SINOPSIS MOHABBATEIN episode 153 by. Sally Diandra
Di kampus, Romi akhirnya mengakui kesalahannya didepan anggota dewan universitas tempatnya menuntut ilmu dengan mengatakan kalau Bala tidak bersalah “Akulah yang telah menjebak pak Bala” Vandu dan Bala sangat senang mendengarnya “Aku sudah siap untuk menerima hukuman, pak” anggota dewan memarahi Romi “Kamu seharusnya masuk ke penjara, kamu dikeluarkan dari universitas ini !” anggota dewan lalu meminta maaf pada Vandu dan menarik kembali sanksi yang mereka berikan dan mengembalikan posisinya di kampus
“Lalu bagaimana dengan Bala ? Dialah yang berusaha untuk mengungkap skandal ini ?” tanya Vandu cemas “Pak Bala tetap melakukan kesalahan dengan mengambil cara yang keliru dengan tidak memberitahu pada kami terlebih dulu, kami minta maaf, kami tidak bisa menarik kembali pak Bala ke kampus”, “Jika Bala tidak bisa bergabung dalam kampus ini maka aku pikir kalau aku tidak akan ,,,” Bala langsung mencegah ucapan istrinya “Tidak, Vandu”, “Jangan hukum pak Bala karena kesalahanku, pak ,,, kembalikan posisi pak Bala di kampus ini” pinta Romi pada anggota dewan,
Sedangkan Vandu bergegas pergi dari sana, Bala mencoba mengejar Vandu, ketika Bala sudah bisa menghentikan langkah Vandu, Bala bertanya “Vandu, ada apa ?”, “Bukan begini caranya, Bala ! Ini salah, kenapa kamu tetap saja dihukum ? Bagaimana dengan karirmu nanti ?” tanya Vandu heran “Tapi aku sudah membuktikan kalau aku tidak bersalah, Vandu ,,, aku bisa mendapatkan pekerjaan dimanapun” Vandu menangis mendengar penjelasan dari suaminya “Aku tahu kenapa kamu menangis karena aku akan tinggal dirumah dan kamu yang bekerja disini ?” Bala kemudian memeluk Vandu erat “Bersabarlah, Vandu ,,, masa masa ini akan segera berlalu segera” hibur Bala
Simmi sedang menangis dan bicara dengan Parmeet “Bahkan kita juga ingin melakukan upacara pemberian nama bayi kita, jadi biarlah terjadi”, “Tapi kamu harus berada disini, Parmeet ,,, atau semuanya tidak akan terjadi, kamu harus datang, aku akan melihat siapa yang akan menghentikan kamu, katakan padaku, apakah kamu mau datang ?” pinta Simmi, saat itu Ashok datang, Parmeet segera mengakhiri telfonnya “Aku akan bicara denganmu nanti” Parmeet langsung menutup telfonnya “Si bayi bahkan tidak mendapatkan restu darinya, ini tidak benar” ujar Simmi sedih, saat itu Ishita melihat kearah Simmi, tiba tiba Ishita mendapat telfon dari klinik “Baiklah, jika ini panggilan darurat, maka aku akan datang kesana” ujar Ishita sambil melirik ke arah Simmi dan berkata dalam hati “Aku minta maaf, Simmi ,,, aku harus pergi sekarang” bathin Ishita
Sedangkan dirumah Ashok, Ashok bertanya pada Parmeet “Parmeet, memang apa masalahnya dengan upacara pemberian nama bayimu ? Apakah kamu takut dengan Raman ? Bagaimana kalau kita buat Raman pergi keluar kota maka kamu akan mendapatkan kesempata baik untuk pergi kesana”, “Kamu memang hebat, tuan Ashok ,,, kamu telah melakukan banyak hal untukku” puji Parmeet “Tidak usah khawatir, aku akan mendukungmu sampai titik darah penghabisan” ujar Ashok,
Sementara itu diklinik, Ishita sedang memeriksa gigi seorang anak kecil lalu mencabut giginya “Dokter Ishita, aku sangat tegang tadi memikirkan anakku ini tapi anda mengatasinya dengan sangat mudah dan manis, terima kasih untuk kedatanganmu di saat darurat seperti ini” ujar ibu si anak “Aku akan memberikan kasus putramu ini pada dokter Batra karena ibuku baru saja mengalami kecelakaan”, “Bagaimana hal itu bisa terjadi ?” tanya sang ibu “Seorang pria yang ceroboh, dia mengendarai dengan terburu buru”, “Aku juga mendengar kasus yang sama, tentanggaku yang memberitahu aku kalau ada mobil yang menabrak sebuah pohon” Ishita terkejut “Itu kasus ibuku, tetanggamu bisa menolong kami, apakah kamu bisa mempertemukan aku dengannya ?” pinta Ishita “Dia itu saksi kasus ini dan memiliki semua detail ceritanya tapi dia pergi ke Dehradun hari ini”,”Aku ingin bertemu dengannya ketika dia kembali nanti, terima kasih nyonya” ujar Ishita
Ishita akhirnya sampai dirumah “Ibu Ishi, kami semua menunggu ibu” ujar Ruhi senang begitu melihat kedatangan Ishita “Raman, ikutlah denganku, ada sesuatu yang ingin aku bicarakan denganmu” tepat pada saat itu Appa datang menemui mereka dan berkata “Ishita, Raman ,,, ibumu ,,,” mereka semua bergegas berlari menemui Amma, rupanya kondisi Amma kembali kritis “Aku akan menelfon dokter !” ujar Raman cemas “Saat ini aku sedang berada di Bangalore”, “Ibu mertuaku mengalami kejang kejang“ Ishita meminta untuk bicara dengan dokter dan bertanya obat apa saja yang bisa meredakan masa kritisnya, Ishita segera menulis resep obatnya dan meminta Raman untuk membelinya segera,
Tak lama kemudian Amma pun tertidur “Raman, kita tidak bisa membiarkan ibu dirawat disini, kita harus membawanya kembali ke rumah sakit, ibu harus dibawah pengawasan dokter secara langsung” pinta Ishita, perawat meminta semua orang keluar dari kamar Amma “Apakah nenek akan sembuh ?”, “Iyaa sayang, nenek pasti akan segera sembuh, sekarang lebih baik kamu tidur dulu” ujar Ishita menimpali pertanyaan Ruhi “Ishita, pulanglah”, “Aku rasa Ishita seharusnya tetap tinggal disini” Raman menyela ucapan Appa “Aku juga ingin tinggal disini !” sahut Ruhi “Ruhi, ayooo kita pulang, nak ,,,” pinta nyonya Bhalla lalu mereka pulang ke rumah keluarga Bhalla “Ruhi, ayoo tidur sama ayah saja”, “Ayah, apakah ayah merasa kesepian karena tidak ada ibu Ishi ? Baiklah aku akan tidur dengan ayah, dan besok ibu Ishita bisa tidur disini” ujar Ruhi senang
Di dalam kamar, Raman sedang menonton pertandingan kriket “Ayah, pelankan volume tvnya !”, “Kamu ini jadi seperti ibu Ishi juga, sekarang ayoo tidur” pinta Raman, Ruhi kemudian memainkan rambut Raman “Aku suka memainkan rambut ibu Ishi tapi rambut ayah pendek” ujar Ruhi, Raman berusaha membuat Ruhi tertidur “Ayah, nyanyikan sebuah lagu untukku” Raman lalu menyanyikan lagu Sojaa Ruhi, Ruhi tertawa geli mendengarnya “Katakan padaku cerita yang lain, ayah”, “Aku tidak tahu, Ruhi” ujar Raman bingung “Baca saja dari bukuku, ayah”, “Ambil bukumu sekarang” Ruhi segera mengambil bukunya, Raman lalu membaca buku Ruhi, lama kelamaan akhirnya Ruhi tertidur, Raman melirik kearahnya sambil tersenyum
Raman kemudian keluar dan berdiri diatas balkon, kebetulan saat itu Ishita juga sedang berdiri diatas balkon dirumah orangtuanya, mereka berdua saling memandang dari kejauhan sambil tersenyum satu sama lain, Raman kemudian memberikan kode ke Ishita “Bisakah kita pergi keluar dan jalan jalan” Ishita memberikan kode dengan menggelengkan kepala “Tidak bisa karena aku sudah mengantuk” Raman agak kecewa tapi akhirnya Ishita memberikan kode lagi ke Raman “Baiklah, aku akan keluar” Raman tersenyum senang, tak lama kemudian mereka berdua jalan jalan berdua bersama “Sekarang, kamu tahu kan betapa sulitnya membuat anak tertidur”, “Ruhi itu selalu manja sama kamu” Ishita menggeleng “Seorang anak perempuan biasa lebih dekat dengan ayahnya, dia itu seperti kamu” goda Ishita
“Kenapa ? Apakah dia kasar seperti aku ?” tanya Raman heran “Tidak tapi keras kepala seperti kamu”, “Aku tidak keras kepala tapi yaaa kadang kadang” bela Raman
Mereka berdua kemudian duduk di bangku dan ngobrol bersama “Siapa yang menjaga ibu ?”, “Walkie talkie !” mereka berdua kemudian saling beradu pendapat lagi “Kamu bilang kalau kamu ingin bicara denganku sendirian, benarkah ? Atau cuma mencari alasan saja ?” Ishita lalu menceritakan pada Raman tentang informasi yang terkait dengan kecelakaan Amma “Aku akan menceritakan padamu informasi lebih detailnya begitu aku tahu nanti”, “Aku akan menghancurkan kehidupan orang itu begitu aku bisa mendapatkan dia !” ujar Raman ketus “Bagaimana bisa ada orang yang bisa begitu ceroboh seperti itu, aku sampai tidak bisa melihat wajahnya ibu” ujar Ishita sedih
“Jangan sentimentil seperti itu, kamu harus menjaga ibu, oh iyaa ,,, upacara pemberian nama untuk bayinya Simmi akan dilakukan besok” Ishita mengangguk dan berkata “Iyaa, kita harus melakukannya dengan baik untuk membuat Simmi bahagia dan tidak merasa sendirian” kemudian Raman menunjukkan pada Ishita beberapa foto mangkok perak yang ingin ibunya berikan pada tamu tamunya besok “Sebuah pilihan yang bagus, sebagai gantinya”, “Terima kasih untuk penghinaanmu atas pilihanku yang mencolok, tapi apakah kalung itu benar benar begitu mencolok dan jelek ?” Ishita menggeleng “Tidak, kalung itu bagus” Ishita menunjukkan bahasa tubuh yang benar benar sangat manis “Ayoo kita masuk, sudah larut malam” Raman kemudian masuk ke dalam rumah, Ishita tersenyum manis
Keesokan harinya, nyonya Bhalla melihat baju yang sama untuk bayinya Simmi, saat itu Ishita membawa baju tutu berwarna pink untuk bayinya Simmi, nyonya Bhalla sangat menyukainya, Ishita lalu berkata “Kami akan memberikan kamu sebuah nama hari ini” Raman kemudian datang dan berkata “Aku sudah bicara dengan pendeta, aku sudah membayarnya dan dia akan membawa semua barang barang yang diperlukan”, “Aku juga bicara dengan pelayan dan memutuskan semuanya” sela Ishita, nyonya Bhalla bertanya pada Simmi “Simmi, apakah kamu memerlukan sesuatu ?” dalam hati Simmi berfikir “Kita lihat saja nanti apa yang akan mereka lakukan ketika Parmeet datang” bathin Simmi
SINOPSIS MOHABBATEIN episode 154 by. Sally Diandra