SINOPSIS MAHAPUTRA episode 52 (22 Agustus 2013)
Di tempat pertapaan, guru Raughvendra sedang mengajar murid muridnya bagaimana menggunakan sebuah tombak dalam sebuah perang, salah satu murid tertua guru Raughvendra yang terpilih mengatakan pada semua adik kelasnya “Pertama tama kalian harus mempertahankan dan menyeimbangkan posisi kalian ketika melempar tombak (bhala) ini !” semua murid memperhatikan dengan seksama apa yang diajarkan oleh guru Raughvendra, salah satu murid guru Raughvendra mencontohkan pada mereka bagaimana caranya melempar tombak itu dan semua murid murid diminta untuk melemparkan tombak itu satu per satu.
Di istana Mewar, Ratu Dheer Bai (Ratu Bhatyani) merasa kurang enak badan, Rajvedji memberikan padanya sebuah ramuan obat, Ratu Bhatyani merasa kalau semalam dia bermimpi sangat buruk, tepat pada saat itu Ratu Jaiwanta menemuinya dikamarnya dan mengatakan padanya kalau Ratu Bhatyani akan baik baik saja ketika dia membaca kisah Ramayana. Sementara itu di hutan, setelah semua orang melemparnya, Pratap dan Shakti yang sudang mengantri dalam barisan sedari tadi diminta untuk melempar tombak, kemudian Pratap dan Shakti melempar tombak itu namun sayangnya lemparan tombak mereka meleset, mereka mendapat kesempatan kedua untuk melempar tombak itu kembali nanti.
Di rumah Ahmed, Ahmed baru selesai sholat ketika seekor burung merpati memasuki rumahnya sambil membawa sebuah surat, surat itu dari Shams Khan, Ahmed segera mengambil surat tersebut dan membacanya, ketika dia membacanya, dia baru tahu kalau Basar Khan adalah Ibrahim Khan yang tinggal dirumahnya dia telah datang kesana untuk membunuh Pratap, Ahmed sangat terkejut dan di berdoa pada Allah SWT untuk memaafkan dirinya karena telah menerima orang seperti Basar Khan untuk menginap di dalam rumahnya.
Kembali di dalam hutan, guru Raughvendra mengatakan pada semua murid muridnya tentang rahasia melempar sebuah tombak, Pratap dan Shakti kemudian mencoba untuk melemparnya kembali, Pratap melempar tombak itu dengan menggunakan cara rahasia dari sang guru yang diingatnya dalam pikirannya dan ternyata lemparan tombak Pratap sangat jauh sekali, kemudian mereka berdua diminta untuk mengambil tombak mereka, ternyata tombak Pratap sangat jauh letaknya, hingga akhirnya Pratap menemukan tombaknya tertancap di ujung jurang yang menganga, namun tanpa sepengetahuan Pratap dari kejauhan Basar Khan sedang mengawasinya dari jauh dengan tatapan sadisnya, Pratap mencoba mengambil tombak itu dengan sekuat tenaga.
Di istana Mewar, Ratu Jaiwanta membaca baris demi baris kisah Ramayana yang terdapat dalam Geeta (kitab suci), saat itu Ratu Jaiwanta sengaja membacakan kisah Bharat dan Rama yang memiliki ibu yang berbeda.
Kembali ke hutan, Pratap akhirnya bisa menggapai tombak yang tertancap di ujung jurang dan berhasil mengambilnya dengan tangannya sendiri, kemudian Pratap berdiri sambil membersihkan tombak tersebut tepat pada saat itu Basar Khan menghampirinya dari belakang dan berusaha untuk mendorong Pratap.
Di dalam istana Mewar, Ratu Jaiwanta masih terus menceritakan kisah Ramayana dan saudara saudara tirinya, Ratu Bhatyani mendengarkan sambil duduk diatas pembaringannya, setelah selesai membaca kisah Ramayana, Ratu Jaiwanta menghampiri Ratu Bhatyani dan duduk di tepi ranjang sambil memegang tangan Ratu Bhatyani dan berkata “Kamu akan baik baik saja, adikku ,,, aku akan membacakan kisah Ramayana setiap hari untuk kamu” Ratu Bhatyani hanya mengucapkan terima kasih, kemudian Ratu Jaiwanta pamit meninggalkan kamar Ratu Bhatyani diikuti oleh pelayan setiannya, Girija. Setelah sampai di kamar Ratu Jaiwanta, pelayan setia Ratu Jaiwanta, Girija merasa heran pada apa yang telah dilakukan oleh Ratu Jaiwanta barusan “Maharani Jaiwanta, mengapa kamu membantu Maharani Dheer Bai ? Jelas jelas dia berusaha untuk membunuh pangeran Pratap !” Ratu Jaiwanta hanya tersenyum dan berkata “Jika aku membacakan kisah persaudaraan dalam kisah Ramayana setiap hari untuknya, maka aku yakin kalau Maharani Dheer Bai akan lupa dengan semua rencana yang ingin dilakukannya untuk membunuh Pratap dan anaknya nanti juga akan memiliki perilaku yang baik” ujar Jaiwanta tenang
Sementara itu di pinggir jurang, ketika Pratap telah berhasil mengambil tombaknya, Basar Khan sudah ada dibelakangnya dan berniat untuk mendorong Pratap agar dirinya jatuh ke jurang namun sayangnya Basar Khan malah terpeleset dan dirinya sendiri yang malah terjatuh dan masuk ke dalam jurang tersebut, Pratap mencoba untuk mengangkatnya ke tepi jurang dan ketika Pratap masih berusaha menolong guru gulatnya ini, tiba tiba serombongan murid murid dari gurukul bersama guru Raughvendra datang kesana dan menolong Pratap dan Basar Khan agar bisa keluar dari jurang, hingga akhirnya mereka berhasil mengangkat Basar Khan dari jurang “Pratap, apa yang terjadi ?” belum juga Pratap menjawab pertanyaan guru Raughvendra dari arah kejauhan Chundawat berteriak memanggil nama Pratap sambil mengendarai kuda dan diikuti oleh pasukannya. Chundawat segera turun dari atas kudanya dan segera menghampiri Pratap dengan perasaan khawatir “Pangeran Pratap, kamu tahu, nyawamu saat ini sedang dalam bahaya” semua orang disana terkejut mendengarnya “Iya, aku tahu, paman ,,, setelah sekian lama ternyata ada seseorang yang ingin membunuhku” ujar Pratap polos “Lalu apa lagi yang kamu tahu, pangeran ?”
Pratap kemudian menceritakan soal lintah yang ditemukannya bersama Som ketika dia terjebak dengan kuda yang dituganginya “Lintah itu berasal dari India bagian Utara dan bukan dari Mewar, paman” mendengar pembicaraan ini salah satu murid guru Raughvendra yang paling besar segera menyela pembicaraan mereka dan berkata “Tuan Chundawat, hanya Ibrahim Khan yang berasal dari Uttar Bharat (India Utara) !” ujarnya sambil mengacungkan jarinya ke arah Basar Khan, Basar Khan hanya terdiam tidak membela diri dan semua orang meragukan ucapan Basar Khan selama ini “Tuan Basar Khan, katakan pada kami mengapa kamu melakukan ini semua ?” tanya Chundawat dengan nada marah “Aku tidak melakukannya !” ujar Basar Khan tenang kemudian dia malah menuduh Ahmed Khan sebagai pelaku utamanya, Chundawat semakin marah ketika mendengar ucapan Basar Khan dan berteriak lantang pada Basar Khan “Tuan Ibrahim Khan ! Kamu tidak boleh menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahamu sendiri !” bentak Chundawat lantang.
Sejurus kemudian Basar Khan malah membawa mereka semua ke rumahnya Ahmed Khan untuk menunjukkan pada mereka kalau Ahmed Khan adalah terpidananya, ketika mereka sampai di rumah Ahmed, rumah tersebut nampak sepi seperti tidak ada tanda tanda kehidupan disana, tiba tiba seekor merpati terbang dari jendela rumah Ahmed, Basar Khan memperhatikan burung merpati itu, mereka mencoba mengetuk ngetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada jawaban hingga akhirnya Chundawat mendobrak pintu tersebut dan memasuki rumah Ahmed, ternyata ketika mereka masuk, mereka melihat mayat Ahmed tergeletak di lantai dengan beberapa lintah yang mengerubungi lehernya.
Di istana Mewar, Ratu Dheer Bai (Ratu Bhatyani) merasa kurang enak badan, Rajvedji memberikan padanya sebuah ramuan obat, Ratu Bhatyani merasa kalau semalam dia bermimpi sangat buruk, tepat pada saat itu Ratu Jaiwanta menemuinya dikamarnya dan mengatakan padanya kalau Ratu Bhatyani akan baik baik saja ketika dia membaca kisah Ramayana. Sementara itu di hutan, setelah semua orang melemparnya, Pratap dan Shakti yang sudang mengantri dalam barisan sedari tadi diminta untuk melempar tombak, kemudian Pratap dan Shakti melempar tombak itu namun sayangnya lemparan tombak mereka meleset, mereka mendapat kesempatan kedua untuk melempar tombak itu kembali nanti.
Di rumah Ahmed, Ahmed baru selesai sholat ketika seekor burung merpati memasuki rumahnya sambil membawa sebuah surat, surat itu dari Shams Khan, Ahmed segera mengambil surat tersebut dan membacanya, ketika dia membacanya, dia baru tahu kalau Basar Khan adalah Ibrahim Khan yang tinggal dirumahnya dia telah datang kesana untuk membunuh Pratap, Ahmed sangat terkejut dan di berdoa pada Allah SWT untuk memaafkan dirinya karena telah menerima orang seperti Basar Khan untuk menginap di dalam rumahnya.
Kembali di dalam hutan, guru Raughvendra mengatakan pada semua murid muridnya tentang rahasia melempar sebuah tombak, Pratap dan Shakti kemudian mencoba untuk melemparnya kembali, Pratap melempar tombak itu dengan menggunakan cara rahasia dari sang guru yang diingatnya dalam pikirannya dan ternyata lemparan tombak Pratap sangat jauh sekali, kemudian mereka berdua diminta untuk mengambil tombak mereka, ternyata tombak Pratap sangat jauh letaknya, hingga akhirnya Pratap menemukan tombaknya tertancap di ujung jurang yang menganga, namun tanpa sepengetahuan Pratap dari kejauhan Basar Khan sedang mengawasinya dari jauh dengan tatapan sadisnya, Pratap mencoba mengambil tombak itu dengan sekuat tenaga.
Di istana Mewar, Ratu Jaiwanta membaca baris demi baris kisah Ramayana yang terdapat dalam Geeta (kitab suci), saat itu Ratu Jaiwanta sengaja membacakan kisah Bharat dan Rama yang memiliki ibu yang berbeda.
Kembali ke hutan, Pratap akhirnya bisa menggapai tombak yang tertancap di ujung jurang dan berhasil mengambilnya dengan tangannya sendiri, kemudian Pratap berdiri sambil membersihkan tombak tersebut tepat pada saat itu Basar Khan menghampirinya dari belakang dan berusaha untuk mendorong Pratap.
Di dalam istana Mewar, Ratu Jaiwanta masih terus menceritakan kisah Ramayana dan saudara saudara tirinya, Ratu Bhatyani mendengarkan sambil duduk diatas pembaringannya, setelah selesai membaca kisah Ramayana, Ratu Jaiwanta menghampiri Ratu Bhatyani dan duduk di tepi ranjang sambil memegang tangan Ratu Bhatyani dan berkata “Kamu akan baik baik saja, adikku ,,, aku akan membacakan kisah Ramayana setiap hari untuk kamu” Ratu Bhatyani hanya mengucapkan terima kasih, kemudian Ratu Jaiwanta pamit meninggalkan kamar Ratu Bhatyani diikuti oleh pelayan setiannya, Girija. Setelah sampai di kamar Ratu Jaiwanta, pelayan setia Ratu Jaiwanta, Girija merasa heran pada apa yang telah dilakukan oleh Ratu Jaiwanta barusan “Maharani Jaiwanta, mengapa kamu membantu Maharani Dheer Bai ? Jelas jelas dia berusaha untuk membunuh pangeran Pratap !” Ratu Jaiwanta hanya tersenyum dan berkata “Jika aku membacakan kisah persaudaraan dalam kisah Ramayana setiap hari untuknya, maka aku yakin kalau Maharani Dheer Bai akan lupa dengan semua rencana yang ingin dilakukannya untuk membunuh Pratap dan anaknya nanti juga akan memiliki perilaku yang baik” ujar Jaiwanta tenang
Sementara itu di pinggir jurang, ketika Pratap telah berhasil mengambil tombaknya, Basar Khan sudah ada dibelakangnya dan berniat untuk mendorong Pratap agar dirinya jatuh ke jurang namun sayangnya Basar Khan malah terpeleset dan dirinya sendiri yang malah terjatuh dan masuk ke dalam jurang tersebut, Pratap mencoba untuk mengangkatnya ke tepi jurang dan ketika Pratap masih berusaha menolong guru gulatnya ini, tiba tiba serombongan murid murid dari gurukul bersama guru Raughvendra datang kesana dan menolong Pratap dan Basar Khan agar bisa keluar dari jurang, hingga akhirnya mereka berhasil mengangkat Basar Khan dari jurang “Pratap, apa yang terjadi ?” belum juga Pratap menjawab pertanyaan guru Raughvendra dari arah kejauhan Chundawat berteriak memanggil nama Pratap sambil mengendarai kuda dan diikuti oleh pasukannya. Chundawat segera turun dari atas kudanya dan segera menghampiri Pratap dengan perasaan khawatir “Pangeran Pratap, kamu tahu, nyawamu saat ini sedang dalam bahaya” semua orang disana terkejut mendengarnya “Iya, aku tahu, paman ,,, setelah sekian lama ternyata ada seseorang yang ingin membunuhku” ujar Pratap polos “Lalu apa lagi yang kamu tahu, pangeran ?”
Pratap kemudian menceritakan soal lintah yang ditemukannya bersama Som ketika dia terjebak dengan kuda yang dituganginya “Lintah itu berasal dari India bagian Utara dan bukan dari Mewar, paman” mendengar pembicaraan ini salah satu murid guru Raughvendra yang paling besar segera menyela pembicaraan mereka dan berkata “Tuan Chundawat, hanya Ibrahim Khan yang berasal dari Uttar Bharat (India Utara) !” ujarnya sambil mengacungkan jarinya ke arah Basar Khan, Basar Khan hanya terdiam tidak membela diri dan semua orang meragukan ucapan Basar Khan selama ini “Tuan Basar Khan, katakan pada kami mengapa kamu melakukan ini semua ?” tanya Chundawat dengan nada marah “Aku tidak melakukannya !” ujar Basar Khan tenang kemudian dia malah menuduh Ahmed Khan sebagai pelaku utamanya, Chundawat semakin marah ketika mendengar ucapan Basar Khan dan berteriak lantang pada Basar Khan “Tuan Ibrahim Khan ! Kamu tidak boleh menyalahkan orang lain untuk menutupi kesalahamu sendiri !” bentak Chundawat lantang.
Sejurus kemudian Basar Khan malah membawa mereka semua ke rumahnya Ahmed Khan untuk menunjukkan pada mereka kalau Ahmed Khan adalah terpidananya, ketika mereka sampai di rumah Ahmed, rumah tersebut nampak sepi seperti tidak ada tanda tanda kehidupan disana, tiba tiba seekor merpati terbang dari jendela rumah Ahmed, Basar Khan memperhatikan burung merpati itu, mereka mencoba mengetuk ngetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada jawaban hingga akhirnya Chundawat mendobrak pintu tersebut dan memasuki rumah Ahmed, ternyata ketika mereka masuk, mereka melihat mayat Ahmed tergeletak di lantai dengan beberapa lintah yang mengerubungi lehernya.