SINOPSIS MAHAPUTRA episode 283 (24 September 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 283 (24 September 2014) by. Sally Diandra Dalam perjalanannya pulang ke kerajaan Marwar, Phool sangat sedih karena teringat akan kenangan indahnya bersama Ajabde, apalagi ketika acara viddayi (pelepasan pengantin perempuan), Phool terus menangis di dalam tandunya, tiba tiba rombongan tandunya berhenti, Phool segera menyibakkan tirai di dalam tandunya ketika salah satu prajurit memberikan kabar padanya “Tuan putri, di depan jalannnya sangat terjal dan berbatu, akan sangat berbahaya kalau kita melanjutkan perjalanan dengan mengangkut tandu” Phool langsung setuju untuk berjalan kaki “Baiklah, aku akan berjalan kaki sampai jalanannya rata kembali” di lain sisi saat itu Ajabde sedang melakukan ritual memasuki rumah suaminya atau yang disebut dengan Grehpravesh dengan disambut oleh ketiga ibu Pratap, Ratu Jaiwanta, Ratu Bhatyani dan Ratu Veer Bai, sementara Phool sedang berjalan di atas batu batu yang terjal, pada saat yang bersamaan ketika Ajabde selesai menendang wadah beras, kemudian kaki Ajabde berdiri diatas nampan yang berisi cairan merah, sementara Phool berdiri diatas genangan air yang harus dilaluinya 

Ketika Ajabde memasuki ke dalam istana Chittor, Ajabde memuji dekorasi yang dibuat oleh Ratu Jaiwanta “Rani Ma, aku tidak tahu kalau ternyata kamu juga mempunyai selera yang bagus dalam menghias ruangan ini” Pratap menyetujuinya pujian Ajabde “Rani Ma memang mempunyai selera yang cukup bagus tapi aku rasa semua dekorasi ini dibuat oleh Choti Ma” Ratu Bhatyani langsung mengangguk mengiyakan ucapan Pratap “Lihat kan Ajabde, bagaimana suamimu ini sangat mengenali bagaimana Choti Ma-nya” Ratu Bhatyani merasa bangga “Aku mengira dari pemilihan warnanya, Choti Ma ,,, warna warna ini adalah warna kesukaanmu bukan, warna ini adalah pilihanmu, tapi seharusnya kamu tidak perlu melakukan hal ini semua, Choti Ma ,,, Rani Ma, kenapa kamu tidak mencegah Choti Ma melakukan ini semua ?” Ratu Bhatyani langsung menyela ucapan Pratap “Pangeran Pratap, tidak apa apa, aku melakukan ini semua sebagai permintaan maafku pada Ajabde” Pratap berusaha untuk melupakannya tapi Ratu Bhatyani terus melanjutkan ucapannya

“Aku juga minta maaf atas nama Maharani Uma Devi, aku begitu saja menuruti kata katanya, itulah mengapa aku merasa kalau Phool itu lebih baik dari pada kamu dalam setiap sisinya” semua orang yang hadir disana terdiam mendengarkan ucapan Ratu Bhatyani “Aku hanya ingin agar kamu melupakan semua peristiwa masa lalu dan menerima aku sebagai Choti Ma-mu” Pratap langsung membisiki Ajabde untuk menganggap Ratu Bhatyani sebagai Choti Ma-nya “Hormati dan sayangi dia, buatlah dia merasa kalau kamu juga menyayanginya, tidak ada yang lain” Ajabde kemudian maju kedepan kearah Ratu Bhatyani dan memeluk Ratu Bhatyani erat “Terima kasih atas semua yang telah kamu lakukan untuk kami dan kamu tetap akan selalu menjadi Choti Ma-ku, meskipun kamu tidak melakukannya” Ratu Bhatyani sangat senang mendengarnya ketika Ajabde telah memaafkannya 

“Aku tahu kamu pasti akan memaafkan aku tapi aku tidak menyangka akan mendapatkannya secepat ini, aku tidak tahu apakah kamu bisa memahaminya tapi yang paling penting untukku adalah menyayangi pangeran Pratap dan istrinya itu haruslah sama” semua orang tersenyum mendengarnya “Choti Ma, tidak usah mengkhawatirkan hal hal yang kecil” ujar Pratap namun Ratu Bhatyani tidak ingin Ajabde salah paham dan tidak merasa kehilangan kasih sayang Ratu Bhatyani, tiba tiba Ratu Jaiwanta menyela pembicaraan mereka “Tinggalkan sesuatu hanya untuk masa depan saja dan biarkan dia tinggal bersama kamu untuk beberapa hari maka dia akan mengerti tentang kamu, Rani Bhatyani ,,, maka semua kesalahpahaman yang terjadi akan hilang dengan berlalunya waktu” Ajabde menyetujui ucapan Ratu Jaiwanta, kemudian Ratu Bhatyani menyebut Ajabde sebagai anaknya “Aku akan sangat mencintainya sehingga dia akan melupakan semua kejadian di masa lampau” Pratap merasa beruntung mempunyai dua orang ibu yang sangat menyayangi dirinya dan istrinya, Ratu Jaiwanta juga setuju dengan hal tersebut, kemudian Raja Udai Singh yang sedari tadi diam mendengarkan pembicaraan mereka, meminta semua orang untuk melakukan Vinayak Puja. 

Ratu Veer Bai sedang mengatur nampan untuk pemujaan, pendeta memberikan pujian pada Ratu Veer Bai kali ini karena telah banyak belajar begitu cepat tentang ritual yang ada di istana Chittor, Ratu Veer Bai dan Ratu Jaiwanta tersenyum satu sama lain, Ratu Bhatyani kemudian meminta pada Raja Udai Singh dan Ratu Veer Bai untuk melakukan puja, Ratu Jaiwanta kaget dan berkata “Saat ini kita harus fokus pada kedua pasangan pengantin ini, biarakan mereka berdua yang melakukan pemujaan terlebih dahulu” sementara Raja Udai Singh ingin mengetahui tentang Vinayak puja ini kalau dinalar secara logika, Ratu Jaiwanta setuju untuk mengatakannya pada suaminya nanti, hingga akhirnya pemujaan pun selesai dilakukan “Kita harus membawa pasangan pengantin ini ke ruangan para leluhur kita, agar mereka mendapat restu dari mereka semua, kemudian seluruh anggota keluarga kerajaan memasuki ruangan tersebut dan mulai berdoa pada Dewa Wishnu, saat itu Pratap dan Ajabde berada di depan patung Dewa Wisnu, ditemani oleh Ratu Bhatyani dan Ratu Veer Bai, sedangkan Raja Udai Singh dan Ratu Jaiwanta berada agak dibelakang, Raja Udai Singh kemudian berbisik ke arah Ratu Jaiwanta, Raja Udai Singh merasa penasaran dengan vinayak puja yang harus dilakukannya dengan Ratu Veer Bai seperti yang dikatakan oleh Ratu Bahtyani, saat itu Ratu Jaiwanta teringat pada kata katanya sendiri yang ingin menyatukan Raja Udai Singh dengan Ratu Veer Bai dimana Ratu Veer Bai akan mendapatkan haknya sebagai istri sama seperti istri yang lain yaitu mendapatkan kebutuhan bathiniah layaknya sepasang suami istri “Rana Ji, nanti kamu bisa menanyakan pada Rani Bhatyani tentang hal itu”, “Tapi aku hanya ingin mendengarnya dari kamu, Maharani Jaiwanta” ujar Raja Udai Singh penasaran, 

Tiba tiba Pratap menyela pembicaraan mereka “Rani Ma, bisakah ibu mengenalkan siapa saja leluhur kita pada Ajabde ?” namun Ratu Bhatyani segera menyerobot ucapan Pratap dan menawarkan diri untuk mengenalkan para leluhur tersebut pada Ajabde, secara halus Ajabde mencoba menghina latar belakang Ajabde dan kemudian mulai mengenalkan para leluhur kakek buyut Pratap pada Ajabde namun ternyata Ajabde sudah mengetahui semuanya, malah secara rinci sambil memperhatikan gambar para leluhur itu satu persatu Ajabde bisa menceritakan secara detail dan rinci para leluhur tersebut, semua orang merasa senang dan bangga pada Ajabde kecuali Ratu Bhatyani tentu saja dengan berkata “Rupanya cerita sejarah tentang keberanian para leluhur Mewar diceritakan di rumah seorang Samant juga” ejek Ratu Bhatyani sinis, namun semua orang tidak menghiraukan ucapan Ratu Bhatyani, kemudian Ratu Bhatyani membicarakan soal ritual 

“Itu adalah sesuatu yang tidak hanya untuk dibicarakan tapi sesuatu yang harus dihargai dan dijaga selamanya” Ajabde bersumpah untuk mempelajarinya karena Ajabde sudah merasa terlibat dalam keluarga Pratap sekarang, Ratu Jaiwanta juga meyakinkan itu “Sekarang kamu juga harus mengurusi dia suamimu, Ajabde” Pratap langsung menatap ke arah ibu kandungnya yang berbicara tentang bagaimana caranya membuat Ajabde bosan ketika Pratap harus pergi berperang dan segalanya, namun Ajabde meyakinkan ibu mertuanya kalau dirinya akan mengurusi Pratap kali ini “Aku ini bukan seperti kuda liar yang harus dijinakkan” Ajabde menyarankan Ratu Jaiwanta untuk pergi dan beristirahat saja “Aku akan mengurusi pangeran Pratap, Rani Ma” 

Ratu Jaiwanta merasa senang karena telah melepas tanggungjawabnya mengurusi Pratap, saat ini Pratap akan diurusi oleh istrinya sendiri yaitu Ajabde “Lebih baik kamu mengambil beberapa tanggung jawab, Ajabde ,,, karena kamu bisa mengurusi semuanya, apalagi kamu juga baru sampai disini” Pratap merasa senang karena Choti Ma-nya membalas ucapan Ajabde tapi Ajabde tidak menggubrisnya, semua orang yang hadir disana tertawa geli melihat tingkah mereka berdua, tak lama kemudian mereka menuju ketempat mereka masing masing, Ratu Jaiwanta hendak mengecek kamar Ajabde terlebih dahulu sedangkan Pratap ingin menunjukkan pada Ajabde sebuah pedang leluhurnya yang sangat sakral 

Begitu sampai diluar, Raja Udai Singh segera menghentikan Ratu Jaiwanta “Maharani Jaiwanta, kenapa kamu terburu buru ?” Ratu Jaiwanta berbohong pada suaminya dengan mengatakan kalau dirinya akan mengecek kamar Ajabde, namun Raja Udai Singh sangat tahu dengan baik bagaimana istri pertamanya ini “Kamu harus siap siap sekarang, kamu tidak membiarkan apapun bahkan pada saat saat terakhir, tapi aku tidak mengerti satu hal, kenapa kamu ingin agar aku dan Rani Veer Bai melakukan Vinayak puja ? Hal itu sangat pribadi sekali” Ratu Jaiwanta hanya bisa memaafkan dirinya sendiri bahkan tanpa menjawab pertanyaan suaminya, kemudian Ratu Jaiwanta memberikan beberapa instruksi pada para pelayannya, Raja Udai Singh memperhatikannya dari jauh sambil berfikir kalau dirinya akan mencari kebenaran yang ada, Ratu Jaiwanta kembali memberikan instruksi pada para pelayannya dengan suara yang cukup keras sehingga Raja Udai Singh bisa mendengarnya juga, Raja Udai Singh sejenak terkejut dan tidak mengerti apa yang akan Ratu Jaiwanta lakukan tapi kemudian Raja Udai Singh kembali melanjutkan langkahnya dan meninggalkan tempat itu 

Sementara itu Ajabde dan Pratap juga sedang berjalan di sepanjang koridor, sementara Saubhagyawati berjalan dibelakang mereka berdua, Pratap ingin menunjukkan pedangnya pada Ajabde yang di hadiahkan oleh ayah Ajabde untuknya, Ajabde sangat antusias sekali, ketika mereka sedang berjalan tiba tiba Ratu Veer Bai menghentikan langkah mereka “Ajabde, aku yakin, kamu pasti sangat lelah, bagaimana kalau kamu beristirahat terlebih dahulu dikamarmu sementara waktu ? Kamu juga, pangeran Pratap ,,, kamu juga seharusnya beristirahat, tidakkah kamu ingin melihat kamar Ajabde yang telah di dekorasi dengan begitu indahnya oleh Maharani Jaiwanta ?” Ajabde sangat antusias sekali ingin melihatnya, tepat pada saat itu salah satu pelayan mereka menghampiri mereka dan memberikan informasi pada Ratu Veer Bai 

“Rani Veer Bai, anda dipanggil oleh Maharani Jaiwanta” Ratu Veer Bai segera teringat pada rencana Ratu Jaiwanta yang telah disiapkan untuknya pada hari ini “Katakan pada kak Jaiwanta kalau aku akan membawa Ajabde ke kamarnya terlebih dulu” tiba tiba Ratu Bhatyani menyela pembicaraan mereka “Kamu pergilah, pergi saja, Rani Veer Bai ,,, Saubhagyawati bisa mengantar Ajabde ke kamarnya” ujar Ratu Bhatyani, Ajabde kemudian pergi meninggalkan mereka bersama Saubhagyawati, sementara Ratu Veer Bai pergi menemui Ratu Jaiwanta, Pratap juga meninggalkan tempat itu menuju ke kamarnya, begitu semuanya pergi, Ratu Bhatyani tersenyum sinis, Ratu Bhatyani ingin memisahkan semua orang dari satu dengan lainnya secara perlahan lahan “Semuanya akan segera berubah tidak lama lagi” bathin Ratu Bhatyani sambil tersenyum sinis 

Sementara itu, Jalal sedang melihat perbatasan Bijolia dari atas bukit, Jalal sangat menyukainya dan Jalal tahu kalau mertua Pratap tinggal disana, Mahmood Shah sangat terkesan dengan penemuan Jalal, sedangkan Jalal tidak begitu tertarik mendengar pujiannya dan berkata “Lakukan apa yang telah aku katakan padamu ! Pada saat matahari terbenam nanti, kamu seharusnya membawa pasukanmu berada di perbatasan Bijolia dengan sebatang obor di tangan mereka masing masing ! Aku juga akan menyuruh beberapa pasukanku agar bergabung dengan kamu ! Biarkan Bijolia berfikir kalau kita telah menyerang Bijolia dari segala penjuru dan ketika mereka telah menyuruh seluruh pasukannya untuk menyelamatkan mereka maka aku akan menyerang istana Chittor dengan pasukanku yang tersisa !” ujar Jalal lantang dengan senyumnya yang mengembang SINOPSIS MAHAPUTRA episode 284  by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top