SINOPSIS MAHAPUTRA episode 286 (30 September 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 286 (30 September 2014) by. Sally Diandra Di kerajaan Mewar, pada malam hari, Pratap dan Ajabde keluar menuju ke halaman istana, Pratap terus terbatuk batuk hingga tidak bisa mengontrol batuknya sendiri dan dihalaman istana, mereka berdua melihat banyak sekali burung merpati putih yang singgah di taman untuk meminum air putih di sebuah wadah yang memang mereka siapkan di halaman, Pratap dan Ajabde merasa heran, kenapa begitu banyak burung merpati putih yang datang ke halaman mereka, kemudian mereka berdua mendongak keatas dan melihat ribuan burung merpati putih terbang kesana kemari diatas mereka dilangit yang hitam, Pratap dan Ajabde merasa takjub melihat burung burung merpati tersebut namun kemudian mereka berdua merasa aneh, Pratap merasa ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi, Pratap dan Ajabde juga mendengar ringkikkan kuda yang saling bersahut sahutan merasa ketakutan 

Sementara itu, semua prajurit yang sedang berjaga di perbatasan Mewar dibunuh oleh Jalal dan Nasir, Jalal bertujuan agar penjaga terakhir tunduk terhadap bendera Mughal, penjaga tersebut melihat bendera tersebut dan terkejut dan tiba tiba perutnya tertusuk oleh panah yang dilesatkan oleh salah satu prajurit Jalal namun sebelum mati dan dalam keadaan sekarat, prajurit itu segera memotong sebagian kecil bendera tersebut dan meletakkannya di paruh salah satu burung merpati putih yang di peliharanya dan melepaskannya untuk terbang ke udara, hingga akhirnya prajurit itupun tewas, tak lama kemudian Jalal memasuki daerah Mewar bersama pasukannya, pada saat yang bersamaan Ajabde sedang berusaha menenangkan Pratap “Pangeran Pratap, ini mungkin saja sebuah kebetulan belaka” namun ketika Pratap sedang mengenakan baju perisai perangnya, Pratap melihat seekor burung merpati menghampiri kamarnya dan bertengger di jendela kamarnya, 

Pratap segera mendekati burung merpati putih tersebut dan melihat sobekan kain berwarna hijau disekitar paruhnya, Pratap segera mendekat dan menyadari kalau sobekan kain berwarna hijau itu adalah bagian dari bendera Mughal, Ajabde juga sangat terkejut begitu melihatnya, Pratap sadar kalau pasukan Mughal sedang menuju ke arah mereka untuk menyerang Mewar “Pangeran Pratap, lebih baik kamu memberitahu semua orang, kita tidak bisa membuang buang waktu lagi” saat itu Pratap hendak pergi ke ayahnya sementara Ajabde akan memberitahu Rawat Ji “Ajabde, berhati hatilah, kita tidak inginkan menakuti semua orang ? jadi sampaikan berita ini secara hati hati” Ajadbe langsung menganggukkan kepalanya kemudian meninggalkan Pratap, 

Pratap pun pergi untuk menemui ayahnya Pratap memberitahu prajurit untuk mengabarkan pada ayahnya kalau dirinya ingin bertemu dengan Raja Udai Singh namun Pratap terkejut ketika mendapat kabar kalau ayahnya tidak berada di kamarnya, kemudian Pratap pergi menuju ke Antarmahal malam itu juga “Dia pasti sedang tertidur saat ini” Pratap tahu kalau saat ini sebagian pasukannya sedang berlibur “Tolong, panggil mereka yang berada di perbatasan kita” ujar Pratap, namun Pratap baru tahu kalau sebagian prajuritnya sedang berada di kerajaan Bijolia, Pratap benar benar merasa heran “Kenapa Bijolia membutuhkan mereka ?” salah satu prajuritnya memberitahu padanya bagaimana caranya memanggil prajurit cadangan secara diam diam tanpa siapapun yang mengetahuinya “Kalau begitu beritahu beberapa prajurit sebanyak yang bisa kamu panggil, kumpulkan mereka dan temui aku di gerbang istana sebelah utara, aku dan paman Rawat Ji akan menemui kalian disana !” ujar Pratap kemudian berlalu dari sana 

Dalam perjalanannya menuju ke kamarnya, Pratap bertemu dengan Ajabde lagi “Pangeran Pratap, paman Rawat Ji rupanya pulang ke kampung halamannya sendiri, dia tidak bisa datang secepat mungkin kesini” ujar Ajabde, Pratap merasa kalau dirinya tidak bisa menunggu lebih lama lagi karena saat itu hari sudah hampir pagi “Lalu bagaimana dengan Rana Ji ?” tanya Ajabde cemas, Pratap tidak ingin mengganggu ayahnya untuk saat ini karena ayahnya masih beristirahat sekarang “Ini menjadi tugasku sekarang untuk melindungi kerajaan kita !” Ajabde sangat khawatir tentang Pratap “Bagaimana kamu bisa melakukannya sendirian, pangeran ?” Pratap langsung memegang tangan Ajabde dan berkata “Saatnya telah tiba untuk kamu untuk memenuhi sumpahmu, aku percaya penuh padamu, kamu akan berhasil melampui ujian pertamamu ini” Ajabde langsung menganggukkan kepalanya dan ikut memegang tangan Pratap sebagai tanda meyakinkan suaminya itu “Aku tidak akan mengecewakan kamu, pangeran” Pratap tersenyum senang dan mereka mulai berjalan kembali, Ajabde mengikuti suaminya dari belakang 

Keesokan harinya, Jalal melanjutkan perjalanannya yang semakin dekat ke Mewar bersama pasukannya, sementara itu Pratap sudah bersiap hendak pergi “Ajabde, jangan lupa nanti kamu memberitahu Rani Ma tentang hal ini agar ibu bisa memberitahu pada Rana Ji, katakan pada mereka kalau aku membawa prajurit penjaga keluar dari istana, oleh karena itu biar nanti ayah memanggil lebih banyak lagi prajurit untuk penjagaan” ketika Pratap hendak pergi, Ajabde langsung mengingatkan Pratap untuk melakukan aarti terlebih dahulu “Maafkan aku, Ajabde ,,, aku lupa” Ajabde hanya tersenyum kemudian melakukan aarti untuk Pratap, setelah selesai Pratap segera menuju ke kudanya, namun ketika Pratap hendak menunggangi kudanya, Pratap turun kembali dan berjalan menghampiri Ajabde “Apakah kamu melupakan sesuatu ?” Ajabde langsung menganggukkan kepalanya dan memeluk erat suaminya itu yang pertama kalinya, semua pelayan seperti sudah tahu keinginan mereka berdua, tanpa dikomando, para pelayan segera berbalik membelakangi mereka berdua “Jaga diri kamu baik baik ya” ujar Pratap dengan tatapannya yang mesra “Jaga diri kamu juga baik baik, pangeran” kemudian Pratap kembali berjalan menuju ke kudanya dan segera menunggangi kudanya, sebenarnya Pratap merasa berat harus meninggalkan Ajabde, diliriknya Ajabde dari ujung ekor matanya dengan perasaan yang penuh haru namun akhirnya Pratap bergegas meninggalkannya sendirian, saat itu Ajabde hendak mengatakan sesuatu sambil berteriak memanggilnya namun Pratap tidak mendengar dan cincin pemberian Pratap terlepas dari ibu jari kakinya, Ajabde benar benar mengkhawatirkan Pratap sambil mengambil cincin emasnya itu yang jatuh ke tanah 

Pada saat yang bersamaan Ratu Jaiwanta tiba tiba terbangun dari tidurnya dan dilihatnya disebelahnya Raja Udai Singh sedang tertidur nyenyak, Ratu Jaiwanta teringat semuanya tentang malam yang special dan indah yang terjadi antara dirinya dan suaminya, Raja Udai Singh, Ratu Jaiwanta benar benar merasa sangat bersalah sambil perlahan lahan turun dari tempat tidurnya dan duduk di depan meja riasnya dan menatap dirinya di cermin, Ratu Jaiwanta teringat ketika dirinya berjanji pada Ratu Veer Bai kalau Ratu Veer Bai akan mendapatkan haknya sebagai seorang istri tadi malam, Ratu Jaiwanta segera mengenakan perhiasannya, Ratu Jaiwanta benar benar merasa tidak berdaya dan telah mengingkari janjinya sendiri pada Ratu Veer Bai, dengan pandangan kosong, Ratu Jaiwanta berjalan di sepanjang koridor menuju ke kamar Ratu Veer Bai, namun ternyata Ratu Veer Bai tidak berada dikamarnya, yang ada malah Ratu Bhatyani “Rani Veer Bai tidak ada disini, kak ,,, aku yakin perasaan bersalahmu dan tangisanmu itu tidak akan mampu menenangkan Rani Veer Bai saat ini” Ratu Jaiwanta ingin segera bertemu dengan Ratu Veer Bai “Aku juga tidak bisa berbuat apa apa, kak ,,, aku hanya berharap kalau dia tidak akan berusaha untuk membunuh dirinya sendiri, dan aku juga tidak bisa memastikan dimana dia berada saat ini” Ratu Jaiwanta segera pergi dari kamar Ratu Veer Bai dengan terburu buru begitu mendengar penjelasan dari Ratu Bhatyani 

Tiba tiba di sepanjang koridor, Ajabde sedang berjalan disana sambil berteriak teriak memanggil ibu mertuanya “Rani Ma ! Rani Ma ! Rani Ma !” Ratu Bhatyani yang mendengar Ajabde memanggil nama Ratu Jaiwanta, merasa penasaran dan langsung keluar untuk mengetahui apa yang terjadi padanya, setelah bertemu dengan Ajabde, Ratu Bhatyani sangat terkejut ketika mendengar kabar dari Ajabde kalau Jalal telah sampai disini dengan pasukannya sementara Pratap telah pergi untuk bertarung dengan dirinya sendirian “Hal ini benar benar sangat mengkhawatirkan, Choti Ma ,,, aku harus segera memberitahu Rani Ma agar dia bisa memberitahu Rana Ji, dengan begitu Rana Ji bisa mengirimkan pasukannya untuk membantu pangeran Pratap” Ratu Bhatyani merasa senang karena dialah yang pertama kali mengetahuinya “Ajabde, aku akan mengatakan hal ini pada mereka berdua, kamu bisa pergi ke kamarmu sekarang, aku akan mengurusinya” Ajabde menuruti perintah Ratu Bhatyani dengan sepenuh hati, sedangkan Ratu Bhatyani tidak tertarik dengan hal itu sambil berkata dalam hati ketika Ajabde telah berlalu dari hadapannya “Biarkan Pratap bertarung dengan musuh musuhnya sementara Rani Ma - nya saat ini juga akan bertarung dengan segala sesuatunya disini” bathin Ratu Bhatyani dengan senyum sinisnya 

Ratu Veer Bai sedang menangis di kamarnya, sambil teringat akan keintiman Ratu Jaiwanta dan Raja Udai Singh semalam, Ratu Veer Bai melempar semua perhiasannya dengan perasaan marah, tepat pada saat itu Ratu Jaiwanta menemuinya, Ratu Veer Bai langsung teringat pada kata kata Ratu Bhatyani, Ratu Jaiwanta hendak menjelaskannya namun Ratu Veer Bai segera mencegahnya dan berkata “Aku pikir kamu akan seperti ibuku tapi kamu malah berbalik menjadi seorang perempuan yang egois ! Kamu yang telah menyarankan aku untuk merasakan semua ini tapi kamu juga yang telah menghancurkan semuanya dengan tanganmu sendiri !” Ratu Veer Bai berteriak lantang didepan Ratu Jaiwanta “Sejak kapan kamu merencanakan ini semua ? Kamu bisa kan mengatakan padaku kalau kamu sebenarnya tidak suka kalau Rana Ji menikah denganku ! Kamu bisa mengatakan hal itu padaku atau memeerintah aku untuk pergi dari sini ! Aku bisa pergi dengan mudahnya ! Tapi kamu tidak melakukannya karena dengan begitu kamu bisa menghina aku dengan cara seperti ini !” Ratu Jaiwanta terperangah dan berusaha untuk menjelaskannya ke Ratu Veer Bai namun Ratu Veer Bai tidak memberikan kesempatan padanya untuk menjelaskan semuanya “Kamu telah mengenakan sebuah topeng seseorang yang berpura pura menyayangi dan peduli pada semua orang tapi aku telah melihat wajah kamu yang sebenarnya, wajah yang penuh dengan keegoisan hari ini !” bentak Ratu Veer Bai sambil menangis, Ratu Jaiwanta pun menangis sedih 

“Ternyata apa yang dikatakan oleh Rani Bhatyani tentang kamu adalah benar ! Kamu menginginkan semuanya hanya untuk kamu sendiri ! Mulai dari Rana Ji, kasih sayang dan penghormatan rakyat Mewar dan kamu ingin masa depanmu terlindungi juga kan ?” Ratu Jaiwanta hanya bisa terdiam mendengar semua tuduhan Ratu Veer Bai “Kamu ingin seluruh Mewar berada dibawah kekuasaanmu melalui pangeran Pratap ! Itulah mengapa kamu tidak pernah membiarkan aku mendekati Rana Ji ! Kamu takut kan kalau nanti aku hamil dan ketika kami berdua semakin dekat maka rencanamu akan berantakan ! Kamu tidak hanya merebut kepercayaanku, kak ,,, tapi juga kebahagiaanku ! Dengan cara ini kamu telah membunuh aku, aku akan berdoa pada Dewa dengan hati yang murni sama seperti kamu yang telah merebut kebahagiaanku bahkan kamu ingin mendapatkan semua ini sepanjang hidupmu” Ratu Jaiwanta benar benar tidak percaya dan kaget begitu mendengar semua kata kata yang terlontar dari mulut Ratu Veer Bai, sementara Ratu Bhatyani mendengarkan semua pembicaraan mereka dari tempat yang tersembunyi 

Pada saat yang bersamaan, saat itu Pratap sedang berdiskusi dengan para prajuritnya “Kita harus bisa menghentikan Jalal sebelum mereka mencapai titik penjagaan kita yang terdekat dekat istana, kita tidak boleh membiarkan mereka mencapai tempat tersebut atau tempat manapun yang terdekat !” ujar Pratap lantang, di lain sisi Jalal juga sedang memberikan instruksi pada pasukannya “Ini adalah kesempatan emas yang bisa kita dapatkan hari ini, kita akan bisa menduduki istana Mewar pada hari ini, aku akan merebut semua yang kamu miliki, Pratap !” ujar Jalal dan wajah sumringah, sedangkan di istana Mewar sendiri, Ratu Veer Bai masih marah pada Ratu Jaiwanta “Kak Jaiwanta, jika kamu benar benar ingin agar Rana dekat dengan diriku maka seharusnya kamu menyadari bahwa semua itu bisa terjadi kalau kamu tidak berada di istana ini” Ratu Jaiwanta tertegun dan berlalu meninggalkan Ratu Veer Bai dengan perasaan sedih, sementara dari balik persembunyiannya Ratu Bhatyani merasa senang karena semuanya telah berjalan sesuai yang diinginkannya 

Di tempat Pratap, Pratap segera melesatkan anak panahnya ke tanah di dekat kuda yang ditunggangi Jalal, akhirnya Pratap dan Jalal bertemu secara langsung, berhadap hadapan satu lawan satu, Pratap tersenyum sementara Jalal menunjukkan wajah kesal karena Jalal tidak mengira kalau dirinya bisa bertemu Pratap disini “Kamu seharusnya berfikir terlebih dahulu sebelum melangkah di tanah Mewar ini ! Kamu seharusnya berfikir bahwa disini ada seorang prajurit Mewar yang selalu waspada untuk melindungi tanah airnya dari para penipu yaitu adalah Rana Pratap Singh !” Jalal tersenyum dan berkata “Aku benar benar senang bisa bertemu dengan kamu disini, rasanya kurang menyenangkan kalau aku ingin menghancurkan kamu tanpa bertarung dengan kamu !” balas Jalal lantang, kemudian mereka berdua sama sama mengeluarkan pedangnya dan menginstruksikan pasukan mereka untuk menyerang “Seraaaaaaannnnnggg !!!!” pertarungan Jalal dan Pratap pun tak terelakkan SINOPSIS MAHAPUTRA episode 287 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top