SINOPSIS MAHAPUTRA episode 288 (02 Oktober 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 288 (02 Oktober 2014) by. Sally Diandra Di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani bertemu dengan Dhaman Singh di koridor istana, Dhaman Singh membawa sebuah kabar baik untuk Raja Udai Singh, sementara Ratu Bhatyani sangat penasaran ingin mengetahuinya, pada saat yang bersamaan saat itu Raja Udai Singh sedang berdandan dibantu oleh para pelayannya di dalam kamar “Pratap, kenapa kamu selalu melibatkan aku dalam masalah, kalian berdua ibu dan anak selalu melakukan hal yang sama” bathin Raja Udai Singh kesal sambil menatap ke cermin riasnya, tak lama kemudian Dhaman Singh menemui Raja Udai Singh, Dhaman Singh segera membagikan kabar baik itu ke Raja Udai Singh “Maharana Udai Singh, rupanya Jalal telah kembali pulang ke kerajaannya sendiri sementara pangeran Pratap juga telah kembali ke sini bersama sama dengan pasukannya” Raja Udai Singh merasa lega mendengarnya “Terima kasih Dewa untuk restu yang telah kamu berikan” kemudian Raja Udai Singh memberikan cincin emasnya untuk Dhaman Singh sebagai tanda terima kasihnya karena telah memberikan kabar baik itu “Dhaman Singh, kamu telah membuat hari yang buruk ini menjadi sebuah hari yang baik” ujar Raja Udai Singh senang, kemudian Raja Udai Singh memberikan tugas pada Dhaman Singh untuk mencari Ratu Jaiwanta “Bawalah dia pulang dengan segala penghormatan seorang Ratu, dia mungkin belum pergi terlalu jauh dari kerajaan ini” Dhaman Singh menerima tugas tersebut dan segera berlalu dari sana, 



Sementara itu di luar kamar Raja Udai Singh, Ratu Bhatyani sedang menunggu Dhaman Singh dengan perasaan tidak sabar, setelah Dhaman Singh keluar, Ratu Bhatyani langsung memuji Dhaman Singh dan Ratu Bhatyani tahu kalau Dhaman Singh sangat menghormatinya, kemudian Dhaman Singh menceritakan semua tugas yang diberikan oleh Raja Udai Singh padanya setelah di desak oleh Ratu Bhatyani “Kalau begitu ikutilah semua perintah Maharana Udai Singh tapi aku harap kamu harus gagal melakukan misi ini !” Dhaman Singh terkejut begitu mendengarnya “Aku tahu kalau nanti Maharana Udai Singh pasti akan sangat marah padamu tapi aku akan membayar semua perngorbanan yang telah kamu lakukan padaku” Dhaman Singh akhirnya menyetujui permintaan Ratu Bhatyani 

Dalam perjalanannya ke kerajaan Mewar, Rao Mamrak Ji sedang memikirkan tentang ucapan Mahmood Shah yang mengabarkan keinginan Jalal untuk membuat Ajabde menjadi janda, tak lama kemudian Rao Mamrak Ji bertemu dengan salah satu prajuritnya yang mengabarkan padanya kalau Jalal telah kembali ke kerajaannya sendiri dan Pratap baik baik saja “Pangeran Pratap akan segera sampai di benteng Chittor, Rao Mamrak Ji” Rao Mamrak Ji merasa senang mendengarnya “Syukurlah, kalau begitu ,,, Ajabde juga pasti akan senang mendengar hal ini, dia memang sangat beruntung untuk Chittor, tidak akan ada kesalahan yang terjadi disana” ujar Rao Mamrak Ji yang kemudian menyuruh prajuritnya itu untuk kembali ke kerajaan Bijolia, sementara dirinya akan terus ke benteng Chittor untuk bertemu dengan Ajabde 

Sementara itu, di kerajaan Mewar, Ratu Bhatyani mulai melancarkan aksinya dengan meracuni pikiran Raja Udai Singh yang saat itu masih berada di kamarnya, Ratu Bhatyani memprovokasi Raja Udai Singh untuk menentang Ajabde “Dia itu baru saja masuk ke dalam istana ini tapi dia berfikir kalau dia telah memiliki semua haknya, bahkan dia juga telah mengirimkan suaminya sendiri ke medan perang sendirian, kemudian dia juga telah mengirimkan kak Jaiwanta ke suatu tempat dengan semua barang barangnya” Raja Udai Singh hanya terdiam mendengarkan semua ucapan Ratu Bhatyani “Aku telah ada disini sejak bertahun tahun lamanya tapi aku tidak pernah begitu berani untuk melakukan sesuatu yang seperti itu atau memaksa kak Jaiwanta melakukan hal tersebut, katakan padaku, Rana Ji ,,, apakah ketika nasib baik mengangkat seseorang maka mereka menjadi tidak begitu disiplin seperti ini ?” Raja Udai Singh tertegun “Semuanya bisa langsung terjadi hanya dalam waktu satu hari ! Kamu telah membuat seorang gadis biasa menjadi istrinya Pratap, ini semua karena cinta kita dan restu kita padanya, pangeran Pratap akan datang kembali dengan aman namun mungkin bisa jadi suara atau karma Ajabde akan mempengaruhinya buruk, sebenarnya Ajabde tidak harus disalahkan karena nasibnya memang seperti ini, jadi aku sarankan agar kamu mengirimkan Ajabde pulang ke Bijolia” Raja Udai Singh tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Ratu Bhatyani, 

Raja Udai Singh malah tidak tertarik namun Ratu Bhatyani bersikeras memaksanya “Rana Ji, coba kamu pikirkan sejak kita membicarakan tentang hubungan ini, beberapa atau masalah lain mulai bermunculan, tapi karena dia telah datang ke sini, hal tersebut diluar kendali kita, seperti Jalal yang telah datang sampai di pintu kita, kak Jaiwanta juga meninggalkan kita semua, Pratap pasti juga tidak bisa melakukannya karena Pratap sangat mencintai Ajabde” Ratu Bhatyani terus menerus meracuni pikiran Raja Udai Singh “Ajabde tahu tentang hal ini tapi sekarang kita seharusnya lebih fokus pada langkah pertama kita kali ini, panggil Rao Mamrak Ji dan kirimkan Ajabde pulang bersamanya tanpa bertanya tentang alasan apapun, bagaimanapun caranya dia harus pergi dari istana ini beberapa hari, jika dia dan Pratap tinggal di tempat yang terpisah maka kita akan bisa membebaskan Pratap dari mantra Ajabde ini” ujar Ratu Bhatyani sambil memegang tangan suaminya itu “Kita telah melihat pasang surut kehidupan ini, berikan aku satu kesempatan untuk menemukan cara untuk bisa mengatasi masalah ini, biarkan aku mencoba satu kesempatan lagi” ujar Ratu Bhatyani sambil memberikan segelas air untuk Raja Udai Singh sambil memikirkan sesuatu dalam benaknya 

Saat itu, Pratap sedang dalam perjalanan pulang ke benteng Chittor bersama para prajuritnya, sementara di kerajaan Mewar, Ratu Veer Bai meminta pada Ratu Bhatyani untuk mengijinkannya mengatakan hal yang sebenarnya pada Raja Udai Singh, Ratu Veer Bai teringat pada kata kata kasar yang telah dilontarkannya ke Ratu Jaiwanta “Kak Bhatyani, kak Jaiwanta itu pergi karena aku, bukan Ajabde !” ujar Ratu Veer Bai cemas “Lalu apa konsekwensinya ? Apaka kak Jaiwanta akan kembali kesini ? Tidak kan ? Malah kamu nanti yang akan dilempar keluar dari istana ini ! Hal ini juga bisa terjadi pada keluargamu yang tidak akan diampuni oleh Rana Ji ! Kamu tahu kan bagaimana Rana Ji kalau dia sedang marah ?” ujar Ratu Bhatyani sengit “Tapi ini akan tidak adil bagi Ajabde, kak ,,, dia tidak seharusnya disalahkan dalam masalah ini” Ratu Veer Bai merasa bersalah pada Ajabde “Tidak usah terlalu memakai perasaanmu, Veer Bai ,,, bagaimanapun juga Ajabde harus pulang kembali ke rumah orangtuanya, dia harus tinggal disana sampai Gauna-nya, dia akan kembali dalam beberapa tahun kedepan dan pada saat itu Rana Ji juga akan tenang kembali, tapi kamu tidak akan melakukan hal yang benar jika kamu mengatakan yang sebenarnya !” Ratu Veer Bai tertegun 

“Tidakkah kamu ingin sebuah kehidupan dimana kamu akan mendapatkan semua penghormatan, kemewahan dan kehormatan menjadi istri seorang Maharana Mewar ? Kamu ingin untuk meninggalkan semua ini hanya untuk perasaanmu belaka ? Dengan mengatakan pada Maharana Udai Singh tentang kenyataan yang sebenarnya maka kamu akan dijauhi seumur hidup ! Dia pasti akan memberikan kamu hukuman mati dan hal itu juga akan berlaku untuk keluargamu ! Apakah kamu menginginkan hal itu ?” Ratu Veer Bai menggelengkan kepalanya dengan perasaan takut, Ratu Bhatyani merasa senang karena rencananya kembali berhasil “Aku janji padamu kalau kamu tetap diam maka kamu akan mendapatkan semua kehormatan, kemewahan dan cinta Rana Ji tapi tidak boleh menghalangi jalanku ! Aku janji padamu, kalau aku tidak akan membiarkan siapapun yang akan mencampuri urusan kita berdua, kalau kamu mematuhinya maka aku berjanji” akhirnya Ratu Veer Bai menyetujui permintaan Ratu Bhatyani dengan perasaan malas 

Pada saat yang bersamaan, Rao Mamrak Ji sudah mencapai di istana Mewar, sementara Ratu Bhatyani sedang menggandeng Ajabde sambil berkata “Aku tahu kalau kamu pasti akan membawa kemalangan dan menjadi ketidak beruntungan bagi keluarga kami, aku seharusnya tidak membawa kamu ke sini tapi bagaimanapun juga aku ini ibunya Pratap, aku tidak mempunyai pilihan lain selain menyetujuinya” Ajabde bingung dengan sikap Ratu Bhatyani “Aku sudah mengatakannya padamu, kamu telah menyetujuinya untuk mengatakannya pada Rani Ma ketika aku menceritakan semuanya padamu, tapi mengapa kamu tidak melakukannya ?” Ratu Bhatyani merasa penasaran kalau Ajabde hendak mencoba mengatakan kalau dirinya sengaja menyembunyikannya dari Ratu Jaiwanta “Jangan salahkan aku untuk menutupi kesalahanmu, Ajabde ! Kamu mungkin menyalahkan aku karena membuat kak Jaiwanta pergi dari istana ini ! Kamu mungkin mengira kalau akulah yang menulis surat itu dan aku juga yang mengirimkan Pratap pergi berperang !” Ajabde setuju dengan ucapan Ratu Bhatyani “Kamu memang bisa melakukan hal itu, Choti Ma, kamu memang cukup mampu untuk melakukannya” 

Tiba tiba Raja Udai Singh berteriak memanggil nama Ajabde dengan nada marah “Ajabde ! Sampai saat ini aku masih mempertimbangkan apakah kami akan akan mengirimkan kamu pulang ke rumahmu atau tidak, aku datang kesini hendak mengatakan pada Rani Bhatyani untuk menunda kepulanganmu untuk sementara waktu tapi sekarang aku melihatnya sendiri kamu begitu berani bertindak seperti itu pada Rani Bhatyani, jadi aku mengira kalau ini memang keputusan yang tepat ! Pertama kamu telah memaksa Maharani Jaiwanta untuk pergi meninggalkan istana ini dan sekarang kamu telah menyalahkan Rani Bhatyani untuk hal tersebut !” Ajabde merasa sedih dan ingin menjelaskan pada ayah mertuanya tapi Raja Udai Singh mengatakan kalau dirinya menyesal telah menikahkan Pratap dengan Ajabde “Aku telah melupakan semuanya tentang pikiran orang orang, tentang harapanmu untuk berusaha mencapai langit, aku juga telah lupa dengan harapanku sendiri yang ingin membuat seorang gadis biasa kebanggaan Mewar tidak akan pernah menjadi nyata, itu semua hanya diingat dalam khayalanku belaka” 

Dari kejauhan Rao Mamrak Ji mendengarkan semua ucapan Raja Udai Singh dan merasa marah karenanya, Ajabde kaget begitu melihat ayahnya ada di istananya Sementara itu, dalam perjalanan ke Chittor, Pratap merasa senang karena sebentar lagi dia akan sampai dirumah dan bertemu dengan Ajabde, di tengah jalan Pratap melihat kebun bunga yang terhampar didepannya dengan bunganya yang bermekaran yang berwarna warni, Pratap menyuruh prajuritnya untuk melanjutkan perjalanan mereka sementara dirinya ingin berhenti disana terlebih dahulu untuk menikmati keindahan bunga tersebut, sedangkan di kerajaan Mewar, Rao Mamrak Ji yang tidak suka dengan pernyataan Raja Udai Singh pada anaknya, mulai mengajukan pertanyaan tentang perilaku Raja Udai Singh pada Ajabde “Maharana Udai Singh, bagaimana bisa kamu menghina anakku seperti itu ?” Raja Udai segera memerintahkan Rao Mamrak Ji untuk membawa Ajabde pulang ke istananya “Gauna-nya tidak akan terjadi sampai aku mengirimi kamu sebuah pesan yang sama” Rao Mamrak Ji semakin tidak mengerti dan kaget “Kenapa kamu membawanya kemari jikan kamu hanya ingin menghinanya saja ?” Raja Udai Singh menyesali kesalahannya 

“Aku akan membalas semua itu dengan nyawaku, istriku, Maharani Mewar telah meninggalkan istana ini karena perbuatan anakmu !” saat itu Ratu Veer Bai menyela pembicaraan mereka “Rana Ji, kamu salah !” Ratu Bhatyani segera menimpali ucapannya “Ratu Veer Bai, lebih baik kamu diam saja ! Aku tidak ingin putri seorang Samant yang lain membuat penghinaan pada tradisi kita !” Ajabde segera menghampiri ayahnya dan memohon pada ayahnya dengan mengatupkan kedua tangannya “Ayah, aku mohon padamu, lebih baik ayah pulang saja ke Bijolia sekarang atau situasi disini akan bertambah buruk”, “Hal itu sudah terjadi, Ajadbe !” ujar Rao Mamrak Ji sengit “Aku akan pulang ke Bijolia tapi bersama Ajabde ! Ajabde, cepat kemasi barang barangmu” namun Ajabde menolaknya “Biarkan pangeran Pratap pulang dulu, ayah ,,, tunggulah beberapa saat” namun Rao Mamrak Ji sudah tidak sabar untuk menunggu “Jika aku harus menunggu lebih lama lagi maka aku akan mati !” Ajabde akhirnya menuruti permintaan ayahnya, Ratu Veer Bai merasa amat sangat bersalah pada Ajabde, 

Pada saat yang bersamaan Pratap sedang memetik beberapa bunga untuk Ajabde, Pratap teringat ketika dirinya memikirkan untuk memberikan hadiah untuk Ajabde dan apa yang telah Chakrapani dan ibunya sarankan padanya, sedangkan Ajabde yang saat itu sudah berada di halaman istana Mewar, kembali teringat akan ucapan Raja Udai Singh, Ajabde sangat terluka dengan kata kata yang dilontarkan oleh ayah mertuanya itu, bahkan Rao Mamrak Ji juga sangat marah dengan apa yang terjadi di istana itu, Ajabde berjalan sambil menangis menuju kearah ayahnya yang saat itu sudah menunggangi kudanya, sementara Pratap terlihat bahagia karena dirinya tahu kalau Ajabde pasti sedang menunggunya saat ini di istana “Perasaanku benar benar bahagia saat ini, bahkan aku tidak bisa mengungkapkannya dalam kata kata” ujar Pratap dengan senyum manisnya yang mengembang SINOPSIS MAHAPUTRA episode 289 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top