FIRST KISS chapter 13 by. Tatah Bunda Qirania

FIRST KISS chapter 13 by. Tatah Bunda Qirania Hari sudah mulai malam jam menunjukkan pukul 00:00 Jodha berdiri di depan jendela kamar, tatapan nya penuh dengan tatapan kesedihan. Dengan gaun tidur panjang membuat Jodha makin terlihat sangat menawan ditambah dengan hembusan angin meniup rambutnya.  
Jalal melihatnya, melihat seseorang yang selama ini tak penah ada di pikirannya. Jalal teringat tentang perkataan Sukannya. 
Flashback " APA? Jadi semua ini ulah adik dari ibu tiri Jodha?" Jalal hanya menganggukan kepala. Sukannya bahkan tidak menyangka masalah Jalal dan Jodha begitu rumit. Dia bahkan prihatin dan ikut sedih. 
"Kau sebagai orang yang sangat dekat dengan dia sekarang, jadi aku tanya kepadamu?" Ujar Sukannya dengan pandangan yang sangat serius. Jalal yang penasaran mulai mengerutkan keningnya. 
"Apa kau mencintai Jodha?" Mendengar pertanyaan itu bukannya terkejut tapi Jalal malah tertawa. 
"Hei kau tau aku kan? bahkan Cinta saja aku tak tahu rasanya, bagaimana aku bisa mencintai seseorang?" Sukannya menghembuskan nafas sebalnya mendengar Jalal bicara seperti itu. 
"Okey, kalau begitu Jodha bisa menemukan cinta yang lain" jawab Sukannya enteng sambil meminum secangkir teh. " Maksudmu?" 
"Jodha saat ini, dia membutuhkan teman untuk bersandar. jadi jika kau tidak bisa melakukan itu ceraikan saja dia? kenapa? apa karena aset itu? aku bisa membantu Jodha mendapatkan aset itu kembali tanpa bantuanmu. jadi jika kau sia - siakan dia jangan pernah menyesal jika dia mendapatkan cinta dari orang lain." Ucapan Sukannya seakan memukul isi kepala Jalal. Dia istriku, tapi apa benar aku sudah menjadi suaminya? 
"Kau kenapa? " Ucapan Jodha membuyarkan lamunan Jalal. Sentak Jalal memandang Jodha yang sudah berdiri di depannya. 
"ha? ehmm tidak apa-apa, kau belum tidur?" Ujar Jalal berlalu dari hadapan Jodha menuju lemari , mengambil sebuah kaos dan memakainya. Jodha menghembuskan nafas seraya duduk di sebuah sofa.
"Aku sudah terlalu lama berbaring. aku tidak pernah tinggal di rumah selama ini, membuatku sangat bosan" 
"memangnya kau ingin pergi kemana?" Tanya Jalal sambil membawa secangkir kopi di meja kerjanya. 
"Aku ingin pergi dengan Motti ke Bioskop besok ya hanya sekedar Having Fun lah" 
"Baiklah besok akan ku jemput di kampusmu, hubungi aku setelah selesai kuliahmu" 
"APA?" Tanya Jodha yang benar-benar tak percaya dengan ucapan Jalal. Tapi Jalal tak ingin mengulangi perkataannya lagi. 

Dia Sudah fokus di depan laptop. *** mentari pagi mulai meninggi Jalal baru saja selesai mandi dan berniat untuk mengganti pakaian. tapi dia berhenti sesaat setelah melihat setelan kemeja biru dan celana tertata rapi di atas tempat tidur. Tanpa banyak berpikir Jalal mencoba memakai pakaian itu. Jodha masuk ke kamar Jalal untuk memberitahu kalau sarapan sudah siap. 
"Sarapan sudah siap. cepat turun Ami Ja'an sudah menunggu mu" Ujar Jodha yang langsung saja pergi tanpa memperhatikan Jalal. Jalal yang ingin menanyakan suatu hal malah seperti di cukein oleh Jodha. Tak selang beberapa menit Jalal turun dan menemui ibunya di Ruang makan. Ami Ja'an mengerutkan alis melihat penampilan Jalal
"Tumben sekali kamu gak pakai jas dan dasi?" Jalal yang sudah duduk dan mengambil sehelai roti pun menjawab dengan Asal
"Ibu tanya saja ke menantu ibu?" Sepintas Ami ja'an pun langsung memandang Jodha. Jodha menghembuskan nafas sebal mendengar itu. dia pun balas menatap Ami Ja'an dengan senyum 
"dia terlihat lebih tua jika pakai jas dan dasi" 
"Ah kamu benar Jodha. oh anak ku lebih terlihat fresh sekarang berterima kasih lah kepada istri mu. dia sangat perhatian menjaga tampilanmu" Ujar Ami Ja'an yang hanya di balas senyuman sinis dari Jalal. 
Jalal dan Jodha sudah sampai di halaman kampus yang sangat luas. Jalal mengantarkan Jodha untuk kali ini, mungkin juga untuk seterusnya karena itulah janji Jalal.
"Aku masuk dulu" Pamit Jodha sambil mendorong pintu mobil 
"Telpon aku jika sudah selesai aku akan menjemputmu"
"he.em" Jalal melajukan mobilnya. sementara Jodha sudah masuk ke dalam kampus dan betapa terkejutnya dia ketika suatu suara menyapanya
"HAI ISTRI PERAWA..." Sial. Moti benar-benar tidak bisa menjaga mulutnya. dengan segera Jodha membekap dan membawa moti sebelum semua orang berpikir yang macam-macam.
"KAU INI SUDAH BOSAN HIDUP HAH?" " Upss maaf Jodha aku terlalu terbawa naluri. maafkan aku bu komisaris." 
"sampai ada yang tahu dan itu mempengaruhi seluruh aset ku akan aku asingkan kau ke Alaska" 
"ah iya- iya aku tahu. gimana kita jadi nonton kan?" " Ya pasti jadi lah" Jawab Jodha Enteng 
"sip. kita nonton apa?" 
" Terserah kau saja"
"Terserah aku" Suara itu membuat Jodha dan Moti berbalik. 
"Kau?" Tanya Jodha dengan mata melotot tak percaya
"Ya . kau pasti tidak lupa dengan ku kan?" tanya orang itu yang tak lain adalah Mirza Hakim yang tersenyum senang ketika melihat Jodha kembali ke kampus.
"Ah tentu" Jawab Jodha dengan senyum penuh tanda tanya sambil matanya melotot kearah Moti. 
"Jadi apa aku boleh ikut? bersama kalian?"  Pertanyaan itu membuat Jodha dan Moti saling berpandangan. 

Jalal baru saja memasuki kantor di Akbar Company, dia melangkahkan kakinya menuju ruang rapat. Para Jajaran direksi sudah menunggunya, Tak terkecuali sang ibu direktur Ruqaiyah. Jalal langsung menuju tempat duduknya tanpa menghiraukan Ruqaiyah yang sekarang duduk di sebelahnya tepat sebagai wakil dari JSTC. Jalal memulai rapatnya, diamulai menjelaskan tentang kerugian yang dialami ketika salah satu wahana proyeknya runtuh. dia menjelaskan jika itu semua dikarenakan seorang musuh yang mengganggunya. 
"Jadi dengan ini saya meminta maaf" Jalal menutup penjelasannya dengan permintaan maaf kepada para Investor dan beranjak akan duduk ke kursinya. 
"Tapi anda tau berapa kerugian JSTC karena masalah itu tuan Jalal? JSTC kehilangan 2,5% saham pada saat kejadian itu. dimana banyak acara kami yang di block oleh pemerintah karena masih berurusan dengan ijin bangunan yang Ilegal yaitu mengenai proyek yang kita sepakati. oleh karena itu saya di sini mewakili dari JSTC ingin menuntut anda untuk mempertanggung jawabkan masalah tersebut" Pernyataan Ruqaiyah itu membuat Jalal berhenti dan memandangnya geram. Tapi Jalal berusaha sekuat tenaga untuk menahan Emosinya. 
"Maaf Nyonya Sharma apakah anda sudah mendapatkan persetujuan untuk itu dari komisaris anda?" Tanya Jalal dengan pandangan menantang kepada Ruqaiyah. 
"Komisaris kami sudah memberikan ijin, tidak akan menuntut Akbar Company jika pelakunya tertangkap" Ujar Ruqaiyah enteng. 
Jalal yang mendengar itu pun memejamkan mata dan mengepalkan tangannya. Rapat telah usai hasil sementara sebagian dari para investor menuntut agar Jalal menangkap pelakunya dengan begitu Akbar Company tidak dituduh melakukan penggelapan dana pada bahan bangunan. 

Jam sudah menunjukkan pukul 17:30 sudah waktunya Jodha untuk mengakhiri tugasnya di Kampus. Dia bersama Moti keluar menuju halaman. 
"Baiklah Ibu komisaris aku rasa lain kali saja kita ke bioskop bersama. aku tidak mau jika hanya jadi obat nyamuk. cepat kau telepon suami mu" Perintah Moti. Jodha menanggapi Moti dengan senyuman, dia lantas menelepon Jalal. Lama sambungan itu berbunyi tanpa ada sapaan dari seberang. 
"mungkin dia di jalan" itu pikiran Jodha. Jodha berniat untuk menutup sambungan telepon itu tapi tiba- tiba terdengar sebuah suara. 
"Hallo" Jodha diam mendengar suara itu. dia tahu betul siapa yang mengangkat telepon itu 
"Jodha bicaralah? apa kau ingin bicara dengan suami mu? dia sedang bersama ku sekarang" Yah itu adalah suara Ruqaiyah. Jalal dan Ruqaiyah sekarang mereka sedang bersama. Tanpa bicara satu katapun Jodha langsung menutup telepon itu.
"Moti kau duluan saja, aku masih ada urusan lain" Ujar Jodha dengan pandangan kosong ke depan. Moti tahu bahwa sahabatnya itu dalam masalah yang serius. Tanpa banyak bicara moti meninggalkan Jodha. Jodha menelepon seseorang, seseorang yang dia percaya 
"Mr. Khan aku coba telepon Jalal tapi tidak diangkat. ehm apa kau tau dia dimana?" 
"Ah iya Nyonya , tuan Muda sedang bersama ibu anda di cafe sekarang" Ujar Mr. Khan bingung karena baru kali ini Jodha menghubunginya menanyakan Jalal. 
"ehm baiklah , terima kasih" Ujar Jodha berusaha untuk tersenyum. Jodha masih duduk di halaman kampusnya. BODOH! itu yang Jodha ucapkan kepada dirinya sendiri. 
"Kau terlalu mengharapkannya Jodha. kau terlalu mengharapkan dia berubah" Jodha meratapi dirinya sendiri. Rintik hujan pun turun tapi Jodha tak beranjak dari tempatnya. pandangannya kosong tanpa ada kemarahan dan air mata. kecewa yah mungkin itu yang tergambar di wajahnya. hujan mulai deras Jodha hanya memejamkan matanya meredam rasanya di bawah air hujan. 
"sampai kapan kau akan duduk di sini?" Mirza Hakim datang dan memanyungi Jodha. Jodha membuka mata dan mendongakkan wajahnya menatap orang yang berdiri di belakangnya. Tapi dia hanya diam tak bicara sepatah kata pun. Jalal saat ini tengah kembali dari Toilet setelah seseorang menumpahkan kopi ke kemejanya. Dia kembali ke mejanya. 
"Katakan apa yang kau mau? aku sungguh tidak menyangka betapa liciknya kau. kau meminta ku melepaskan Adam. Tapi sekarang kau menuntutku untuk menangkapnya?" 
"Waktu itu aku bebicara sebagai kakak, dan sekarang aku berbicara sebagai ibu direktur" Jawab Ruqaiyah enteng sambil memasukkan sepotong strawbery cream cake dimulutnya.
"semua tergantung dari atasan mu. jika dia ingin menuntut aku maka akan aku terima" Ujar Jalal yang langsung pergi meninggalkan Ruqaiyah dan mengambil Ponsel serta kunci mobilnya di Meja. Jalal berjalan keluar pintu sabil menerima sebuah telepon 
"Ya Mr. Khan aku akan segera ke sana" Ujar Jalal setelah mendengarkan jadwal yang disampaikan oleh Mr. Khan. Tapi langkah Jalal terhenti ketika mendengar pesan dari Mr. Khan. 
"Nyonya Muda tadi menelepon mencari anda. apa anda ada janji dengan nya?" Pertanyaan Mr. Khan itu menyadarkan Jalal jika dia mempunyai Janji dengan Jodha. Jalal memejamkan mata karena melupakannya. 
"Cancel semua jadwal untuk hari ini" Perintah Jalal kepada Mr. Khan. Jalal melajukan mobilnya kencang menerobos hujan yang semakin kencang, Jalal mencoba menghubungi Jodha tapi tak ada satu jawaban pun dan  akhirnya sambungan itu terputus. HP Jodha tidak Aktif. 
"SIAL , Kemana dia saat hujan begini" Jalal sampai di kampus tapi tak menemukan Jodha dimana pun. dia semakin frustasi. 

Jalal menyusuri jalanan kota mencari Jodha. dan akhirnya di sini lah Jalal menemukan Jodha. di sebuah Cafe sederhana tak jauh dari kampus. Jalal melihat Jodha bersama dengan seorang lelaki yang memakaikan jas dokter ke bahu Jodha. Jalal meminggirkan mobilnya. dan hanya menatap mereka dari dalam mobil. 
"Apa kau sudah merasa lebih baik?" Tanya Mirza hakim kepada Jodha yang tengah meneguk Coklat panas. Jodha hanya tersenyum dan mengangguk 
"Thanks" hanya itu yang Jodha ucapkan. tak selang beberapa lama Miss Phoja datang menjemput Jodha. 
"Nona" Ujar Miss Phojaa yang hanya di balas anggukan oleh Jodha. 
"Aku pamit dulu, Thanks untuk semua ini. lain kali aku yang akan traktir kamu" Jodha langsung di giring menuju mobil dan diantar menuju Rumah kediamannya. Ami Ja'an terkejut melihat Jodha yang basah kuyub. 
"Jodha apa kau baik-baik saja nak? bagaimana kamu bisa basah seperti ini? sudah cepat ganti pakaianmu biar kamu tidak sakit" Ucapan Ami Ja'an mengantarkan Jodha ke kamarnya. Jalal datang selang 15 menit setelah Jodha. Tanpa menatap Ami Ja'an Jalal langsung naik kedalam kamar. 

GELAP. yah itulah yang Jalal temui ketika masuk kedalam kamarnya, dia melihat sebuah jas putih. yah itu adalah Jas Mirza hakim. Jalal memungut dan membantingnya ke sebuah Sofa. Dengan Frustasi Jalal mebantingkan tubuhnya duduk di Sofa. Pandangannya terangkat setelah terdengar suara pintu terbuka. Jodha dengan handuk yang hanya membalut separuh tubuhnya dia keluar dari kamar mandi. 
"Apa sebegitu menyenangkannya berkencan dalam hujan?" Jodha langsung membalikkan tubuhnya menghadap orang itu. Dia sangat terkejut melihat Jalal di sana. 
"Apa maksudmu? Jangan pernah campuri urusan ku. bukankah itu juga yang kamu lakukan?" Ujar Jodha dengan nada bergetar. langkahnya mundur ketika Jalal berjalan mendekatinya. Tatapan marah dan Nafsu semua bisa Jodha rasakan ketika tubuh Jalal semakin dekat. 
"Apa yang mau kau la..." Ucapak Jodha terhenti ketika sesuatu yang kenyal dan hangat menguasai bibirnya. 

Jalal menarik tubuh Jodha intens dan mencium Jodha dengan liarnya. Jodha meronta dia mencoba melepaskan diri dari Jalal. Tapi Apa yang dilakukan Jalal? dia malah turun menelusuri leher jenjang Jodha menciumnya, menghisabnya. bahkan tangannya kini mulai menjalar mengusap punggung atas Jodha yang tanpa pembatas, beralih kedepan mencoba menarik balutan handuk Jodha. Tapi niat itu terhenti setelah dia menyadari Jodha yang menangis. Tubuhnya bergetar begitu takutnya. Jalal melepaskan pelukannya dan pergi menjauh, pergi meninggalkan Jodha yang terduduk di lantai dalam keadaan sangat terguncang dan takut. 
"Ternyata aku bukan apa - apa bagimu Jodha. bagus dengan begitu aku bisa memukul mu keluar dari hatiku" batin Jalal setelah keluar dari kamarnya dan pergi dari rumahnya. FIRST KISS chapter 14 by. Tatah Bunda Qirania
Bagikan :
Back To Top