SINOPSIS BEINTEHAA episode 156 (01 Agustus 2014)

SINOPSIS BEINTEHAA episode 156 (01 Agustus 2014) by. Sally Diandra Di kantor polisi, akhirnya polisi membebaskan Zain dan Surayya, mereka berdua langsung berjalan ke arah pintu utama tanpa mempedulikan Aaliya yang juga berada disana menatap kearah mereka dengan perasaan sedih, ketika Zain dan Surayya sudah sampai di pintu utama, reporter langsung mengerubungi mereka, Surayya segera menutupi wajahnya dengan dupattanya, Nafisa yang melihatnya dari arah belakang tersenyum sinis melihat ibu mertuanya seperti itu, para repoter yang mengelilingi Surayya segera memberondong beribu pertanyaan ke Surayya “Nyonya Surayya, mengapa kamu jadi begitu kejam pada menantumu ?” Surayya yang sudah tidak tahan diperlakukan seperti itu, langsung berteriak pada repoter sambil memegangi kameranya “Cukup sudah ! Pertanyaan pertanyaan kalian ! Seberapa banyak kalian akan menghina kami keluarga Abdullah ? Aku ini Surayya Abdullah, tidakkah kalian melihat luka luka yang aku alami ?” bentak Surayya lantang kemudian menatap kearah Aaliya yang sedang berdiri disana menatapnya dengan sedih “Ini semua karena perempuan itu !” Surayya langsung menunjuk ke Aaliya 

Pada saat yang bersamaan, Rehan akhirnya menelfon Fahad dan mengabarkan tentang kondisi Usman saat ini dan memintanya untuk segera datang bersama keluarganya, begitu mendengar hal itu, Surayya dan seluruh keluarganya bergegas pulang ke rumah, sesampainya dirumah, Surayya bertanya pada Rehan “Rehan, bagaimana keadaan tuan Usman ?” Zain juga menanyakan hal yang sama pada Rehan “Zain, kamu dan Fahad harus kuat demi ibumu” Surayya sangat ingin bertemu dengan Usman dan meminta Shaziya untuk mengambilkan kotak make upnya, Surayya tidak ingin menunjukkan wajah sedih dan kusam didepan Usman, apalagi dengan muka muka lebam seperti itu, tak lama kemudian Surayya merias wajahnya secantik mungkin seperti yang biasa dilihat oleh Usman, saat itu Zain dan Fahad menemani ibunya merias, kemudian Surayya bergegas naik ke lantai atas ke kamar Usman, sesampainya disana, Surayya segera mendekat kearah Usman dan berkata “Orang tuaku telah menikahkan aku dengan seorang pria yang tidak pernah mau menerima kekalahan” Surayya memegang tangan Usman dengan lembut dan menciumnya “Aku membutuhkan kamu, Usman ! Anak anakpun juga, kamu tidak boleh kalah !” ujar Surayya sambil mengecup kening suaminya dan memeluknya erat, tak terasa airmata membasahi pipi Surayya dan ternyata Usman pun menangis 

Aaliya bersama keluarganya akhirnya sampai juga di Barkath Villa, Zain berusaha untuk menghentikannya namun dokter Habeeb berkata “Kali ini, aku rasa tidak ada yang lebih penting selain tuan Usman” Surayya kemudian menyuruh Zain untuk pergi dan menemui Usman, Shabana juga berusaha untuk pergi menemui Usman namun Surayya segera mencegahnya “Sepanjang malam polisi telah menyiksa diriku dan mempermalukan aku, sebagai istri dari kakakmu, aku mempunyai hak untuk berfikir siapa yang bisa bertemu dengan suamiku, Usman dan siapa yang tidak bisa bertemu dan aku mencegah ibu dari seorang perempuan yang karena dirinya menyebabkan Usman dalam keadaan coma seperti ini ! Jika sesuatu terjadi padanya maka kalian berdua, Shabana dan Aaliya yang akan bertanggung jawab atas semua ini” ujar Surayya geram “Kakak ipar, aku tidak pernah berfikir untuk menyakiti kak Usman” ujar Shabana, Ghulam juga memohon pada Surayya untuk mengijinkan mereka bertemu dengan Usman, bahkan Aaliya juga memohon pada ibu mertuanya namun Surayya malah mendorongnya ke arah kedua orang tuanya 

Di kamar Usman, Zain terbaring di sebelah Usman sambil menyentuhnya dan mengajaknya ngobrol “Ayah, tangan ayah sangat hangat, sementara tanganku sangat dingin, apakah aku boleh tidur di sebelah ayah ?” Zain langsung terbaring disebelah ayahnya dan teringat pada masa kecilnya dulu, ketika dirinya bertengkar dengan Fahad dan Usman mendukungnya, juga peristiwa yang lain dimana Usman melindunginya dan membelanya “Hari ini aku ingin mengeluh tentang ayah, dokter berkata tuan Usman kondisimu ini sangat kritis sekali ! Jika kamu marah maka aku akan meninggalkan kamu ! Aku bisa menghukum kamu !” Zain sedang bersandiwara dengan berpura pura menjadi Usman dan dokter “Aku mohon, dokter ,,, aku mohon, jangan tinggalkan aku !” tiba tiba Usman membuka matanya dan menatap sekilas ke arah Zain setelah mendengar suara Zain dan suara Adzan yang berkumandang diluar sana “Aaaliyaaaa ,,,,” Zain terkejut ketika mendengar kata terakhir ayahnya yang menyebut nama Aaliya kemudian tidak sadar kembali, Zain kaget dan melihat pada alat monitor detak jantungnya yang ternyata kosong, Zain baru menyadari kalau ayahnya telah tiada, Zain memohon ayahnya untuk bangun namun gagal, Zain langsung berteriak memanggil dokter dan semua keluarganya SINOPSIS BEINTEHAA episode 157 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top