SINOPSIS MOHABBATEIN episode 272 “ISHITA PUN MENANGIS” by. Sally Diandra
Di tempat pesta, Shagun sedang mengamati Raman dari kejauhan, saat itu Raman sedang ngobrol dengan rekan bisnisnya, Shagun berkata pada dirinya sendiri sambil menatap ke arah Raman “Kasihan sekali, Raman ,,, ternyata aku masih mempengaruhi dirinya, dia masih mencintai aku dan menangis sambil memikirkan namaku, lalu dimana istrinya itu ? Kenapa Raman tidak menyebut namanya ?” tanya Shagun heran, saat itu Ashok menghampiri Shagun dan mendengar ucapan Shagun, Ashok mulai marah sambil berkata “Mintalah pada Raman untuk menikahimu lagi” Shagun tertegun “Ada masalah apa denganmu ?” Ashok hanya terdiam dan meninggalkan Shagun
Sementara itu tuan Bhalla merasa kesal dengan ucapan Raman “Toshi, omong kosong apa ini yang Raman katakan tadi ? Ishita pasti akan merasa sedih”, “Suamiku, sejak aku pulang dari London, aku bisa melihat Raman nampaknya terluka, dia menyebut nama Shagun untuk menunjukkan pada Ishita kalau dia itu tidak berarti apa apa baginya, dia telah melakukan kesalahan, aku tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya” ujar nyonya Bhalla menimpali ucapan suaminya
Saat itu Mani mencoba untuk menghibur Ishita “Ishu, ada apa dengan Raman ? Dia menghina kamu di depan semua orang, dia tahu kalau kamulah yang berada di belakang posisinya, dia seharusnya tahu itu, aku akan mengatakan padanya” Ishita menangis dan mencegah Mani “Tidak, tidak usah, Mani ,,, lagian aku tidak ingin pujian apapun, dia sangat penting bagiku, aku melakukan hal ini untuk kebahagiaannya, aku mencintai dia, Mani ,,, dia adalah ayah putriku, alasan untuk kebahagiaannya ini bukanlah masalah, aku tidak peduli, aku baik baik saja” ujar Ishita, tanpa mereka sadari rupanya Raman mengawasi mereka dari kejauhan sambil duduk di depan meja bar, saat itu Mani memegang tangan Ishita erat, Raman nampak semakin cemburu “Tidak, Ishu ,,, kamu tidak baik baik saja”, “Mani, tempat ini bukan tempat yang tepat untuk ngobrol tentang hal ini, aku ingin sendirian” Ishita berusaha tetap tersenyum di sela tangisannya lalu pergi dari sana, Mani berusaha mengejar Ishita yang sudah berjalan keluar gedung, namun ditengah jalan salah satu rekan bisnis Mani menghadangnya karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan, Mani pun tidak bisa menolak
Saat itu Mani mencoba untuk menghibur Ishita “Ishu, ada apa dengan Raman ? Dia menghina kamu di depan semua orang, dia tahu kalau kamulah yang berada di belakang posisinya, dia seharusnya tahu itu, aku akan mengatakan padanya” Ishita menangis dan mencegah Mani “Tidak, tidak usah, Mani ,,, lagian aku tidak ingin pujian apapun, dia sangat penting bagiku, aku melakukan hal ini untuk kebahagiaannya, aku mencintai dia, Mani ,,, dia adalah ayah putriku, alasan untuk kebahagiaannya ini bukanlah masalah, aku tidak peduli, aku baik baik saja” ujar Ishita, tanpa mereka sadari rupanya Raman mengawasi mereka dari kejauhan sambil duduk di depan meja bar, saat itu Mani memegang tangan Ishita erat, Raman nampak semakin cemburu “Tidak, Ishu ,,, kamu tidak baik baik saja”, “Mani, tempat ini bukan tempat yang tepat untuk ngobrol tentang hal ini, aku ingin sendirian” Ishita berusaha tetap tersenyum di sela tangisannya lalu pergi dari sana, Mani berusaha mengejar Ishita yang sudah berjalan keluar gedung, namun ditengah jalan salah satu rekan bisnis Mani menghadangnya karena ada sesuatu yang ingin dia bicarakan, Mani pun tidak bisa menolak
Ishita keluar dari gedung itu sambil menangis menuju ke mobilnya, sesampainya disana, tangis Ishita pun meledak, Ishita menangis sejadi jadinya ketika teringat ucapan Raman yang memuji Shagun meskipun dalam bahasa kasarnya bukan dirinya, Ishita berusaha mengontrol emosinya dengan menahan semua sesak didalam dada “Tenang, tenang, tenang, Ishita ,,, aku tidak boleh menangis” kemudian Ishita mencoba mencari kunci mobilnya, namun tak jua ditemukannya, salah satu security menghampirinya dan bertanya “Nyonya, apakah anda kehilangan kunci mobil anda ?”, “Aku sudah menemukannya, kenapa kamu bertanya ?’ bentak Ishita “Maaf” lalu security itu pun kembali ke tempatnya berjaga, kemudian Ishita berusaha membuka kunci mobilnya dengan perasaan kesal, saat itu ponselnya berdering “Iyaa nyonya Verma, baiklah, aku akan datang ke klinik jika ini memang darurat, aku akan datang” Ishita bergegas masuk ke mobil dan pergi dari sana, tepat pada saat itu Mani keluar gedung dan memanggilnya “Ishuuuu !!” namun Ishita sudah pergi “Kemana Ishu pergi ?” bathin Mani cemas
Raman yang saat itu masih berada di depan meja bar, merasa semakin kesal dan marah ketika melihat Ishita pergi “Kemana kamu pergi malam malam begini sendirian ?” gumam Raman kesal sambil meminum segelas winenya dan memberikan gelas kosong itu ke bartender untuk diisi lagi, sekilas dilihatnya gelang emas pemberian Ishita tadi, Raman sangat marah dan langsung melepas gelang itu dan melemparkannya begitu saja ke lantai, sementara Ishita sudah sampai di klinik dan marah marah sama security yang berjaga disana karena sudah menutup kliniknya “Kapanpun aku menelfon kamu, seharusnya kamu langsung membukanya dan menyiapkan segalanya” bentak Ishita kesal, Ishita benar benar sangat marah pada securitynya “Kenapa dokter Ishita sangat marah sekali hari ini ? Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya ? Ada apa dengannya ?” bathin security heran,
Ishita akhirnya sampai diruang kerjanya dan segera mengenakan jas kerja dokter giginya lalu mendapat telfon dari kliennya lagi, nyonya Verma “Nyonya Verma, anda bisa datang sekarang, aku sudah sampai di klinik”, “Dokter Ishita, maaf, Bunty sudah tertidur, rasa sakitnya rupanya sudah mulai berkurang, aku akan datang kesana besok pagi saja bersama Bunty” Ishita sangat marah begitu mendengarnya dan memarahi ibu pasiennya itu “Nyonya Verma, apakah anda sudah kehilangan akal dengan mengatakan kalau hal ini darurat, apakah anda tidak berfikir seberapa jauh aku harus datang kesini ?”, “Dokter Ishita, Bunty hanya anak anak, aku tadi memberinya obat dan dia langsung tertidur, kenapa anda marah begini ?” sahut nyonya Verma diujung sana
“Banyak orang memang tidak peduli dengan usaha orang lain, dan aku selalu peduli sama orang lain” ujar Ishita sambil menangis “Aku tidak peduli” saat itu Mani masuk ke ruang kerjanya dan mendengar semua pembicaraannya dengan kliennya tersebut, kemudian Ishita menutup telfonnnya “Ishuuu ,,,, bicaralah padaku” Ishita bergegas melepas jas kerja dokter giginya, kemudian berlalu dari sana “Biarkan aku pergi, Mani ,,, aku tidak ingin bicara saat ini” Ishita segera beralih ke pintu ruang kerjanya “Aku bawa mobil, dan mintalah security untuk mematikan lampunya” ujar Ishita lantang dan berlalu dari sana SINOPSIS MOHABBATEIN episode 272 by. Sally Diandra