SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 3 episode 1008 “LIKE FATHER LIKE DAUGHTER”by. Sally Diandra

SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 3 episode 1008 “LIKE FATHER LIKE DAUGHTER” by. Sally Diandra Raman bergegas menghampiri Ruhi dan Suhail “Jadi ini meetingmu ? Pekerjaanmu ? Jadi kamu sibuk disini ?”, “Raman, lebih baik kita pulang dan membicarakannya dirumah” Ishita menyela ucapan Raman “Jadi ayah mencurigai aku ?”, “Iyaa ! Apa ada alasan untuk tidak curiga ?” sahut Raman kesal 

“Kami sedang membahas tentang pemotretan tadi dan Suhail memberitahu aku tentang toko herbal, aku kesini untuk membeli obat sakit kepala untuk ibu Ishi” Suhail menyela ucapan Ruhi “Aku memang menceritakan tentang toko ini ke Ruhi”, “Tidak usah mengklarifikasi, Suhail ,,, ayahku memang tidak percaya padaku” sahut Ruhi 

“Ruhi, bukan seperti itu”, “Kemarin ayah memeriksa ponselku dan hari ini ayah mengatakan hal ini, kenapa aku harus membenarkannya ?” Suhail meminta Ruhi untuk tenang “Tidak ! Ayah memang selalu melakukan hal ini !” Ruhi bergegas pergi bersama Suhail “Lihat kan ? Baiklah ,,, aku mungkin saja salah, tapi seharusnya dia sopan pada orang tua, aku ini ayahnya” Raman jadi marah dan berlalu dari sana 

Simmi akhirnya bertemu dengan pria itu di sebuah cafe “Maafkan, aku ,,, aku agak terlambat, meetingnya butuh waktu yang cukup lama”, “Santai saja, minumlah dulu” Simmi merasa janggal “Aneh, untuk apa bilang sama dia ? Yang aku lakukan ini benar atau salah yaa dengan datang kesini ?” bathin Simmi heran 

“Apa kamu sedang berfikir kenapa kamu datang kesini ?”, “Iyaaa, aku merasa aneh saja, aku tidak tahu mau ngobrol soal apa ?” pria itu tersenyum “Kenalkan namaku Gaurav Bajaj, aku punya usaha sendiri, aku menulis lirik lirik lagu tentang cinta, aku juga single”, “Aku Simmi Khurana, ooh ,,, maksudku aku Simmi Bhalla” ujar Simmi canggung 

“Kamu sepertinya bingung menyebutkan nama belakangmu”, “Tidak, aku ini sudah bercerai dan seorang ibu tunggal, aku mempunyai seorang anak perempuan yang berusia 10 tahun” mereka berdua kemudian memesan makanan, mereka berdua mulai ngobrol soal kesukaan mereka dan semuanya “Kita ini sangat berbeda”, “Ketertarikkan yang berlawanan, maaf ,,, itu hanya sebuah ungkapan, aku tidak ingin membuat kamu jadi tidak nyaman” sahut Gaurav 

Raman bertanya ke Ishita “Apa ini, Ishita ?”, “Raman, kamu harus bisa memberikan ruang untuk Ruhi” pinta Ishita “Apa kamu tidak bisa melihat sikapnya Ruhi tadi ? Dia merasa kalau kita tidak boleh bertanya apapun padanya”, “Dia sedang bekerja, Raman ,,, dan akan bertemu dengan beberapa orang, dia hanya membela diri” jelas Ishita 

“Tapi seharusnya dia bersikap sopan kalau bicara dengan ayahnya !”, “Suhail adalah produsernya, Raman ,,, dia ada disana dan kamu telah bicara sangat kasar padanya didepan Suhail” Raman langsung mendebat ucapan Ishita, Ishita berusaha menenangkan suaminya ini, namun Raman sangat marah 

Sementara itu Suhail juga sedang menenangkan Ruhi “Aku benar benar merasa terganggu, apa yang terjadi sama ayah ? Dia selalu saja berteriak tanpa alasan yang jelas, apakah aku tidak bisa mendapatkan kebebasan ? Sepertinya aku tidak punya kehidupanku sendiri, aku benar benar marah sama ayah dan diriku sendiri, bagaimana bisa aku menghadapinya nanti dirumah ?” sahut Ruhi kesal “Tapi dia sangat menyayangi kamu, Ruhi”, “Aku tahu tapi aku ini bukan anak kecil yang baru berusia 5 tahun” Ruhi benar benar kesal 

“Kamu itu juga sudah dewasa, kamu seharusnya merasa senang karena ayahmu sangat menyayangi kamu, sedangkan aku, ayahku sendiri tidak ingat sama aku karena penyakit Alzheimer yang dideritanya, kamu benar benar sangat beruntung, Ruhi”, “Aku tahu apa yang kamu maksud tapi aku juga kenal ayahku dengan baik, dia itu berbeda, dia itu bisa marah dengan secara tiba tiba, dia itu keras kepala, aku sama persis seperti dirinya, aku tidak tahu apakah dia akan menerima permintaan maafku atau tidak ? Dan aku juga tidak tahu apakah aku bisa minta maaf padanya atau tidak ?” ujar Ruhi gusar 

Gaurav sedang memeriksa biskuit masa depannya sambil berkata “Takdirku akan segera berubah”, “Aku tidak percaya dengan semua itu” sahut Simmi heran, Gaurav kemudian mengecek biskuit Simmi “Disini tertulis kalau kamu akan bertemu dengan cintamu”, “Sekarang sudah malam, rumahku cukup jauh dari sini” Simmi kembali menyela “Oooh maaf, aku tidak tahu, terima kasih untuk waktu yang telah kamu berikan, aku akan mengantar kamu pulang” ujar Gaurav,

Tepat pada saat itu ada pengemis yang datang menghampiri mereka, Simmi segera memberikan uang padanya, sedangkan Gaurav mulai mengata ngatai “Dasar pemalas ! Cari dong pekerjaan, jangan cuma bisanya mengemis saja” Simmi segera menyuruh pengemis itu pergi dan tidak suka dengan sikap Gaurav “Sebaiknya kamu tidak berbuat seperti itu”, 

“Kenapa kamu merasa tidak enak ? Apa pengemis itu pacarmu ? Kamu seharusnya menyelamatkan diri dari orang orang yang seperti itu” Simmi jadi merasa heran begitu mendengar ucapan Gaurav “Dia ini benar benar aneh” bathin Simmi “Sesuatu yang benar tapi caranya salah, ayoo ikut denganku” pinta Gaurav 

Ishita meminta Raman untuk makan, Mihika menyela “Kak, Ruhi bilang kalau dia makannya nanti saja” Raman jadi marah, Ishita mencoba mencegahnya “Ruhi sudah pulang ke rumah dan langsung masuk ke kamarnya, bilang sama dia untuk bersikap yang sopan, apalagi dia tidak mau ikut makan malam dengan kita”, “Raman, kamu tahu kan kalau kemarahan dan pertengkaran tidak akan membuat semuanya menjadi baik, ayoo kita makan malam, Ruhi adalah putrimu, amarahnya sama seperti kamu, sudah tenanglah dulu” hibur Ishita “Ini terakhir kalinya, Ishita” sahut Raman kesal, 

Sementara itu di kamar Ruhi, Ruhi sedang bergumam pada dirinya sendiri “Aku tahu seharusnya aku tidak bersikap seperti ini sama ayah, tapi kenapa ayah melakukan hal ini ?” saat itu Suhail menelfon Ruhi, namun Ruhi tidak menjawab telfonnya “Ruhi tidak mengangkat telfonnya, aku harap tuan Raman tidak mengatakan apa apa padanya, aku tidak bisa datang kesana, tuan Raman pasti akan menghajarku, aku akan menelfon telfon rumahnya saja” gumam Suhail, 

Suhail segera menelfon telfon rumah Raman, kebetulan saat itu Raman yang mengangkat telfonnya, Suhail langsung mematikan telfonnya, Raman lalu berkata “Diam saja ! Telfon ini pasti untuk Ruhi !” ujar Raman geram, ditempat Suhail, Suhail mengutuk dirinya sendiri “Apa yang harus aku lakukan ?” Suhail merasa cemas, 

Sedangkan Romi dan Adi meminta Raman untuk makan dulu “Aku tidak lapar, aku sedang mengkhawatirkan putriku yang berusia 17 tahun”, “Jadi kamu mengira Suhail akan menelfonnya ? Makanlah dulu, Raman” Ishita menimpali ucapan Raman “Ada banyak aplikasi internet di ponsel, jadi siapa yang miskol lewat telfon rumah ?” tanya Mihika heran, 

Ishita sendiri meminta Raman untuk makan gajar ka halwa “Ishita, Ruhi juga menyukai gajar ka halwa”, “Lihat, meskipun kamu marah, kamu masih saja peduli padanya” sahut Ishita “Raman itu sangat menyayangi Ruhi” sela tuan Bhalla “Kalau begitu bagaimana kalau kamu bawa makanan ini dan berikan ke Ruhi, jadi kamu bisa makan dengannya” Mihika mendukung ucapan Raman dan meminta Raman untuk pergi menemui Ruhi “Paling tidak bicaralah dengannya dan akhiri masalah kalian berdua dengan cinta” hibur Ishita 

“Kalau dia bicara tidak sopan lagi, maka ,,,” tuan Bhalla menyela ucapan Raman “Tinggalkan kemarahanmu disini, Raman ,,, jelaskan keraguan ini, aku yakin Ruhi pasti akan merasa bersalah” tuan Bhalla ikut menimpali “Kalau begitu tambah lagi gajar ka halwanya” pinta Raman, nyonya Bhalla mendengar pembicaraan mereka dan berlalu dari sana, 

Ishita jadi bingung dan berkata dalam hati “Ada apa dengan ibu ?” bathin Ishita heran Suhail akhirnya datang kerumah Ruhi, dilihatnya Ruhi sedang berdiri di dekat jendela, Suhail langsung memanggil Ruhi dengan lantang, Ruhi lalu pergi tanpa mendengar panggilan Suhail “Aku tidak bisa masuk lewat pintu, apa yang harus aku lakukan ? Aku harus memanjat pipa itu untuk bertemu Ruhi” gumam Suhail, 

Sementara itu Ishita sedang bertanya ke ibu mertuanya “Ibu, kenapa ibu jadi cemas seperti ini ?”, “Ishita, Simmi belum pulang kerumah, aku harap dia baik baik saja” sahut nyonya Bhalla cemas “Simmi pasti baik baik saja, ibu” hibur Ishita, sedangkan saat itu Suhail akhirnya nekat memanjat pipa dan sampai juga di dalam kamar Ruhi, Ruhi kaget begitu melihat Suhail masuk ke kamarnya, 

Tepat pada saat itu Raman hendak pergi ke kamar Ruhi sambil berkata “Aku akan memberikan halwa ini untuk Ruhi” gumam Raman, di dalam kamar Ruhi, Suhail berusaha menjelaskan ke Ruhi “Kamu tidak menjawab telfonku, jadi aku datang kesini untuk melihat keadaan kamu, aku sangat khawatir”, “Aku baik baik saja, pergilah sana, kalau ada yang melihat kamu, jadi berabe nanti” sahut Ruhi cemas, 

Tepat pada saat itu Raman masuk ke kamar Ruhi dan kaget begitu melihat Ruhi bersama Suhail di dalam kamar, Ruhi jadi semakin tegang, tanpa bicara apapun, Raman langsung menampar Suhail dengan keras, Suhail pun jatuh ke kasur “Ayaaah ,,,” Ruhi berteriak lirih “Diam kamu, Ruhi !” bentak Raman lantang, saat itu semua orang mendengar teriakan Raman dan bergegas mengecek ada apa gerangan yang terjadi di kamar Ruhi, Ruhi sedang memohon pada ayahnya 

“Ayah, jangan pukul dia ayah” seluruh keluarga Bhalla langsung terkejut begitu melihat Suhail ada didalam kamar Ruhi “Dia datang kesini dengan secara sembunyi sembunyi” bentak Raman lagi, Raman dan Romi lalu memukuli Suhail, Ruhi, Ishita dan nyonya Bhalla langsung mencegah perbuatan mereka, 

Ruhi pun menangis sambil berkata “Suhail, bangunlah, aku bersamamu, buka matamu” namun Suhail hanya diam saja “Ayah, kenapa ayah memukuli dia ? Apa kesalahannya ? Dia hanya khawatir padaku dan datang kesini untuk menemuiku” Raman langsung memarahi Ruhi, tuan Bhalla mencoba menengahi situasi tersebut dengan menyuruh Raman dan Romi keluar dari kamar Ruhi, Ishita mulai mengecek kondisi Suhail, nyonya Bhalla meminta tuan Bhalla untuk membawa Suhail ke rumah sakit, Ruhi hanya bisa menangis SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 3 episode 1009 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top