SINOPSIS BEINTEHAA episode 154 (30 July 2014) by. Sally Diandra
Di kantor kepolisian, repoter masih terus memburu berita dan mulai bertanya tanya soal Surayya dan Zain pada Nafisa, mereka juga bertanya soal luka di wajah Nafisa apakah itu karena siksaan Surayya sama seperti yang dilakukan oleh Surayya pada Aaliya, Nafisa bingung dan tak mampu berkata kata, sementara Shaziya geram dengan pertanyaan itu, sedangkan Fahad hanya terdiam dengan perasaan linglung “Nafisa, lebih baik kamu tidak usah membuka mulutmu !” bentak Shaziya lirih “Lalu dimana Aaliya ? Apakah kalian tahu dimana Aaliya ?” reporter kembali memberondong sejumlah pertanyaan yang membuat ketiga pasangan suami istri ini kesal
Sementara itu di hotel, Aaliya mencoba menelfon Zain tapi ponselnya ternyata mati, Aaliya kemudian menghidupkan ponselnya dan mulai menelfon Zain kembali, namun nihil tidak ada jawaban, begitu pula ketika menelfon ke ponsel Shaziya, Nafisa dan Fahad, semuanya nihil tidak ada jawaban, Aaliya merasa penasaran,
Tak lama Aaliya menelfon rumah Barkath Villa, entah mengapa tidak ada seorang pelayan pun yang menjawab telfonnya, hanya Usman yang masih terduduk di kursi rodanya, Usman berusaha untuk mengangkat telfon tersebut namun apa daya mengangkat tangannya saja, Usman tidak mampu, kembali Aaliya tidak mendapat balasan telfonnya, tak lama kemudian bibi Badhi, ibu kandung Zubair menelfon Ghulam dan berkata kalau Surayya pantas mendapatkan hukuman “Apa maksudmu ?” Ghulam bingung dengan ucapan saudaranya itu “Ghulam, kamu telah melakukan sesuatu yang benar dengan melakukan pemberontekan menentang Surayya” Ghulam semakin tidak mengerti,
Pada saat yang bersamaan Aaliya mendapat telfon dari salah seorang reporter yang mencoba menghubunginya sedari tadi “Nyonya Aaliya, apakah saya bisa mewawancarai anda tentang beberapa tindakan yang anda lakukan dalam menentang nyonya Surayya ?” Aaliya kaget dan bingung “Apa ini ? Apa maksudnya ?” tanya Aaliya heran “Kami ini sedang berbicara tentang kasus kekerasan dalam rumah tangga yang diajukan oleh anda, nyonya Aaliya ,,, terhadap nyonya Surayya dan tuan Zain” Aaliya semakin panik mendengar hal itu dan terkulai lemas di lantai, Rizwan dan Aayath datang menemui mereka, Rizwan langsung memegang Aaliya, membantunya berdiri, Aaliya merasa dirinya tidak mengajukan laporan apapun pada polisi, jadi Aaliya ingin pergi dan melihat situasi yang terjadi namun tiba tiba Aaliya jatuh pingsan, Shabana teringat ketika Ghulam melemparkan kertas yang berisi keluhan polisi yang telah ditanda tangani Aaliya ke bak sampah, Shabana berfikir mungkin ada seseorang yang memungutnya dan mengajukan keluhan palsu pada polisi atas nama Aaliya
Fahad datang ke kantor polisi dan sangat sedih melihat Zain yang sedang berada di dalam penjara dengan muka babak belur “Kak Fahad, bagaimana keadaan ibu ?” tanya Zain cemas “Zain, aku tidak tahu kenapa Aaliya mengajukan kasus ini ?” tepat pada saat itu Rehan datang menemui mereka dan memberikan informasi kalau dirinya tidak bisa memberikan jaminan tebusan untuk kasus kekerasan dalam rumah tangga “Fahad, lebih baik kamu menemani nyonya Surayya, sementara aku akan menemani Zain, Fahad segera bergeser ke sel penjara di sebelah Zain “Zain, aku tidak percaya kalau Aaliya mengajukan kasus ini, aku yakin ada seseorang yang telah melakukannya” ujar Rehan cemas, kemudian Rehan mencoba menelfon Aaliya namun lagi lagi Aaliya tidak di temukan dimanapun
Di rumah Barkath Villa, Usman yang masih terduduk di kursi rodanya teringat ketika Surayya dan Zai ditangkap dan Aaliya dituduh telah mengajukan kasus ini ke polisi, Usman mulai menangis hingga tangannya sedikit bergetar, dengan menelan ludah, Usman berusaha berteriak memanggil Zain, sementara dari balik penjara Zain merasakan panggilan suara ayahnya yang begitu dekat “Rehan, siapa yang bersama tuan Usman saat ini dirumah ?” tanya Zain cemas “Tidak ada seorangpun, Zain”, “Kalau begitu lebih baik kamu pulang kerumah dan temani tuan Usman disana, aku mohon” Rehan akhirnya menuruti permintaan Zain dan segera berlalu meninggalkan Zain,
Sementara itu tak lama kemudian Aaliya terbangun dari pingsannya, dilihatnya di ponselnya ada begitu banyak miss called dari Rehan, Aaliya mencoba menelfon Rehan yang saat itu sedang mengendarai mobilnya menuju ke rumah tuan Usman “Aaliya, bagaimana bisa kamu mengajukan keluhan menentang nyonya Surayya dan Zain, mereka saat ini ada didalam penjara karena hal itu !” Aaliya terkejut dan tidak percaya “Rehan, aku tidak mengajukan keluhan apapun ke polisi !” Aaliya mencoba membela dirinya “Tapi aku melihat tandatangamu di surat keluhan itu, Aaliya” Aaliya terperangah sambil berbalik menatap ke arah kedua orang tuanya dan berkata “Ayah, ibu ,,, aku tidak ,,,” Aaliya tidak melanjutkan ucapannya ketika dilihatnya kedua orangtuanya tertunduk dan salah tingkah didepan Aaliya, Aaliya teringat ketika dirinya diminta untuk menandatangani sebuah surat, Aaliya baru menyadari semua hal ini “Rehan, aku akan menelfon kamu lagi nanti”
Aaliya langsung menutup ponselnya meskipun Rehan berusaha sekuat mungkin untuk ngobrol lagi dengan Aaliya
Aaliya langsung bertanya pada ayah dan ibunya “Ayah, ibu ,,, kenapa kalian meminta aku menandatangani sesuatu tanpa aku tahu kalau itu adalah surat pengaduan ke polisi ?” Ghulam merasa kikuk di depan Aaliya sambil berkata “Itu karena ayah melihat nyonya Surayya menampar kamu, Aaliya ,,, belum lagi peristiwa yang lain dimana kamu di siksa olehnya” Aaliya tertegun “Siapa yang mengatakan pada kalian tentang hal itu ?” Shabana langsung menyela pertanyaan Aaliya “Tapi kami tidak jadi mengajukan keluhan tersebut, Aaliya ,,, kami memang ingin melakukannya tapi Usman menghentikan kami dan kemudian kami melemparkan surat itu ke tong sampah” Ghulam juga menimpali “Ayah yakin, kalau kamu aman aman saja” Aaliya hanya mengangguk “Iyaa, ayah dan Zain juga sangat mencintai aku tapi aku tidak tahu bagaimana aku bisa menghadapi Zain saat ini” ujar Aaliya kemudian pergi meninggalkan kamar hotel tersebut
Di kantor polisi, Nafisa melihat Surayya sedang tertidur di bale bale di dalam penjara, tak lama kemudian salah satu polisi memberikannya piring yang berisi makanan yang diletakkannya olehnya di lantai, Nafisa tersenyum senang karena telah berhasil membuat Surayya menderita, namun berbeda dengan Shaziya yang juga sedang berada disana menemani Surayya, Shaziya tidak terima kalau ibu mertuanya diperlakukan seperti itu oleh para polisi “Dia itu Surayya Abdullah ! Dia tidak mungkin makan makanan seperti itu !” bentak Shaziya pada polisi wanita tersebut “Bagaimanapun juga dia itu adalah penjahat ! Jadi seperti itulah perlakuan kami padanya, kalau dia mau makan, makan saja atau dia akan tidur sambil kelaparan !” polisi wanita itupun ikut membentak Shaziya tanpa rasa takut, Shaziya tidak berkutik didepan polwan tersebut, tepat pada saat itu Aaliya datang menemui dan berkata “Bu polisi, bagaimana bisa anda memberikan makanan seperti itu ke nyonya Surayya Abdullah !” dari dalam penjara Surayya yang mendengar suara Aaliya segera bangun dan berjalan kearah jeruji besi, Aaliya sangat terkejut ketika melihat ibu mertunya berada dibalik jeruji penjara. SINOPSIS BEINTEHAA episode 155 by. Sally Diandra