SINOPSIS MAHAPUTRA episode 328 (10 Desember 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 328 (10 Desember 2014) by. Sally Diandra Raja Udai Sing dan Rawat Ji memasuki istana Bijola dan mendengar semua orang memuji dan mengelu elukan Pratap, Raja Udai Singh merasa senang dan berkata kalau Pratap telah menyelesaikan tugasnya baru saja, kemudian diminta para prajuritnya untuk menunggunya disana, sementara dirinya memasuki halaman istana Bijolia bersama Rawat Ji, semua orang langsung memuji dan mengelu elukan Raja Udai Singh begitu mereka melihat Raja Udai Singh berjalan masuk ke dalam halaman istana, Raja Udai Singh membalas pujian mereka seperti biasa, Raja Udai Singh menerka nerka keadaan yang ada dengan melihat ke sekelilingnya dan berterima kasih pada mereka semua, sama halnya dengan meminta maaf pada mereka semua “Aku telah begitu lama jauh dari Bijolia selama beberapa tahun ini dimana ternyata terjadi banyak permasalahan disini, kesalahpahaman telah terjadi diantara kita, secara tidak sengaja kami telah sangat menyakiti perasaan kalian tapi aku memaafkan kalian semua untuk hal yang sama, hal ini tidak boleh terjadi lagi di masa mendatang, tidak juga di Bijolia atau di daerah yang lain yang berhubungan dengan Mewar” mereka memuji Raja Udai Singh lagi “Hidup Mahrana Udai Singh ! Hidup Mahrana Udai Singh ! Hidup Mahrana Udai Singh !” puji rakyat Bijolia 

Pratap menyambut ayahnya dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada, Raja Udai Singh menghampiri putra sulungnya ini dan memberikan restunya pada Pratap, kemudian mereka berdua saling berpelukkan satu sama lain, Ratu Hansa Bai yang melihatnya dari kejauhan, langsung mengusap airmatanya yang membasahi pipi, Raja Udai Singh melirik ke arah Ratu Hansa Bai dan teringat pada insiden pertemuan mereka berdua yang terakhir namun Raja Udai Singh tetap menyapa besannya ini, Raja Udai Singh juga melihat kearah Fatta yang tersenyum padanya dan teringat pada pertemuannya yang pertama kali di Mewar “Aku telah memenuhi janjiku padamu, permasalahan Bijolia telah bisa diatasi sekarang, tanggung jawab untuk masa mendatang sekarang menjadi tugas Fatta” Fatta merasa terharu, kemudian Fatta menyentuh kaki Raja Udai Singh “Aku bangga padamu, Fatta ,,, karena kamu telah menjaga Bijolia” puji Raja Udai Singh “Aku tidak pernah membayangkan bahkan bermimpi kalau aku akan mendapatkan banyak penghargaan dari anda,Maharana” ujar Fatta haru “Aku berjanji padamu, atas nama diriku sendiri dan Bijolia kalau aku akan selalu melindungi Mewar dan kehormatan Rajputana selama hidupku” saat itu Ajabde hendak berjalan maju ke depan namun tiba tiba terhenti dan akhirnya bergegas masuk ke dalam istana, dari tempatnya berdiri, Pratap hanya melihatnya saja 

Di kerajaan Mughal, di ruang sidang Dewan - e - Khaas, para penguasa negara terdekat menawarkan beberapa barang kepada Akbar, Raja Mau menyerah di depan Akbar dengan menawarkan pedangnya pada Akbar “Pedang itu telah kami terima !” ujar Bhairam Khan “Kamu akan dipanggil dimanapun kamu akan di perlukan !” Raja Mau hanya bisa memberikan pernghormatannya ke Akbar kemudian menganggukkan kepalanya, 

Pada saat yang bersamaan kembali ke halaman istana Bijolia, Rawat Ji mencoba meminta maaf pada Ratu Hansa Bai “Aku telah berperan sebagai pamannya Ajabde pada masa lalu tapi ternyata aku tidak bisa memenuhi tanggung jawabku, sementara aku berhutang pada lingkungan disini tapi hari ini aku berusaha untuk membayarnya, yang lalu biarlah berlalu, mari kita bersama sama melupakan masa lalu yang menyakitkan dan berjalan bersama sama menuju sebuah masa depan yang baru, Bijolia adalah dan akan selalu diingat sebagai bagian dari Mewar yang tidak terpisahkan” Ratu Hansa Bai tersenyum padanya dengan penuh kebahagiaan, Ratu Hansa Bai menyapa Raja Udai Singh “Maharana Udai Singh, bila kamu berkenan, tinggallah sebentar disini untuk beristirahat” Pratap teringat pada janji yang telah dibuatnya pada ayahnya sebelum meninggalkan Mewar 

“Ayah, lebih baik kita pergi sekarang saja” Raja Udai Singh pun setuju, ketika mereka hendak pergi bersama sama, Ajabde segera menghentikan langkah mereka dengan suara gelang kakinya, mereka semua terperangah menatap ke arah Ajabde yang telah merubah penampilannya sebagai seorang putri raja, saat itu Saubhagyawati menemaninya, Raja Udai Singh memandang Ajabde tajam, Ajabde segera meminta restu pada mertuanya ini dengan menyentuh kakinya, akhirnya Raja Udai Singh memberikan restunya untuk menantu pertamanya ini, Ratu Hansa Bai sangat senang melihatnya “Pratap, ayah akan menunggumu di pinggir danau” ujar Raja Udai Singh yang seakan akan tahu keinginan anaknya ini, kemudian berlalu bersama Rawat Ji setelah berpamitan dengan Ratu Hansa Bai, Pratap menganggukkan kepalanya, tak lama kemudian semua orang pergi meninggalkan teras itu, membiarkan Pratap dan Ajabde berdua di sana 

Di kerajaan Mughal, Bhairam Khan mengundang Beer Muhammad untuk menyajikan rencana ekspansi kerajaan Mughal dengan negara negara kerajaan sekitarnya, Beer Muhammad menjelaskan semuanya, Bhairam Khan bisa melihat ekspresi wajah Akbar yang marah, kemudian Bhairam Khan beralasan kalau mereka sedang melakukan hal yang terbaik yang harus mereka lakukan dengan memiliki negara negara tetangga di bawah kekuasaan mereka sementara masih banyak daerah Rajputana yang bertarung bersama sama mereka, salah satu pria yang ada disana mendukung keputusan Bhairam Khan tapi Akbar tidak tertarik mendengar pujian tentang hal ini “Aku ingin Pratap menyerahkan pedangnya sendiri didepanku ! Aku akan menjadi Yang Mulia Raja India pada hari itu juga !” ujar Akbar lantang 

Setelah semua orang telah pergi meninggalkan mereka berdua, tiba tiba Pratap juga hendak pergi, Ajabde segera mencegahnya “Tinggalah disini untuk beberapa waktu dulu, pangeran” pinta Ajabde “Aku harus memenuhi janjiku sendiri yang telah aku buat pada diriku sendiri, aku telah bersumpah kalau aku akan menyelesaikan masalah Bijolia dengan tanganku sendiri” ujar Pratap “Kamu telah menyelesaikan masalahmu, pangeran” Pratap langsung menganggukkan kepalanya mengiyakan ucapan Ajabde “Bijolia sekarang milik kita lagi, rakyat Bijolia sekarang tidak begitu marah pada Mewar lagi”, “Kamu telah menyingkirkan rasa benci dari hati rakyat Bijolia tapi apakah kamu bisa melakukannya pada dirimu sendiri ?” Pratap hanya diam saja “Kamu telah memberikan jawabannya padaku dengan berdiam diri seperti itu, aku tidak tahu apakah aku harus mengatakan hal ini padamu atau tidak, aku tahu kalau kamu masih mencintai aku, kamu masih mempunyai rasa cinta itu untukku di suatu sudut hatimu yang terdalam, tapi ternyata aku salah, kamu telah menjadi seorang ksatria yang tidak mempunyai hati” Pratap hanya terdiam mendengarkan ucapan Ajabde “Dengan berlalunya waktu, kamu telah menjadi orang yang begitu keras hati dan kamu juga lupa pada semua sumpah pernikahanmu sendiri, aku belum melupakan semuanya, pangeran”, “Cukup, Ajabde !” 

Pratap segera menghentikan ucapan Ajabde “Kamu telah menyalahkan aku karena aku menjadi keras hati dan melupakan kamu ? Sejujurnya aku katakan padamu, aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkan kamu bahkan untuk setiap detik ! Kamu fikir aku tidak bisa mengerti atau tidak bisa merasakan siapa kamu ketika kamu bersandiwara menjadi orang asing ? Kamu fikir aku tidak bisa mengerti kalau orang asing yang ada didepanku ini tidaklah lain adalah Ajabdeku ! Kamu fikir hatiku ini tidak pernah membuatku menyadari kalau seseorang yang aku temui setiap hari setiap malam tidaklah lain adalah separuh jiwaku, istriku !” Ajabde terharu mendengarnya, orang orang yang terikat dengan prinsip prinsipnya itu mempunyai hati juga, Ajabde ,,, mereka juga bisa merasakan, sama seperti yang kamu miliki, perbedaannya hanyalah ada beberapa orang yang bisa mengutarakannya secara terang terangan namun ada beberapa juga yang tidak bisa mengungkapkannya, itu bukan berarti kalau yang tetap diam saja adalah orang yang keras hati !” Ajabde tidak percaya dengan apa yang dikatakan Pratap, Ajabde semakin terharu mendengarnya “Kamu fikir aku bisa membagi perasaanku dengan wanita manapun yang bukan istriku ? Apakah kamu benar benar mengira seperti itu ?” 

Ajabde teringat pada pertemuan mereka dan moment indah yang pernah mereka lalui bersama ketika mereka bertemu lagi setelah sekian lamanya berpisah “Kamu tahu semuanya, Ajabde ,,, separuh hatiku tahu semua itu sama seperti kamu atau hatimu yang juga mengetahui dimana ketika setiap kali aku mengatakan tentang keinginanku untuk pergi atau meninggalkan Bijolia, kamu menjadi gelisah, apakah kamu pernah bertanya pada dirimu sendiri mengapa kamu merasakan hal seperti itu ?” Ajabde hanya terdiam “Kamu telah berada ditempat yang pas tapi kamu tidak bisa mengenali Pratapmu sendiri” Ajabde langsung membantah “Aku telah mengenali kamu, pangeran ,,, hatiku tahu kalau itu adalah kamu, itulah mengapa aku tidak ingin kamu pergi tanpa aku dan situasinya sama seperti hari ini, aku tidak ingin kamu pergi, pangeran” Pratap menatap ke arah Ajabde tajam sambil berkata “Aku harus pergi, Ajabde ,,, jaga dirimu baik baik” ujar Pratap kemudian berbalik dan berjalan menjauh dari Ajabde, ketika sampai di tengah halaman, tiba tiba Pratap berhenti dan menoleh sekilas ke arah Ajabde yang menatapnya dengan tatapan nanar SINOPSIS MAHAPUTRA episode 329 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top