SINOPSIS MAHAPUTRA episode 284 (25 September 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Mewar, Ratu Veeba (istri muda Raja Udai Singh) merasa khawatir, saat itu Ratu Jaiwanta menemuinya dikamarnya, Ratu Veeba mengungkapkan semua perasaannya pada Ratu Jaiwanta “Kamu bisa merencanakan apapun yang kamu inginkan tentang aku dan Raja Udai Singh tapi aku tidak akan bisa melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana aku akan menghabiskan sepanjang malam bersama dirinya ? Biarkan aku berada pada keadaan seperti ini, kak” ujar Ratu Veeba sedih, Ratu Jaiwanta kemudian menyakinkan dirinya kalau dia akan mengurus Raja Udai Singh “Kamu seharusnya berfikir tentang malam itu, karena itu adalah malammu dan aku telah mengatur semuanya hanya untuk kamu saja” ujar Ratu Jaiwanta kemudian berlalu dari kamar Ratu Veeba, Ratu Veeba sangat malu akan semua ini, Ratu Veeba langsung menunduk dan menyentuh lantai dimana tadi bekas Ratu Jaiwanta berdiri sebagai permohonan restu pada Ratu Jaiwanta, Ratu Veeba merasa sangat terberkati memiliki kakak seperti Ratu Jaiwanta yang mendukungnya “Kamu telah melakukan banyak hal agar aku bisa mendapatkan hakku” ujar Ratu Veeba sambil tersenyum senang
Pratap sedang berada dikamarnya, Pratap nampak marah sambil membawa pedang dan perisai, tepat pada saat itu Chakrapani menghampirinya dan memuji pedang dan perisai baru yang dimiliki Pratap, tiba tiba Pratap meletakkan pedangnya di leher Chakrapani “Ini benar benar suatu kekerasan, apakah hanya mempermainkan aku saja ? Choti Ma (Ratu Bhatyani) menyuruhnya untuk pergi ke kamarnya dan beristirahat tapi dia malah pergi ! Apakah aku ini nggak ada apa apanya buat dia ? Aku ini kan teman pertamanya, benar begitu bukan ?” Chakrapani tidak menyahut apa apa, dia hanya ketakutan dengan pedang Pratap yang berada di lehernya, Pratap kemudian mengingat ingat masa lalunya bersama Ajabde “Sekarang kamu adalah suaminya” ujar Chakrapani ketakutan, namun Pratap tidak bisa memahami logika yang ada “Apakah aku tidak bisa menunjukkan padanya sesuatu yang sesuai dengan keinginanku ? Dia itu nggak seperti ini sebelumnya, dia selalu memperlakukan aku dengan perhatiannya yang berlebihan dulu, apakah dia merasa lelah makanya dia ingin beristirahat ? Dia kan tidak harus menaiki gunung apapun untuk mencapai tempat ini’ ujar Pratap heran, Chakrapani memberikan contoh pada Pratap “Saubhayawati tidak akan membiarkan kamu bertemu dengan putri Ajabde saat ini, pangeran ,,, aku tahu bagaimana istriku itu” ujar Chakrapani “Kalau begitu lakukan sesuatu untukku, aku ingin bertemu dengan Ajabde dan mengatakan padanya kalau aku ini akan menjadi Pratap yang sama setelah menikah, cepat atur itu semua ! Aku akan menerangkan semua itu dengan ucapan yang sangat lembut padanya” Chakrapani menyetujuinya kemudian Chakrapani meminta Pratap untuk menyingkirkan pedangnya hari lehernya, Pratap segera menurunkannya dan Chakrapani segera pergi dari kamar Pratap secepat mungkin.
Sementara itu Ajabde sangat menyukai kamar barunya, Ajabde memuji dekorasi kamarnya dan bisa merasakan kasih sayang ibu mertuanya yang ditujukkan untuknya melalui dekorasi kamar tersebut “Ibu memang selalu memperhatikan semua hal hal sekecil mungkin, kemudian Saubhagyawati (pelayan Ajabde yang juga istri Chakrapani) berbicara tentang karma “Kamu telah melakukan hal hal yang baik makanya kamu mendapatkan imbalan yang setimpal” ujar Saubhagyawati, tiba tiba mereka mendengar sebuah suara semacam sinyal dan merasa heran dengan suara itu, Saubhagyawati mencoba untuk mengabaikannya tapi Ajabde bisa mengerti kalau itu adalah Chakrapani ynag mencoba memberikan sinyal untuk Saubhagyawati “Kamu benar benar sangat beruntung mempunyai seorang suami seperti dia, tidak seperti pangeran Pratap, tadi Pratap mengatakan kalau dia mau ke kamarnya karena disuruh oleh Choti Ma (Ratu Bhatyani), Ajabde kemudian teringat ketika Ratu Jaiwanta menceritakan tentang Pratap, tidak ada seorangpun yang bisa mengontrol Pratap maka ketika Pratap bertemu dengan Ajabde, Pratap menjadi tidak disiplin “Tidak masalah, Saubhagyawati ,,, pergilah dan temui suamimu” ujar Ajabde, akhirnya Saubhagyawati pun pergi meninggalkan Ajabde seorang diri dan tak lama kemudian Pratap menemui Ajabde melalui jendela kamar yang menghubungkan kamarnya dengan kamar Ajabde
Sementara itu diluar Chakrapani masih memberikan sinyal sinyal suara mirip burung ke arah kamar Ajabde, namun tanpa Chakrapani sadari ternyata Saubhagyawati sudah ada dibelakangnya, Saubhagyawati meminta Chakrapani untuk bicara cepat tapi Chakrapani malah hanya diam saja tidak berkata apa apa pada istrinya ini, Saubhagyawati segera berbalik hendak pergi tapi kemudian akhirnya setuju menemani Chakrapani beberapa saat.
Di kamar Ajabde, Ajabde tidak suka melihat Pratap memasuki kamarnya dengan cara seperti itu, namun Pratap mengingatkannya kalau dirinya adalah Pratap “Aku adalah pangeran Pratap, ini adalah istanaku, tidak ada seorangpun yang bisa menghentikan aku untuk pergi kemana saja di istanaku ini dan lagi kamu ini adalah temanku” Ajabde langsung mengkoreksi ucapan Pratap “Aku sekarang bukan hanya temanmu saja tapi juga istrimu !” Pratap mengangguk “Banyak orang yang telah melakukan usaha mereka untuk menyatukan kita dan kamu masih memanggilku dengan sebutan teman ?” mereka berdua bertengkar dengan sangat lucu seperti yang biasanya mereka lakukan selama ini, Ajabade berusaha menjadi orang yang gampang dengan mengikuti semua perintah ibu mertuanya “Aku tidak mungkin mengatakan tidak pada ibu” Ajabde kemudian mengulangi apa yang dikatakannya tadi pada Saubhagyawati kalau dia benar benar marah sama Pratap, Pratap menanyakan padanya pertanyaan yang sama “Kamu ini telah berakting dengan baik sebelumnya, aku telah datang kesini untuk bertemu dengan kamu, katakan padaku kenapa aku datang kesini ? Aku tahu kamu pasti tidak punya jawaban kan ? Kamu ingin aku bertemu denganmu kan dengan mengabaikan apa yang telah aku katakan untuk kamu lakukan, benar bukan ?” Ajabde mencoba memikirkan jawabnnya tapi kemudian menolaknya “Kamu tidak bisa berbohong denganku, Ajabde !” ujar Pratap kesal, namun akhirnya Pratap menyerah, Ajabde akhirnya juga menyetujuinya tapi Pratap meminta Ajabde untuk mengatakannya sambil tersenyum, Ajabde menolaknya, Pratap ingin menunjukkan pedang dan perisai barunya pada Ajabde “Ayoo, temanku ikutlah denganku !” Ajabde kembali mengoreksi ucapan Pratap kalau dia bukan temannya lagi tapi istrinya, tak lama kemudian Ajabde dan Pratap memasuki kamar Pratap melalui jendela yang dilewati oleh Pratap tadi.
Ratu Jaiwanta sedang mencari cari gelangnya di kamar pribadinya, para pelayannya juga ikut sibuk mencari “Aku sedang mencari sebuah gelang, aku ingin Veeba mengenakannya sebelum dia pergi ke kamar Raja Udai Singh” ujar Ratu Jaiwanta sambil terus mencari cari gelangnya yang hilang “Pelayan, coba cari di sebelah sana !” perintah Ratu Jaiwanta, tak lama kemudian akhirnya Ratu Jaiwanta menemukan gelang itu “Ini adalah gelang keberuntungan, gelang ini harus dipakai oleh Veeba ketika dia akan menemui Raja Udai Singh di kamarnya” ujar Ratu Jaiwanta, tepat pada saat itu Raja Udai Singh memasuki kamar Ratu Jaiwanta dan tanpa diperintah para pelayan segera meninggalkan mereka berdua, Ratu Jaiwanta sangat terkejut bertemu dengan Raja Udai Singh tanpa pemberitahuan terlebih dahulu seperti biasanya, Raja Udai Singh rupanya memang sengaja melakukannya dengan sengaja karena bisa saja Ratu Jaiwanta akan meminta maaf dan pergi dari ruangan itu “Aku ingin tahu apa yang terjadi di istana ini ?” ujar Raja Udai Singh sambil mendekat kearah Ratu Jaiwanta, akhirnya Ratu Jaiwanta menceritakan semuanya ke suaminya itu, Ratu Jaiwanta ingin agar Raja Udai Singh memberikan hak seorang istri pada Veeba, istri mudanya.
Sementara itu di lain sisi Ratu Veeba sedang mencari cari Ratu Jaiwanta, sedangkan Raja Udai Singh terus menerus mendekati Ratu Jaiwanta dan mencoba mengajak Ratu Jaiwanta bermesraan tapi sementara itu Ratu Jaiwanta malah kelihatan cemas, menarik diri dan terkesan malu malu.
Tak lama kemudian Ratu Bhatyani menemui Ratu Veeba dikamarnya “Veeba, apakah kamu menunggu seseorang ?” Ratu Veeba nampak malu malu “Aku sedang menunggu kak Jaiwanta” ujar Ratu Veeba, dalam hati Ratu Bhatyani tahu kalau sebenarnya Ratu Veeba sedang menunggu Raja Udai Singh “Aku bisa mengerti itu, ini adalah persoalanmu pribadi, kak Jaiwanta saat ini sedang berada dikamarnya pasti” ujar Ratu Bhatyani “Terima kasih untuk infonya, kak Bhatyani” ujar Ratu Veeba kemudian segera berlalu menuju ke kamar Ratu Jaiwanta, sepeninggal Ratu Veeba, Ratu Bhatyani mengambil segenggam bunga yang bertaburan di ranjang Ratu Veeba dan memperhatikan ke sekeliling kamar yang dihiasi seperti kamar pengantin.
Di kamar Ratu Jaiwanta, Raja Udai Singh terus menerus berusaha mendekati Ratu Jaiwanta “Apakah kamu berfikir kalau aku akan emosi karena kamu memutuskan semuanya untuk malam malamku ?” ujar Raja Udai Singh sambil terus mendekat kearah Ratu Jaiwanta yang saat itu sudah terduduk di kursi panjang dan berusaha mundur menghindari Raja Udai Singh, hingga akhirnya tubuh Ratu Jaiwanta sampai diujung kursi panjang itu, Ratu Jaiwanta benar benar tidak bisa berkata apa apa “Aku telah setuju untuk menikah berulang kali karena aku telah berhutang pada situasi ini tapi apakah kamu pernah berusaha untuk mengetahui apa yang aku inginkan ?” ujar Raja Udai Singh sambil mendekatkan wajahnya semakin dekat ke wajah Ratu Jaiwanta “Kamu selalu saja mengkhawatirkan hak hak istri istriku yang lain tapi bagaimana dengan kamu sendiri ? Ini mengisyaratkan kalau kamu seharusnya membuat aku bahagia” Ratu Jaiwanta semakin gelisah dan berpura pura tidak mengerti apa apa
“Aku tahu kalau kamu sebenarnya ingin mendengarnya langsung dari mulutku, aku memang telah menikah berulang kali tapi kamulah yang masih menguasai hatiku, Dewa telah membuat kita saling memiliki satu sama lain lalu mengapa kamu ingin melarikan dari kenyataan ini ? Dan selalu memikirkan tentang tugas tugasmu” Ratu Jaiwanta berusaha mengucapkan sesuatu tapi Raja Udai Singh segera menghentikannya dengan menaruh jari telunjuknya di ujung bibir Ratu Jaiwanta “Hari ini hari yang sangat luar biasa untuk kehidupan kita, aku tidak bisa membayangkan orang lain yang akan bersama denganku, hanya kamu dan aku saja, jangan paksa aku karena aku tahu kalau kamu juga menginginkan hal ini sebaik mungkin” Ratu Jaiwanta terperangah mendengar ucapan suaminya “Aku mohon, lupakanlah tentang dharmamu untuk sementara waktu” Ratu Jaiwanta segera memeluk Raja Udai Singh erat, Raja Udai Singh sangat merindukan moment indah seperti ini bersama istri pertamanya itu “Semua ucapanmu memang benar, suamiku ,,, tapi sebagai Maharani Mewar, aku tidak bisa berbuat tidak adil dengan istri istrimu yang lain” ucapan Ratu Jaiwanta langsung membuat Raja Udai Singh kaget dan marah, sementara Ratu Jaiwanta segera meninggalkan Raja Udai Singh seorang diri di kamar itu.
Raja Udai Singh sangat marah, dirinya tidak terima mendapat penolakan seperti itu dari istri pertamanya itu, tepat pada saat itu Ratu Veeba memasuki kamar Ratu Jaiwanta dan merasa terkejut ketika melihat Raja Udai Singh ada disana “Maafkan aku Raja Udai Singh, karena aku menemuimu dengan keadaan seperti ini, apakah kamu tahu dimana kak Jaiwanta ?” tanya Ratu Veeba polos, dengan marah Raja Udai Singh segera menjawab “Hanya pelayan pelayan dan Dewa yang tahu jawaban dimana dia berada di istana ini ! Tanyalah pada salah satu diantara mereka !” suara Raja Udai Singh terdengar meninggi dan segera keluar dari kamar itu dengan penuh amarah, Ratu Veeba merasa bingung dan sedih melihat sikap suaminya yang seperti itu.
Dikamar Pratap, Pratap menyarankan pada Ajabde untuk memegang pedang dan perisainya yang baru, awalnya Ajabde menolaknya, Ajabde merasa takut dengan konsekwensinya dalam kasus ketika Raja Udai Singh melihat dirinya seperti itu “Jika aku melakukan sesuatu yang salah maka aku pasti akan di hukum” ujar Ajabde, namun Pratap tetap meminta Ajabde memegang pedang dan perisai itu sambil memegang tangan Ajabde, Pratap berkata “Banyak orang yang mengatakan padamu tentang latar belakang keluargamu, dimana kamu mungkin merasa ragu ragu, aku ingin menyingkirkan semua itu karena mereka telah membuatmu merasa lemah disini, keluargaku selalu memperlakukan kamu itu sama, tidak cuma sekarang tapi juga sebelum pernikahan kita” Ajabde mendengarkan ucapan Pratap “Kamu telah membuktikan dirimu sendiri menjadi seseorang yang pintar setiap waktu, bahkan ibu dan ayahku juga mengatakan hal yang sama, kamu tidak usah khawatir tentang apapun khususnya tentang semua hukuman dan lain sebagainya, dengan kerendahan hatiku aku meminta padamu untuk merasa bebas disini, kamu akan mendapatkan kasih sayang yang jumlahnya sama disini seperti yang biasa kamu dapatkan di Bijolia, jika masih ada perasaan ragu ragu dalam benakmu maka aku akan merasa sangat bersalah” ujar Pratap
Akhirnya Ajabde mengambil pedang dan perisai yang diletakkan di meja oleh Pratap “Apakah kamu percaya denganku sekarang ? Aku mengerti sekarang apa yang kamu ingin aku lakukan !” ujar Pratap senang “Apakah aku harus melakukan sesuatu yang lain untuk membuktikannya ?” Pratap segera menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang namun Ajabde merasa kedua benda itu sangat berat untuknya dan tangannya mulai bergetar, tiba tiba Ajabde melepaskan pedang dan perisai itu hingga terjatuh ke bawah namun Pratap segera berlutut dan menangkapnya, Ajabde panik dan memanggil nama depan Pratap saja “Praaaattaaaappp !!!” Pratap mendongak menatap kearah Ajabde dengan takjub “Apa yang kamu katakan tadi ?” Ajabde langsung merasa ketakutan dan segera menjewer kedua telinganya dengan wajahnya yang polos “Aku mengucapkannya dengan sengaja, aku telah berbuat salah” ujar Ajabde sedih
Di kerajaan Bijolia, Raja Mamrak (ayah kandung Ajabde) merasa bahagia karena pernikahan anak perempuannya telah berlangsung dengan baik “Sekarang kita harus membagikan uang untuk orang orang yang sangat memerlukan yang berada di daerah kita” ujar Raja Mamrak namun tak lama kemudian Raja Mamrak mendapat laporan bahwa pasukan Mehmood Shah telah mengepung istananya, Raja Mamrak segera keluar menuju ke balkon dan melihat sepasukan tentara dengan jumlah yang banyak telah mencapai perbatasan mereka, Raja Mamrak panik.
Di kerajaan Bijolia, Raja Mamrak (ayah kandung Ajabde) merasa bahagia karena pernikahan anak perempuannya telah berlangsung dengan baik “Sekarang kita harus membagikan uang untuk orang orang yang sangat memerlukan yang berada di daerah kita” ujar Raja Mamrak namun tak lama kemudian Raja Mamrak mendapat laporan bahwa pasukan Mehmood Shah telah mengepung istananya, Raja Mamrak segera keluar menuju ke balkon dan melihat sepasukan tentara dengan jumlah yang banyak telah mencapai perbatasan mereka, Raja Mamrak panik.