SINOPSIS MAHAPUTRA episode 161 (24 February 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh masih menceritakan pada Pratap dan kedua istrinya Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja tentang kakak iparnya Meera Bai ketika dirinya masih kanak kanak “Keterikatan antara kak Meera Bai dengan Dewa Khrisna itu sangat kuat” ujar Raja Udai Singh “Lalu bagaimana tindakan paman Bojhraj terhadap Meera Maa, ayah ?” sela Pratap “Kakakku itu sangat menghormatinya dan Dewa Khrisnanya, mereka berdua saling menghargai satu sama lain tapi mereka tidak hidup bersama layaknya pasangan suami istri” Raja Udai Singh teringat bagaimana Meera Bai mengurus semua keperluan suaminya sehari hari hingga tidur namun tidak menemaninya tidur, setelah semua urusan rumah tangga selesai Meera Bai segera melakukan peribadatan untuk Dewa Khrisna, tak lama kemudian seorang pelayan menghampiri mereka dan mengabarkan kalau Purohit telah datang dan ingin bertemu dengan Raja Udai Singh, Raja Udai Singh segera menyambut kedatangan Purohit “Semua orang tahu kalau pangeran Pratap ingin pergi bertemu dengan Meera Mata tapi lebih baik biarkan dia pulang dengan sendirinya” ujar Purohit “Kalau begitu, aku akan pergi menemuinya dengan anda, brahmana” pinta Pratap, Raja Udai Singh juga menceritakan kalau kakaknya telah membangunkan sebuah kuil untuk istrinya itu, Meera Bai “Aku sangat menghargai kak Bojhraj karena dia telah membangun kuil itu di dalam benteng Chittor, Meera Mata sangat percaya pada dirinya sendiri kalau kuil itu adalah rumahnya” ujar Raja Udai Singh “Betapa pedulinya kak Bojhraj sebagai suami pada saat itu pastinya” ujar Ratu Jaiwanta “Jadi kamu pikir aku ini suami yang jahat begitu ? Jika kamu menganggap aku ini sebagai suami yang jahat maka aku minta maaf” ujar Raja Udai Singh
Sementara itu di kerajaan Mughal, di Agra ,,, Jalal meminta restu pada ibu kandungnya, ibu suri Hamida karena dirinya telah siap pergi untuk bertemu dengan Meera Mata, ibu suri Hamida memberikan nasehat sedikit pada Jalal, begitu pula Maham Anga yang juga menemui Jalal saat itu.
Di kerajaan Mewar, Pratap juga telah siap hendak pergi mencari Meera Mata dengan menyamar sebagai rakyat biasa ditemani oleh Purohit “Sekarang aku bukanlah raja !” ujar Pratap yang telah siap berangkat dengan kudanya setelah meminta restu dan tilak dari ibunya, Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja.
Saat itu Jalal juga sudah siap dengan kudanya dengan menyamar sebagai rakyat biasa pula dengan kudanya, ditemani oleh Tansen dan Shamsudhin “Yang Mulia, apakah kamu kira aku ini takut pada kematian ?” tiba tiba Tansen bertanya demikian ketika mereka hendak berangkat “Tidak ! Aku tidak takut karena aku percaya pada Meera Mata, bhaktinya Meera Mata akan berdiri dihadapan jiwamu, Yang Mulia” ujar Tansen lagi
Sementara itu di kerajaan Mewar, Ratu Jaiwanta meminta pada Ratu Sajja untuk menaruh tiga thali di kamar, namun Ratu Sajja menolak karena saat ini cuma ada 2 thali yang bisa di taruh di kamar.
Dalam perjalanan menuju ke tempat Meera Mata, Pratap sangat bersemangat seandainya bisa bertemu dengan Meera Mata “Aku sangat bahagia kalau bisa bertemu dengan Meera Mata” ujar Pratap “Kalau kamu bisa mengajak Meera Mata pulang ke istana Mewar maka kamu akan mencatat sebuah sejarah, pangeran” ujar Purohit
Sementara itu Jalal dan rombongannya sudah hampir sampai di Mewar, dari kejauhan Jalal bisa melihat keindahan benteng Chittor “Kenapa kita pergi jauh dari daerah kita sendiri ?” tanya Jalal “Ini adalah daerah musuh, Yang Mulia” ujar Shamsudhin ”Karena anda ingin pergi bertemu dengan pengantin dari kerajaan Mewar” sela Tansen “Subhanallah ,,, bagus sekali benteng itu” ujar Jalal yang terkagum kagum pada benteng Chittor
Di kuil Meera Bai yang dibangun oleh suaminya untuk Meera Bhai di dalam benteng Chittor, saat itu Ratu Jaiwanta sedang berdoa untuk Dewa Khrisna, tak lama kemudian Raja Udai Singh memasuki kuil tersebut seraya berkata “Ratu Jaiwanta, kamu telah mendekorasi kuil ini persis seperti yang Meera Mata biasanya lakukan” Ratu Jaiwanta yang telah selesai berdoa segera melirik ke arah suaminya “Kenapa kamu memanggil aku ?” ujar Raja Udai Singh lagi, Ratu Jaiwanta hanya tersenyum dan berkata “Kemarilah, Rana Ji ,,, aku ingin menunjukkan sesuatu padamu” ujar Ratu Jaiwanta sambil hendak menarik tangan suaminya untuk diajak melihat suatu tulisan di dinding, namun tiba tiba langkahnya terhenti, Ratu Jaiwanta kikuk dan serba salah didepan Raja Udai Singh karena telah menggeret tangan Raja Udai Singh, namun Raja Udai Singh bisa mengerti kemudian Raja Udai Singh yang menggenggam tangan Ratu Jaiwanta, mereka berdua membaca sebuah tulisan yang di terpahat di dinding kuil “Ini adalah bagian pertama kisah tentang Meera Mata dan bagian yang lain adalah ketika dia menerima berbagai macam penghinaan, apakah dia bisa melupakan semua itu ?” ujar Raja Udai Singh SINOPSIS MAHAPUTRA episode 162 by. Sally Diandra