SINOPSIS MAHAPUTRA episode 479 (1 September 2015)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 479 (1 September 2015) by. Sally Diandra Di kerajaan Udaipur, di kamar pribadi Ratu Jaiwanta, Pratap sangat terkejut dan kaget ketika mendapat kabar kalau Akbar telah sampai pada tingkat ini “Akbar telah menculik adik kakaku (adik Ratu Durgawati)” ujar Pratap sedih “Sejak lama kejahatan lazim terjadi di masyarakat dengan mudahnya, sangat penting untuk segera menangkap mereka atau mereka akan terus berkembang, tidak ada pertanyaan apa apa dari persetujuan ibu ini, Pratap ,,, karena kamu telah berjanji pada saudara perempuanmu untuk melindunginya” ujar Ratu Jaiwanta “Aku hanya memikirkan ayah, ibu ,,, karena sepertinya ayah tidak suka dengan keputusanku ini, aku sangat berharap hubungan kami tidak menjadi renggang” Pratap merasa sedih dengan sikap ayahnya “Ini adalah Dharma Yudha, ayahmu harus menerima panggilan ini, ayahmu harus menentukan apakah dia akan terus menerus menyimpan anaknya di dalalam istana ini atau membiarkannya pergi keluar dan bertarung, dia tidak boleh melakukan ini, ini bukan pertarunganya, seseorang yang menghabiskan waktunya untuk orang lain dan membuang membuang waktunya didalamnya ini tidak bisa melawan Dharma Yudhanya sendiri atau tidak bisa juga menang !” ujar Ratu Jaiwanta kemudian Ratu Jaiwanta melakukan aarti untuk Pratap, Pratap memohon restu ibunya “Aku berharap apapun yang telah aku lakukan dan putuskan ini bisa berhasil, ibu” Ratu Jaiwanta memberikan restunya, kemudian Pratap meninggalkan ibunya, sepeninggal Pratap, Ratu Jaiwanta mendoakan keselamatan untuk anak semata wayangnya itu. 

Diluar di koridor istana, Amar sedang berlari lari di sepanjang koridor, tak lama kemudian Amar bertemu dengan Raimal, Raimal segera menghentikannya “Heei heeii heeii, ada apa ini Amar, kenapa kamu berlari lari ?” tanya Raimal penasaran “Aku cuma ingin tahu kemana ayahku akan pergi, kakek Raimal ?” ujar Amar sambil terengah engah “Ayahmu pasti akan pergi berperang dengan Raja Akbar”, “Kalau begitu aku ingin ikut dengannya !” ujar Amar lantang “Iya benar ! Kamu memang harus ikut dengan ayahmu itu, Amar ! Kamu itu sudah besar dan kamu juga bisa bertarung dengan baik, bukan begitu ?” puji Raimal dengan sikapnya yang pura pura peduli. 

Tak lama kemudian, Pratap tahu kalau Amar telah menunggunya “Amar, kamu tidak bisa ikut denganku untuk misi ini, misi ini mungkin akan sangat berbahaya” Amar merasa sedih begitu mendengar ucapan ayahnya “Aku akan menjaganya” sela Ajabde, Pratap baru menyadari kalau istrinya ini juga akan ikut dengannya “Apakah ini rencanamu untuk ikut bergabung bersama aku ? Kalian berdua memang tidak pernah memberikan aku pilihan lain !” Ajabde dan Amar saling berpelukkan senang, sementara Pratap mulai menuju ke kamar ayahnya, Raja Udai Singh. 

Di kerajaan Gondwana Maharani Durgawati sedang memimpin sidang di kerajaannya bersama para petinggi kerajaan, dia memberikan kebebasan memilih untuk semua orang memutuskan apapun yang mereka inginkan untuk menjadi pendukungnya atau tidak karena ini adalah misi yang sangat beresiko, tak lama kemudian Maharani Durgawati mendapatkan sebuah pesan dari Pratap yang isinya “Saudara perempuanku telah menjadi simbol martabat seluruh Rajputana, aku akan membantumu” 

Kembali ke kerajaan Udaipur Raja Udai Singh saat itu masih terbaring sakit di kamarnya, ditemani oleh Ratu Bhatyani, Raja Udai Singh merasa kesal dengan Pratap “Aku tidak mengerti kenapa Pratap tidak pernah bisa mengindahkan kata kataku” ujar Raja Udai Singh kesal “Bagaimanapun juga Ratu Durgawati itu adalah saudara perempuannya, jadi dia ingin membantunya, Rana Ji” Ratu Bhatyani mencoba untuk menjelaskan “Iyaaa, aku tahu ,,, tapi situasinya sangat berbahaya untuknya, dia pasti akan langsung berhadapan melawan Raja Akbar !” tiba tiba salah seorang prajurit mengabarkan kedatangan Pratap ke kamar Raja Udai Singh dari pintu kamar “Dheer Bai (Ratu Bhatyani) katakan pada Pratap kalau aku sedang tidur” begitu tahu kalau anaknya hendak menemui dirinya, Raja Udai Singh berpura pura tidur, Pratap pun masuk ke kamar ayahnya dan dilihatnya ayahnya sedang tertidur “Pangeran Pratap, ayahmu sedang tidur" Pratap segera menyentuh kaki ayahnya untuk meminta restunya, kemudian berlalu dari kamar tersebut, meninggalkan mereka berdua, sepeninggal Pratap, Raja Udai Singh segera membuka matanya seraya berkata “Dheer Bai, lakukan tilak dan aarti untuk Pratap” pinta Raja Udai Singh, Ratu Bhatyani segera berlalu dari sana dan menuruti permintaan suaminya 

Guruji sedang menyeleksi beberapa prajurit yang akan menjadi pasukan kecil yang akan menemani mereka dalam perjalanan nanti “Akan menjadi sangat baik, jika komandan kalian juga berada disini” ujar Guruji “Aku seharusnya menyadari kalau dia itu selalu melakukan apa yang di percayainya” ujar Pratap “Seseorang yang sama yang saat ini melintas dibenakku adalah pangeran Shakti Singh, adikmu” Pratap sangat sedih karena saudaranya itu masih bertahan dengan keputusannya sendiri, kemudian Pratap menyuruh Doda Ji dan Chakrapani untuk tetap bertahan di istana dan menjaga istana dan ayahnya selama dirinya pergi “Inilah alasannya kenapa dia tidak membalas sedikitpun surat suratku sampai hari ini” ujar Pratap sedih, tak lama kemudian Chakrapani merasa heran dan kaget ketika mengetahui kalau Ajabde dan Amar ikut bergabung dengan Pratap, Guruji merasa senang karena keluarga Pratap mengikuti jejaknya, Pratap masih terus memikirkan Shakti, adiknya “Dia belum menerima usulanku” bathin Pratap dalam hati, sementara itu Amar merasa penasaran dengan pamannya, Shakti Singh “Kenapa dia tidak tinggal bersama kita, ibu ?” Ajabde hanya tersenyum, kemudian Ratu Bhatyani melakukan aarti dan tilak untuk Pratap, Raimal dan Jagmal yang mengantarnya sangat menanti nantikan moment indah seperti ini “Inilah saatnya untuk mengirimkan surat untuk Raja Akbar !” bathin Raimal dalam hati, Raimal mengabarkan maksudnya ini pada keponakannya, tak lama berselang Pratap dan rombongannya bersiap siap pergi menuju ke kerajaan Gondwana “Semoga recananmu berhasil, kami berharap kamu bisa menikmati hasil buruanmu di kerajaan Gondwana nanti” sindir Raimal 

Di kamar Raimal, Jagmal saat itu ingin menulis sebuah surat yang indah dan lebih baik untuk Raja Akbar, namun Raimal memberitahukan padanya kalau Raja Akbar itu tidak bisa menulis atapun membaca “Raja Akbar itu buta huruf, Jagmal” ujar pamannya, Jagmal terkesan dengan Raja Akbar yang memiliki kepribadian yang kuat dan menonjol dalam sejarah yang ternyata tidak tahu caranya menulis dan membaca “Aku harus selalu bersama sama dengan dirinya, paman” ujar Jagmal tepat pada saat itu Ratu Bhatyani memasuki kamar kakaknya itu dan mendapati mereka berdua sedang ribut soal surat, Ratu Bhatyani meminta surat itu, Raimal mencoba menolaknya namun Ratu Bhatyani segera merebut surat itu “Ibu, ibu jangan berani beraninya menghina pamanku, aku akan melompat dari balkon ini jika ibu tidak mengembalikan surat itu ke paman !” ujar Jagmal sambil bersiap siap hendak melompat ke bawah, Ratu Bhatyani merasa heran dengan tingkah anaknya, namun akhirnya surat itu dikembalikannya lagi ke Raimal, Jagmal segera mengurungkan niatnya untuk lompat “Ibu, mulai hari ini ibu tidak boleh seenaknya menghina pamanku !” Ratu Bhatyani kaget mendengar ucapan anaknya itu dan segera berlalu dari sana dengan perasaan kesal, Raimal tersenyum senang sambil melirik ke arah keponakannya “Aku baru menyadari seberapa besar ibumu masih mencintai kamu, Jagmal ,,, cinta ini yang akan mengembalikan adikku kembali pada siapa dia sebenarnya, aku akan melihat sampai kapan dia akan berpura pura menjadi orang yang baik, cinta yang membabi buta untuk anaknya suatu waktu bisa kita gunakan untuk melawan siapapun !” ujar Raimal  senang

Sementara itu Pratap akhirnya sampai di tempat dimana putri Kamlawati (adik Maharani Durgawati) di tahan, putri Kamlawati merasa senang melihat kakaknya telah datang untuk menyelamatkan dirinya “Bagaimana aku bisa duduk tenang jika seseorang telah menyerang martabat keluarga kita ?” ujar Pratap namun tak lama kemudian beberapa pasukan Mughal datang dan mengitari Pratap, Pratap bersiap siap untuk bertarung dengan mereka tapi tiba tiba Raja Akbar datang dan menghampirinya memberikan sedikit kejutan untuk Pratap seraya berkata “Kamu telah memenuhi keinginanku dengan datang kesini sebelum aku menemuimu“, “Bertarunglah denganku !” tantang Pratap lantang, namun saat itu Raja Akbar enggan bertarung dengannnya “Penggal kepalanya !” putri Kamlawati langsung berteriak “Jangaaaaannn !!!!” tiba tiba Raja Udai Singh bangun dari tidurnya, rupanya Raja Udai Singh bermimpi buruk tentang Pratap, Ratu Bhatyani yang setia menemaninya segera memberikannya segelas air putih, Raja Udai Singh sangat mengkhawatirkan keselamatan anak sulungnya itu “Aku mempunyai firasat kalau Pratap akan membayar dengan harga yang cukup tinggi untuk keputusannya ini” ujar Raja Udai Singh setelah menikmati air putihnya, sementara itu lampu diya yang berada di kamar Ratu Jaiwanta mulai bergerak gerak, Ratu Jaiwanta berdoa demi keselamatan Pratap .SINOPSIS MAHAPUTRA episode 480 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top