SINOPSIS ASHOKA episode 335 by. Kusuma Rasmana Di dalam bangunan istana Ujjaini, raja penguasa Ujjain sedang duduk
di singgasananya. Dia sedang didampingi oleh beberapa bawahan dan
prajurit pengawal yang berdiri agak jauh didepannya. Beberapa prajurit
menyeka hidungnya karena tidak tahan bau tak sedap di dalam ruangan itu.
Salah seorang prajurit kesal dan mengeluhkan bau itu melalui prilaku
kegelisahannya namun tidak berani berkata apa-apa.
Satu prajurit lainnya memberitahunya bahwa penguasa yang bernama Nirankush yang sedang makan itu memang takut dengan air. "Dia tidak pernah mandi seumur hidupnya", bisik prajurit itu. Prajurit yang mengeluh itu pun kaget. Seperti yang lainnya, kedua prajurit yang sedang ngobrol dalam bisikan itu menutupi hidung mereka. Sedangkan penguasanya di singgasananya masih asik bersantap seakan tak peduli.
Seorang pria, bawahan Nirankush, bertanya kepada para prajurit bahwa penguasa sedang mencari seorang pria yang terlihat disini tapi sebenarnya dan terlihat tidak berasal dari tempat ini. Salah seorang prajurit menjawab dalam gumanan menyebut nama Nirankush, mungkin bermaksud bergurau karena gangguan bau itu.
Namun sejenak keheningan ruangan itu pecah oleh teriakan Nirankush, sang penguasa. Dia melompat naik diatas singgasana karena takut dan panik melihat air yang dibawa oleh seorang pelayan. Akhirnya pelayan itu pun pergi sambil membawa air dalam wadahnya. Nirankush lalu turun dan berkata marah, "Aku benci dua hal, air dan orang yang mengatakan "tidak" kepadaku. Jika kalian tidak mengatakan yang sebenarnya maka aku akan menghukum kalian semua. Dan Aku akan memberikan hadiah kepada orang yang bisa menemukan Ashoka untukku!".
Nanda dan Kalia, dua mandor pekerja galian batu di bukit, datang menghadap penguasa. Kalia bahkan melangkah tertatih-tatih karena menahan sakit di kaki dan badannya. Mereka berdua memohon bantuan atas kesulitan yang mereka hadapi di bukit penggalian batu. Asisten Nirankush tampak tidak percaya, namun Nanda akhirnya menceritakan rentetan masalah dari awal mulai dari jembatan gantung yang terputus, Chanda yang mendukung para pemuda melawan penguasa, seorang lelaki jagoan yang membantu Chanda dan memanggil dia sebagai swami (tuan/majikan), hingga kejadian terakhir Chanda membuat babak belur Kalia dan prajurit mereka. Nirankush dan bawahannya serta prajurit semua menyimak penuturan Nanda.
Pria asisten Nirankush berkata, "Kalau ceritamu benar, Aku merasa Chanda adalah orang yang kita cari. Orang seberani ini hanyalah Ashoka!". Nanda dan Kalia terkejut dengan simpulan Pembantu Nirankush sedangkan Nirahkush senang mendengarnya.
Nirankush turun dari singgasananya dan mendekat ke arah pembantunya dan kedua orang tamunya. Pembantunya, Nanda dan Kalia mau tidak mau harus menutup hidungnya karena bau menyengat. Nirankush berkata, "Aku akan membuat Sushima senang. Ayo! Cari Chanda itu dan bawa dia ke sini! Aku memberi kalian semua kesempatan untuk menyelamatkan diri dari hukumanku".
Entah karena tidak tahan bau atau apa, Nanda dan Kalia ingin cepat-cepat pergi dari ruangan itu. Namun pembantu Nirankush menawarkan diri untuk pergi bersama Nanda dan Kalia. "Aku akan melihat apakah ini adalah orang yang sama yang kita cari. Bila benar, maka Sushima harus diberitahu kabar ini!", kata pembantu Nirankush. Nirankush mengijinkan dengan perasaan senang.
Pembantu Nirankush lalu pergi bersama Nanda dan Kalia mencari orang yang bernama Chanda.
Di Awantipuram, Devi setengah berlari memasuki halaman rumahnya. Dia
disambut oleh Dharma dan Witashoka yang datang menyongsong. Dengan
terengah-engah, Devi bercerita kepada Dharma semua yang Chanda lakukan
di bukit penggalian batu.
Witashoka yang mendengarnya merasa bangga dengan kakaknya. "Aku sudah bilang Bu, kakakku adalah seorang pemberani! Dia tidak akan pernah menghina Dewa", kata Witashoka gembira.
Devi masih terus bersemangat bercerita bagaimana Ashoka membela para pekerja dan mengalahkan Kalia dan orang-orangnya. Witashoka tertawa mendengar penjelasan Devi, mungkin membayangkan bagaimana kakaknya membuat Kalia dan orang-orangnya babak belur.
Devi berkata, "Orang-orang yang bahkan tidak siap untuk bersabar menghadapi dia sampai kemarin, sekarang sungguh bahagia berada di dekatnya! Chanda telah menjauhkan kebiadaban di Ujjaini dan membuat tempat ini menjadi tempat suci. Setiap orang berdoa di sana. Aku juga akan pergi dan bergabung dengan mereka". Devi segera bergegas bermaksud naik ke dalam rumahnya.
Dharma yang malah khawatir dengan berita itu mengeluh kepada Devi bahwa tindakan itu akan mendatangkan perhatian dan masalah. Karena Chanda telah melukai beberapa orang tanpa belas kasihan.
Devi membantah kekhawatiran itu, "Anda harus bangga padanya".
"Bangga? Apa yang bisa dibanggakan?", kata Seth Dhaniram yang baru masuk pekarangan rumah. "Mereka adalah orang-orang raja penguasa, Nirankush pasti tidak akan tinggal diam", katanya.
Dharma terkejut dengan kata-kata Dhaniram.
Devi mendukung tindakan Chanda, "Chanda memang pantas menghukum orang-orang itu"
Seth Dhaniram berkata dengan perasaan takut kepada orang-orang Nirankush, dia menyalahkan Chanda atas peristiwa itu. "Putramu telah mendatangkan masalah bagi kita!", keluh Dhaniram.
Witashoka marah mendengar keluhan Dhaniram, Dharma meminta Witashoka diam. Tapi Dhaniram malah lebih marah karena adik Chanda membela kakaknya. "Aku mengutuk saat mengijin kalian semua menjadi penyewaku. Aku bahkan tidak mendapatkan uang sewaku sampai saat ini!", kata Dhaniram marah dan mengeluh.
Devi turun dari lantai atas membawa dua nampan pemujaan. Dia mendekati Dharma dan berkata pelan, "Ketakutan adalah hal baru bagi ayah. Ia panik setiap menghadapi hal kecil. Mari kita pergi dan berdoa di tempat itu".
Dharma menerima satu nampan itu dengan perasaan ragu.
Witashoka yang mendengarnya merasa bangga dengan kakaknya. "Aku sudah bilang Bu, kakakku adalah seorang pemberani! Dia tidak akan pernah menghina Dewa", kata Witashoka gembira.
Devi masih terus bersemangat bercerita bagaimana Ashoka membela para pekerja dan mengalahkan Kalia dan orang-orangnya. Witashoka tertawa mendengar penjelasan Devi, mungkin membayangkan bagaimana kakaknya membuat Kalia dan orang-orangnya babak belur.
Devi berkata, "Orang-orang yang bahkan tidak siap untuk bersabar menghadapi dia sampai kemarin, sekarang sungguh bahagia berada di dekatnya! Chanda telah menjauhkan kebiadaban di Ujjaini dan membuat tempat ini menjadi tempat suci. Setiap orang berdoa di sana. Aku juga akan pergi dan bergabung dengan mereka". Devi segera bergegas bermaksud naik ke dalam rumahnya.
Dharma yang malah khawatir dengan berita itu mengeluh kepada Devi bahwa tindakan itu akan mendatangkan perhatian dan masalah. Karena Chanda telah melukai beberapa orang tanpa belas kasihan.
Devi membantah kekhawatiran itu, "Anda harus bangga padanya".
"Bangga? Apa yang bisa dibanggakan?", kata Seth Dhaniram yang baru masuk pekarangan rumah. "Mereka adalah orang-orang raja penguasa, Nirankush pasti tidak akan tinggal diam", katanya.
Dharma terkejut dengan kata-kata Dhaniram.
Devi mendukung tindakan Chanda, "Chanda memang pantas menghukum orang-orang itu"
Seth Dhaniram berkata dengan perasaan takut kepada orang-orang Nirankush, dia menyalahkan Chanda atas peristiwa itu. "Putramu telah mendatangkan masalah bagi kita!", keluh Dhaniram.
Witashoka marah mendengar keluhan Dhaniram, Dharma meminta Witashoka diam. Tapi Dhaniram malah lebih marah karena adik Chanda membela kakaknya. "Aku mengutuk saat mengijin kalian semua menjadi penyewaku. Aku bahkan tidak mendapatkan uang sewaku sampai saat ini!", kata Dhaniram marah dan mengeluh.
Devi turun dari lantai atas membawa dua nampan pemujaan. Dia mendekati Dharma dan berkata pelan, "Ketakutan adalah hal baru bagi ayah. Ia panik setiap menghadapi hal kecil. Mari kita pergi dan berdoa di tempat itu".
Dharma menerima satu nampan itu dengan perasaan ragu.
Saat itulah mereka mendengar suara sorakan orang-orang dari jalan yang
merupakan para pekerja galian batu. Mereka mengelu-elukan nama Chanda
yang dibopong beramai-ramai oleh beberapa orang, sementara yang lainnya
terus bersorak. Devi dan Witashoka gembira mendengar sorakan itu,
keduanya langsung keluar menuju jalanan kota. Melihat Witashoka
menyongsongnya, Ashoka turun dari bopongan orang-orang dan sekarang
Ashoka yang mengangkat Witashoka di pundaknya. Mereka semua pun bersorak
bersama-sama lagi."Hidup Kakak Chanda!", seru Witashoka, seruan itu
disambut dengan sorakan dari para pekerja itu.
Ashoka dan para pekerja yang bersorak serentak diam melihat Dharma disana dengan nampan puja. Wajah Dharma menampakkan rasa kesal dan tidak suka atas yang dilakukan Ashoka.
Ashoka bertanya pada adiknya, "Apa aarti akan dilakukan terhadap Dewa Ganesha hari ini? Bagaimanapun, kami juga layak mendapatkannya karena ini adalah perbuatan baik!"
Dharma berkata ketus kepada Ashoka, "Apa gunanya menunjukkan kekuatanmu? Kau akan menjadi pusat perhatian dengan cara ini. Apa kau berpikir kau berada di atas Ganesha dengan menyelamatkan arca itu? Kau tidak tahu betapa berdosanya menganggap dirimu diatas dewa!"
Ashoka menjawab, "Ibu benar! Kita tidak perlu perlindungan apapun. Kita bisa menyelamatkan diri kita sendiri". Dia berkata kepada kepada Witashoka yang sudah diturunkan dari pundaknya, "Ibu adalah orang yang paling khawatir pada arca itu. Sekarang aku telah menyelamatkan arca itu, tapi sekali lagi aku salah! Aku harus disalahkan pada setiap kondisi"
Witashoka berkata kepada ibunya bahwa tindakan dan ucapan kakaknya benar. Devi mendekati Dharma yang memarahi Witashoka, dia ikut mendukung ucapan Ashoka, begitu juga para pekerja dan orang-orang yang ada di jalanan itu.
Mereka semua memuji tindakan Ashoka. "Lupakan apa yang terjadi dan peluk anakmu", kata salah seorang wanita dari mereka. Namun Dharma tetap kukuh dengan pendapatnya,
Dharma berkata, "Kalian semua tidak mengerti. Kalian tidak tahu banyak hal"
Devi mengangguk, "Ada banyak hal yang aku tidak mengerti. Aku juga ingin menanyakan sesuatu tapi...!"
Ashoka dan para pekerja yang bersorak serentak diam melihat Dharma disana dengan nampan puja. Wajah Dharma menampakkan rasa kesal dan tidak suka atas yang dilakukan Ashoka.
Ashoka bertanya pada adiknya, "Apa aarti akan dilakukan terhadap Dewa Ganesha hari ini? Bagaimanapun, kami juga layak mendapatkannya karena ini adalah perbuatan baik!"
Dharma berkata ketus kepada Ashoka, "Apa gunanya menunjukkan kekuatanmu? Kau akan menjadi pusat perhatian dengan cara ini. Apa kau berpikir kau berada di atas Ganesha dengan menyelamatkan arca itu? Kau tidak tahu betapa berdosanya menganggap dirimu diatas dewa!"
Ashoka menjawab, "Ibu benar! Kita tidak perlu perlindungan apapun. Kita bisa menyelamatkan diri kita sendiri". Dia berkata kepada kepada Witashoka yang sudah diturunkan dari pundaknya, "Ibu adalah orang yang paling khawatir pada arca itu. Sekarang aku telah menyelamatkan arca itu, tapi sekali lagi aku salah! Aku harus disalahkan pada setiap kondisi"
Witashoka berkata kepada ibunya bahwa tindakan dan ucapan kakaknya benar. Devi mendekati Dharma yang memarahi Witashoka, dia ikut mendukung ucapan Ashoka, begitu juga para pekerja dan orang-orang yang ada di jalanan itu.
Mereka semua memuji tindakan Ashoka. "Lupakan apa yang terjadi dan peluk anakmu", kata salah seorang wanita dari mereka. Namun Dharma tetap kukuh dengan pendapatnya,
Dharma berkata, "Kalian semua tidak mengerti. Kalian tidak tahu banyak hal"
Devi mengangguk, "Ada banyak hal yang aku tidak mengerti. Aku juga ingin menanyakan sesuatu tapi...!"
Seorang pria berlari-lari memanggi nama Chanda dan mendekati Ashoka.
Pria itu menginformasikan beberapa prajurit Nirankush bersama Nanda dan
Kalia sedang menuju jalan itu. Semua orang yang ada disitu terkejut
mendengarnya. Ashoka malah bersiap akan menyongsong rombongan itu. Dia
segera melangkah, namun Dharma menghentikan Ashoka dari pergi menemui
prajurit Ujjaini. Dharma melarang Ashoka dari pergi menghadap mereka.
Ashoka menolak untuk mundur tapi Dharma meminta dia bersumpah.
Ashoka berteriak marah namun segera pergi menjauh dengan sedih.
Ashoka berteriak marah namun segera pergi menjauh dengan sedih.
Pembantu Nirankush dan beberapa prajurit datang ke tempat itu.
Orang-orang dijalanan itu segera menyibak membiarkan rombongan itu
lewat. Pembantu Nirankush menanyakan tentang keberadaan Chanda, namun
orang-orang tidak ada yang menjawab.
Nanda yang ikut rombongan itu mengenali Dharma yang berdiri diantara orang-orang di pinggir jalan. "Dia adalah ibu dari Chanda. Tanyakan dia sekarang. Dia pasti tahu", kata Nanda. Pembantu Nirankush bertanya dengan nada kasar, namun Dharma menyangkal mengetahui tentang keberadaan Chanda. "Tidak ada yang tahu di mana dia saat ini", katanya.
Pembantu Nirankush berkata marah, "Dia akan mati atau kalian semua akan dihukum jika kalian tidak memberitahuku!".
Seth Dhaniram yang ada disitu malah berkata, "Mengapa kami harus dihukum karena kesalahannya? Dia ada disini! Chanda ada disini! Dia bersembunyi di suatu tempat saat melihat kalian datang. Kalian seret saja ibunya! Dia pasti akan keluar dari persembunyian saat itu!". Dharma kaget atas ucapan Dhaniram yang pengecut, demikian juga Devi dan yang lainnya. Tidak jauh dari situ, Ashoka juga mendengar semua percakapan mereka.
Nanda yang ikut rombongan itu mengenali Dharma yang berdiri diantara orang-orang di pinggir jalan. "Dia adalah ibu dari Chanda. Tanyakan dia sekarang. Dia pasti tahu", kata Nanda. Pembantu Nirankush bertanya dengan nada kasar, namun Dharma menyangkal mengetahui tentang keberadaan Chanda. "Tidak ada yang tahu di mana dia saat ini", katanya.
Pembantu Nirankush berkata marah, "Dia akan mati atau kalian semua akan dihukum jika kalian tidak memberitahuku!".
Seth Dhaniram yang ada disitu malah berkata, "Mengapa kami harus dihukum karena kesalahannya? Dia ada disini! Chanda ada disini! Dia bersembunyi di suatu tempat saat melihat kalian datang. Kalian seret saja ibunya! Dia pasti akan keluar dari persembunyian saat itu!". Dharma kaget atas ucapan Dhaniram yang pengecut, demikian juga Devi dan yang lainnya. Tidak jauh dari situ, Ashoka juga mendengar semua percakapan mereka.
Pembantu Nirankush mengulurkan tangannya bermaksud
memegang Dharma. Namun sekepal batu menyambar tangannya. Orang-orang
kaget, Pembantu Nirankush mengaduh kesakitan. Ditempatnya, Ashoka sekali
lagi melemparkan batu yang langsung menyambar muka Pembantu Nirankush
dengan telak. Pembantu Nirankush segera memerintahkan prajurit memburu
Ashoka ke arah datangnya lemparan batu.
Beberapa prajurit mencoba untuk menangkap Ashoka namun Ashoka melemparkan debu di mata mereka. Kalia yang ikut mencari Ashoka memarahi prajurit yang kesakitan karena debu itu. Namun Ashoka menyergap Kalia dari belakang, menutupi wajahnya dengan kain dan membantingnya ke tanah. Nanda yang juga mondar-mandir mencari Ashoka dijatuhkan oleh Witashoka. Ashoka, Witashoka, dan Devi tertawa melihat Nanda yang jatuh berjumpalitan. Sekali lagi Ashoka mempercundangi prajurit Nirankush dengan menyumpalkan kepala mereka pada pot. Ashoka melemparkan pot berasap di tengah jalan. Pot yang pecah mengeluarkan asap membuat pandangan orang-orang terganggu dengan rasa perih selama satu menit. Ashoka segera meninggalkan tempat itu tanpa diketahui para pengejarnya.
Beberapa prajurit mencoba untuk menangkap Ashoka namun Ashoka melemparkan debu di mata mereka. Kalia yang ikut mencari Ashoka memarahi prajurit yang kesakitan karena debu itu. Namun Ashoka menyergap Kalia dari belakang, menutupi wajahnya dengan kain dan membantingnya ke tanah. Nanda yang juga mondar-mandir mencari Ashoka dijatuhkan oleh Witashoka. Ashoka, Witashoka, dan Devi tertawa melihat Nanda yang jatuh berjumpalitan. Sekali lagi Ashoka mempercundangi prajurit Nirankush dengan menyumpalkan kepala mereka pada pot. Ashoka melemparkan pot berasap di tengah jalan. Pot yang pecah mengeluarkan asap membuat pandangan orang-orang terganggu dengan rasa perih selama satu menit. Ashoka segera meninggalkan tempat itu tanpa diketahui para pengejarnya.
Di istana Kalingga, Kaurwaki sedang
berdandan dan memakai perhiasan mewahnya. Bela, pelayannya, memuji
Kaurwaki yang berpenampilan sangat cantik. Kaurwaki menyebut masih ada
yang kurang dan tidak lengkap. "Matanya hilang. Jika dia tidak melihatku
maka ini semua tidak berarti. Aku berharap tidak ada masalah yang
datang dalam jalanku sekarang", kata Kaurwaki menatap jauh ke atas.
Di istana Ujjaini, Pembantu Nirankush melaporkan hasil perjalanannya
hari itu kepada rajanya. "Anda benar! Orang itu memang Pangeran Ashoka!
Hanya dia yang bisa melakukan tindakan seperti itu. Tidak ada yang
melihat wajahnya tapi aku melihat kalungnya. Aku harus memberitahu
Sushima secepatnya. Tapi sampai saat itu, Ashoka alias Chanda harus kita
pastikan masih di sini. Jika Anda gagal maka Anda sudah sangat
menyadari apa yang akan dilakukan Sushima!", kata Pembantu Nirankush.
Di istana Magadha, Pattaliputra, di sebuah arena latihan berkuda yang
melingkar, seorang pria rakyat biasa sedang memohon belas kasihan kepada
Sushima yang sedang menikmati santapan daging panggang. Tidak jauh dari
tempatnya tampak Charumitra dan Mahamatya. Sushima menjawab permohonan
kawula biasa itu dengan memanggil kudanya. Kuda hitam milik Sushima
datang ke arena itu dan malah mengejar orang itu. Pria itu berusaha
menyelamatkan diri hingga jatuh, namun kuda itu terus berusaha menginjak
pria itu. Pria itu masih selamat, dia berusaha memanjat tiang yang ada
di tengah arena, namun kuda milik Sushima yang terlatih itu terus
mengejarnya dan berusaha mencelakakannya. Sushima hanya tersenyum
melihat adegan itu yang mungkin dianggapnya hiburan, sedangkan
Charumitra dan Mahamatya menatap Sushima dengan pandangan aneh dan tidak
mengerti.
Kuda Sushim terus berusaha mencelakakab korbannya.
Kuda Sushim terus berusaha mencelakakab korbannya.
Di Awantipuram, Ujjaini, Dharma menarik lengan Ashoka dan mengajaknya
masuk ke dalam rumah, diikuti oleh Witashoka. Dharma segera mengeluarkan
barang-barang Ashoka dan menumpulkannya. "Pergi jauh sebelum seseorang
menemukanmu! Apa yang telah kau lakukan hari ini akan menyebar seperti
api. Ini akan mencapai dia (Sushima) dengan pasti", kata Dharma. Ashoka
hanya diam dan hanya duduk di sebuah kursi di kamar itu.
Witashoka bertanya,"Siapa yang ibu bicarakan? Siapa yang ibu takuti? Kemana ibu ingin mengirim kakak dan mengapa?". Dharma hanya diam, demikian juga Ashoka juga diam membelakangi ibunya sambil menahan gejolak hatinya.
"Tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Aku hanya media bagi kalian berdua untuk saling mengatakan apa yang kalian inginkan. Wit, bilang kepada kakakmu. Wit, katakan kepada ibu...!. Sekarang Aku tidak berarti apa-apa lagi bagi salah satu dari kalian!", kata Witashoka lagi lalu melangkah pergi keluar kamar.
Dharma mulai mengepak barang-barang milik Ashoka. Dharma menemukan kain yang ada bekas kaki yang mengingatkan dia saat ditendang keluar dari istana pada 10 tahun yang lalu. Dia trauma dan ketakutan mengingat peristiwa itu.
Ashoka yang melihat ibunya ketakutan sambil memegang kain itu segera bangkit. Ashoka merampas kain itu dari tangan ibunya dan meminta ibunya untuk berhenti.
"Kita sudah melarikan diri sejak 10 tahun terakhir. Siapa yang ingin ibu selamatkan? Mereka pantas dihukum, biar mereka merasakan itu! Ibu memaksaku bersumpah untuk menghentikanku pergi ke sana. Sekarang biarkan dia datang ke sini!", kata Ashoka dengan nada tinggi.
Dharma menanggapi dengan kesal, "Kau tidak bisa melihat apapun kecuali balas dendam. Apa masalah saat ini belum cukup sehingga kau mengundang lebih banyak masalah lagi?"
Ashoka menjawab, "Ibu khawatir tanpa alasan! Percayalah Ganapati (Dewa Ganesha)-ibu jika ibu tidak percaya kepadaku. Ayah telah melupakanku, tapi Tuhan tidak akan pernah lupa apa yang aku lakukan untuk melindungi arca-Nya. Aku melakukan apa yang ibu minta aku lakukan. Aku tidak datang menghadap mereka. Aku bukan orang yang baik tapi aku tahu hanya pengecut yang menyerang dari belakang. Ibu mengajarkan Chanda hari ini untuk menyerang dari belakang. Ibu putuskan hari ini, siapa yang benar dan siapa yang tidak!"
Witashoka bertanya,"Siapa yang ibu bicarakan? Siapa yang ibu takuti? Kemana ibu ingin mengirim kakak dan mengapa?". Dharma hanya diam, demikian juga Ashoka juga diam membelakangi ibunya sambil menahan gejolak hatinya.
"Tidak ada yang menjawab pertanyaanku. Aku hanya media bagi kalian berdua untuk saling mengatakan apa yang kalian inginkan. Wit, bilang kepada kakakmu. Wit, katakan kepada ibu...!. Sekarang Aku tidak berarti apa-apa lagi bagi salah satu dari kalian!", kata Witashoka lagi lalu melangkah pergi keluar kamar.
Dharma mulai mengepak barang-barang milik Ashoka. Dharma menemukan kain yang ada bekas kaki yang mengingatkan dia saat ditendang keluar dari istana pada 10 tahun yang lalu. Dia trauma dan ketakutan mengingat peristiwa itu.
Ashoka yang melihat ibunya ketakutan sambil memegang kain itu segera bangkit. Ashoka merampas kain itu dari tangan ibunya dan meminta ibunya untuk berhenti.
"Kita sudah melarikan diri sejak 10 tahun terakhir. Siapa yang ingin ibu selamatkan? Mereka pantas dihukum, biar mereka merasakan itu! Ibu memaksaku bersumpah untuk menghentikanku pergi ke sana. Sekarang biarkan dia datang ke sini!", kata Ashoka dengan nada tinggi.
Dharma menanggapi dengan kesal, "Kau tidak bisa melihat apapun kecuali balas dendam. Apa masalah saat ini belum cukup sehingga kau mengundang lebih banyak masalah lagi?"
Ashoka menjawab, "Ibu khawatir tanpa alasan! Percayalah Ganapati (Dewa Ganesha)-ibu jika ibu tidak percaya kepadaku. Ayah telah melupakanku, tapi Tuhan tidak akan pernah lupa apa yang aku lakukan untuk melindungi arca-Nya. Aku melakukan apa yang ibu minta aku lakukan. Aku tidak datang menghadap mereka. Aku bukan orang yang baik tapi aku tahu hanya pengecut yang menyerang dari belakang. Ibu mengajarkan Chanda hari ini untuk menyerang dari belakang. Ibu putuskan hari ini, siapa yang benar dan siapa yang tidak!"
CUPLIKAN :
Kaurwaki dan Bela sedang bersemangat pergi ke festival Kumbha Mela
dengan harapan untuk bertemu dengan Ashoka. "Ashoka pasti ada di Kumbha
Mela", kata Kaurwaki. Di Pattaliputra, Sushima berkata, "Aku sangat
ingin mendengar pesan ini sejak 10 tahun terakhir. Buat persiapan bagiku
untuk pergi ke Ujjaini!. Seorang adik akan mati ditangan kakaknya
sekarang!" SINOPSIS ASHOKA episode 336 by. Kusuma Rasmana