ke atas bukit dengan cepat “Kamu telah diciptakan untuk mengatasi semua penderitaanmu dan masalahmu ! Kamu harus bisa mengatasi itu semua ! Berhentilah berfikir untuk dirimu sendiri ! Berfikirlah untuk tanah airmu ! Mungkin Dewa sedang menguji kamu saat ini, kamu harus melaluinya dengan terbang mewarnai langit sehingga semua orang di masa mendatang nanti akan mengingat kamu untuk hal yang sama ! Dharti ka Veer Putra, Maharana Pratap !” saat itu Pratap melompat dari tebing yang sangat tinggi dan mendarat di tanah yang landai dengan bunga teratai di tangannya, Pratap telah tumbuh dewasa sekarang
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 290 by. Sally Diandra