SINOPSIS MAHAPUTRA episode 51 (21 Agustus 2013)
Ratu Jaiwanta menyambut kedatangan saudara laki lakinya Maan Sing yang datang ke istana Mewar “Jaiwanta, kenapa kamu mau meninggalkan Mewar secepat ini ?” Maan Singh sangat penasaran dengan keputusan saudaranya ini “Dengan meninggalkan Mewar maka aku telah menunjukkan pada semua orang kalau aku tidak akan mengabaikan dan menghina keputusan Maharaja Udai Singh, dengan meninggalkan Mewar aku juga tidak juga tidak ingin melibatkan Pratap dalam bahaya” ujar Jaiwanta sedih “Maan Singh, Pratap nanti akan bersama sama denganku dan aku akan mengatakan tentang hal ini padanya, agar dia tidak kembali ke gurukul lagi dalam beberapa hari kedepan” Maan Singh sedih mendengarnya “Maan Singh, sebelum aku pergi aku akan menghadap ke Maharaja Udai Singh, aku akan meminta maaf atas semua kesalahanku yang telah aku buat selama ini” ujar Jaiwanta
Sementara itu, Som dan Pratap sedang mencari sebuah bukti tentang insiden kecelakaan yang dia alami kemarin, ketika sedang mencari cari Pratap menemukan seekor lintah “Som, lihat aku menemukan lintah, kemarin aku juga menemukan lintah di tubuh kudaku yang membuat aku terjatuh dari bukit” ujar Pratap heran “Som, jangan ceritakan tentang hal ini pada siapapun, karena sepertinya ada seseorang yang ingin membunuh aku, kita harus mencari siapa pelakunya yang ingin membunuh aku dan juga siapa orangnya yang bisa menjinakkan hewan seperti lintah ini ?” Pratap dan Som sangat penasaran
Malam harinya, ketika Pratap kembali ke istana, Pratap baru tahu kalau pamannya yang bernama Maan Singh telah datang, Pratap segera memberitahu ibunya tentang hal ini, namun dilihatnya ibunya sedang membereskan semua barang barangnya ke dalam kotak, Pratap penasaran dan bertanya tentang hal itu pada ibunya “Kita akan pergi dari Mewar besok pagi, Pratap ,,, kita akan pergi ke istana paman Maan Singh” Pratap sangat sedih mendengar ucapan ibunya “Ibu, apa alasannya kita harus pergi dari Mewar karena semua teman temanku yang berlatih di gurukul dan semua temanku yang lainnya ada di istana ini, aku tidak ingin ketinggalan setiap pelajaran yang diajarkan oleh guru Raughvendra” ujar Pratap sedih “Pratap, kita meninggalkan Mewar ini semata mata untuk keselamatanmu dan bukan untuk yang lain” ujar Jaiwanta
Di kamar Ratu Bhatyani (Dheer Bai), Ratu Bhatyani merasa sangat senang karena sebentar lagi Jaiwanta akan segera meninggalkan Mewar, kemudian Ratu Bhatyani mengunjungi tempat dimana kursi singgasana di letakkan, Ratu Bhatyani segera duduk di kursi kerajaan itu dan merayakan kemenangannya menjadi permaisuri utama yang tidak lama lagi akan segera di dapatkannya “Kokaiya, kamu tahu anakku nantinya yang
akan mendapatkan tahta Mewar dan aku akan mendapatkan semuanya di Mewar setelah kak Jaiwanta pergi bersama saudara laki lakinya itu !” ujar Ratu Bhatyani sambil menyeringai senang, Kokaiya hanya bisa diam membisu. Ketika Ratu Bhatyani sedang ngobrol dengan pelayan setianya, tanpa sepengetahuan mereka ternyata Ratu Jaiwanta yang kebetulan melintas di ruangan itu mendengarkan semua percakapan ini, Ratu Jaiwanta merasa khawatir akan masa depan Mewar dan bangsanya, akhirnya Jaiwanta memutuskan untuk tidak pergi dari Mewar. Ratu Jaiwanta segera mengabarkan tentang hal ini pada Pratap “Pratap, ibu pikir, kita tidak jadi pergi dari sini !” Pratap sangat senang mendengarnya “Terima kasih, ibu ,,, terima kasih karena kita tidak jadi pergi dari sini” ujar Pratap sambil menyeringai senang
Keesokan harinya ketika Pratap pergi ke gurukul, Som berlari lari menghampirinya dan mengabarkan sesuatu pada Pratap “Pangeran Pratap, salah satu kerabatku mengatakan padaku kalau lintah yang terdapat di tubuh kudamu itu bukanlah lintah dari Mewar, mereka berasal dari India Utara” Pratap semakin penasaran dengan hal ini “Lintah lintah ini sangat special di temukan di India Utara dimana disana banyak turun hujan” Pratap sangat terkejut mendengar hal ini, kemudian Pratap melanjutkan perjalanannya ke gurukul dengan menunggangi kudanya. Sepanjang perjalanan, Pratap bertanya pada kudanya untuk mengatakan pada dirinya tentang siapa orangnya yang telah memberikan lintah pada tubuhnya, dari arah belakang Basar Khan atau Ibrahim Khan mulai membuntuti Pratap dan berusaha untuk membunuhnya dengan sebuah belati, ketika Pratap melihatnya, Basar Khan segera menyembunyikan belati yang dibawanya sedari tadi. Pratap segera menemui Ibrahim Khan tanpa ada rasa curiga sedikitpun “Paman Ibrahim Khan, aku tahu kenapa kudaku panik pada waktu itu ketika insiden kecelakaan terjadi” Ibrahim Khan mendengarkan dengan seksama “Itu semua karena ada seseorang yang meletakkan lintah di punggung kudaku” ujar Pratap polos
Ibrahim Khan kaget mendengar ucapan Pratap, tak lama kemudian guru Raughvendra menemui mereka dan menyuruh Pratap agar bergabung dengan teman temannya yang lain dan memulai pelajaran Kushti. Sepeninggal Pratap, Basar Khan juga ikut meninggalkan tempat itu, namun tanpa sepengetahuan Basar Khan, guru Raughvendra melihat belati yang dibawa oleh Basar Khan “Tuan Ibrahim Khan, kenapa kamu membawa belati ?” Basar Khan kaget dan segera menjawab “Ini untuk keamananku sendiri, guru ,,, aku selalu menyimpan belati ini di pakaianku” ujar Basar Khan
Di pertapaan gurukul, semua murid sedang melakukan pelajaran Kushti Abhyas, tak lama kemudian guru Raughvendra menghentikan latihan mereka dan menyuruh mereka untuk mengambil pedang mereka masing masing untuk pelajaran Talvar Baji.
Didalam hutan, Chundawat dan anak buahnya sedang mencari petunjuk apapun yang tertinggal yang berkaitan dengan kecelakaan yang dialami oleh Pratap “Temukan apapun yang berkaitan dengan kecelakaan itu !” perintah Chundawat pada anak buahnya, tiba tiba salah satu anak buah Chundawat menemukan anak panah milik Ibrahim Khan yang dilesatkan ke Pratap pada waktu itu, Chundawat memeriksa panah itu dan melihat ada racun dalam anak panah tersebut, Chundawat berkata dalam hati “Apakah Pangeran Pratap baik baik saja atau tidak saat ini ?” bathin Chundawat dalam hati