SINOPSIS MAHAPUTRA episode 207 (14 Mei 2014) by. Sally Diandra
Di sebuah bukit, Jalal dan Phool masih berhadap hadapan dengan perasaan mereka masing masing, Jalal merasa senang sedangkan Phool merasa ketakutan, dari jauh Pratap memperhatikan pertemuan Jalal dan Phool, kemudian Jalal mengenalkan dirinya pada Phool “Aku adalah Yang Mulia Raja Jalaludin Muhammad !” Phool dan Pratap terkejut mendengarnya, Jalal berjalan terus menuju ke arah Phool, Phool nampak sangat waspada terhadap Jalal “Ini memang berlaku untuk kamu tapi jika kita hidup bersama sama maka kamu akan berbicara dengan bahasa cinta denganku, aku akan membangun sebuah benteng yang sama persis dengan benteng Marwar untuk kamu tapi pertama tama kita harus saling mengenal satu sama lain” ujar Jalal penuh semangat dengan tatapan cinta yang membara “Pangeran Pratap akan membunuh kamu !” ujar Phool sambil berjalan mundur perlahan lahan sementara Jalal terus mendekat ke arah Phool, Jalal tersenyum sinis mendengar ucapan Phool “Hari ini aku datang ke sini dengan persiapan yang lengkap dan Pratap akan di bunuh !” Phool semakin waspada terhadap Jalal yang terus mendekat kearahnya, dari kejauhan Pratap berteriak memanggil nama Jalal, Jalal dan Phool kaget ketika melihat kemunculan Pratap yang berlari ke arah mereka, Phool merasa senang dan menangis haru, Phool segera mendekat ke arah Pratap memohon perlindungan dengan mendekatkan tubuhnya di dada Pratap, Pratap pun memeluknya perlahan, Jalal yang melihatnya terbakar api cemburu, kemudian perlahan Pratap meminta Phool untuk menyingkir di belakangnya, Pratap dan Jalal saling berhadap hadapan untuk pertama kalinya sebagai seorang musuh
“Aku tidak percaya apa yang kita lakukan kali ini, persahabatan atau permusuhan” ujar Pratap sambil menatap Jalal tajam “Aku sudah tahu kalau kamu adalah Pratap dan aku telah memutuskan untuk membunuh kamu” ujar Jalal sengit sambil tak kalah menatap tajam ke arah Pratap “Kita telah memainkan sebuah permainan ketika kita berteman, sekarang biarkan kita menyelesaikannya”, “Baiklah ,,, aku setuju” Pratap menyetujui usulan Jalal sambil mencabut pedangnya, Phool menyingkir menjauh dari Pratap, pertarungan pun tak terelakkan antara Pratap dan Jalal, mereka berdua saling menyerang dengan penuh kebencian satu sama lain, tak lama kemudian Ajabde berlari mendekat ke arah mereka, Phool merasa nyaman begitu ada Ajabde namun tak berapa lama Gohar Jaan juga berlari menghampiri mereka sambil mengeluarkan belatinya dan melihat pertarungan antara Jalal dan Pratap, hingga akhirnya Pratap mampu mengalahkan Jalal dengan melempar pedang Jalal, Jalal dan Gohar kaget, Jalal segera mendekat ke arah Gohar dan mencengkram lengan Gohar sambil mengacungkan belati ke leher Gohar “Lihat ! Apa yang akan aku lakukan pada Gohar Jaan !” Pratap terkejut dan tidak bisa berkutik kemudian melempar pedangnya sendiri ke tanah, namun tiba tiba Jalal melepaskan cengkramannya di leher Gohar Jaan, mereka berdua tersenyum puas melihat Pratap yang terpana menatap mereka
“Ya, memang betul, Pratap ,,, Gohar Jaan ini adalah mata mataku dan dia berusaha untuk membunuh kamu pada saat di Bijolia dan sekarang kamu akan di bunuh !” ujar Jalal sengit “Aku sudah tahu semuanya dari awal dan aku tahu bahwa kamu datang ke Bijolia itu untuk aku” Gohar kaget begitu mendengar ucapan Pratap “Jika kamu tahu kalau dia ini mata mataku lalu kenapa kamu tidak membunuhnya ?”, “Aku memang tidak membunuhnya karena aku ingin tahu siapa yang berada di belakangnya ? Ternyata kamu, Jalal !” Pratap dan Jalal reflek mengambil pedang mereka lagi dan bersiap siap untuk bertarung kembali, Phool dan Ajabde segera menyingkir dari sana menjauhi mereka, Gohar Jaan bergegas mengejar kedua putri raja itu, Gohar berteriak teriak meminta Ajabde dan Phool untuk segera berhenti hingga akhirnya mereka berada di ujung tebing, Phool dan Ajabde sangat ketakutan “Ajabde, sekarang kita akan pergi kemana lagi ? Aku takut” ujar Phool cemas “Tenang, tenang, Phool ,,, Lal Baiji tidak melihat ini” Ajabde berusaha menenangkan sahabatnya itu, tepat pada saat itu Gohar Jaan sudah sampai di belakang mereka dengan nafas yan terengah engah
Sementara itu Pratap dan Jalal masih terus bertarung dengan sengit hingga akhirnya Pratap mampu melumpuhkan Jalal dengan menghempaskan kepala Jalal di tanah sambil berkata “Jika kamu terlihat di tanahku maka kamu harus selalu menundukkan kepalamu !” ujar Pratap marah, Jalal tidak bisa berkutik ketika kepalanya di genjet oleh tangan Pratap, sedangkan Gohar Jaan yang saat itu bermaksud untuk menangkap Ajabde dan Phool tiba tiba terperosok dan jatuh ke dalam tebing, namun untung saja kedua tangannya masih bisa memegang pinggiran tebing, Ajabde dan Phool kaget, Ajabde berusaha untuk menyelamatkan Gohar Jaan dengan memegang tangannya namun karena tubuh Gohar Jaan berat, Gohar Jaan sendiri tidak mampu menahan tangannya lebih lama lagi akhirnya Gohar Jaan jatuh ke dalam tebing yang dalam, Ajabde berteriak memanggil Gohar Jaan “Laaaaaallll Baaaaiiijiiiiii !!!!” Phool hanya bisa menangis dan tertegun melihat pemandangan di depannya, Ajabde juga menangis melihat tubuh Gohar Jaan yang melayang jatuh ke bawah tebing
Di tempat Pratap, Pratap masih memegang kepala Jalal yang terkapar di tanah, tak lama kemudian nampak rombongan Bhairam Khan datang dan menghampiri mereka, Bhairam Khan tidak percaya ketika melihat Jalal mampu di kalahkan oleh Pratap “Prataaaapppp !!!” Bhairam Khan berteriak marah ke arah Pratap “Sekarang aku akan membunuh kamu, Pratap !” ujar Bhairam Khan sengit “Aku tidak tahu kalau Afghanistan memberikan penghargaan padamu, Bhairam Khan !” ejek Pratap “Khan Baba, bunuh Pratap !” bentak Jalal, sejurus kemudian Pratap dan Bhairam Khan saling bertarung satu sama lain kemudian prajurit Jalal menyerang Pratap, Bhairam Khan segera menghindar dan berlari ke arah Jalal yang masih terkapar di tanah “Jalal, kamu tidak apa apa ? Kamu baik baik saja kan ?” Bhairam Khan membantu Jalal berdiri, Jalal sangat marah dan tidak terima di kalahkan begitu saja oleh Pratap, Pratap berhasil membabat habis prajurit Jalal, tinggal Bhairam Khan dan Jalal yang menghadapi Pratap, tiba tiba datang sepasukan Afghanistan membantu Jalal, Bhairam Khan tersenyum senang karena kali ini dirinya merasa mampu membunuh Pratap, namun belum juga mereka bertarung tiba tiba datang pasukan Mewar di pimpin oleh Rawat Ji yang datang membantu Pratap, giliran Pratap yang tersenyum senang “Pangeran Pratap, kamu tidak apa apa ?”, “Aku tidak apa apa, Rawat Ji ,,, ayoooo kita hadapi mereka !” ujar Pratap “Hidup Mewar ! Hidup Mewar !”
Pasukan Mewar bertarung dengan pasukan Afghanistan, termasuk Jalal dan Pratap juga Bhairam Khan dan Rawat Ji, pertempuran mereka berjalan sengit, ketika lengan Jalal tersayat pedang, Bhairam Khan segera mengajak Jalal untuk melarikan diri dari sana dengan kuda mereka, Pratap yang melihatnya merasa marah dan berusaha mengejar Jalal namun Rawat Ji segera mencegah Pratap “Jangan ! Jangan, pangeran ! Biarkan mereka pergi !”, “Apakah ayahku tahu kalau kamu kesini, Rawat Ji ?” tanya Pratap setelah dirinya tenang “Tidak, ayahmu tidak tahu, saat ini ayahmu sedang sibuk mempersiapkan suatu acara” Pratap heran “Acara apa ?”, “Penyambutan kepulanganmu ke Mewar, pangeran ,,, Raja Udai Singh sangat senang dengan acara ini dan sangat sibuk mempersiapkannya” Rawat Ji sedikit berbohong ke Pratap
Di kerajaan Mewar, semua ratu bangsa Rajput datang ke benteng Chittor bersama putri putri mereka, semua orang menyambut mereka dengan sukacita di iringi oleh tarian dan nyanyian serta dekorasi yang sangat meriah, Raja Udai Singh dan Ratu Jaiwanta yang menyambut mereka juga sangat senang “Rana Ji, aku sangat senang melihat semua putri raja yang datang dan aku tidak tahu siapa nanti yang akan menjadi pendamping hidup Pratap ?” ujar Ratu Jaiwanta sambil terus menyambut kedatangan para ratu Rajput satu per satu, setelah semuanya berkumpul, Ratu Jaiwanta menyapa para tamunya dan berkata “Pangeran Pratap akan datang besok, jadi silahkan saja kalian menikmati apa yang kami sediakan untuk kalian di benteng Chittor” ujar Ratu Jaiwanta namun tiba tiba terdengar suara terompet dari arah depan pertanda ada seseorang yang penting yang datang
Ternyata Pratap memasuki benteng Chittor, semua orang menyambut kepulangan Pratap, Phool dan Ajabde mengekor di belakang Pratap, Ratu Jaiwanta sangat terkejut ketika melihat kedatangan Pratap, Pratap memohon restu ibunya dan Ratu Sajja yang juga ada disana “Ibu, aku merasa kalau aku memasuki benteng yang berbeda” Ratu Jaiwanta dan semua orang yang hadir disana tersenyum melihat Pratap “Gangaur telah datang, Pratap”, “Aku tahu, ibu pasti berbohong padaku” Ratu Jaiwanta yang tidak mampu menjawab pertanyaan Pratap langsung mengalihkan pembicaraan dengan meminta pada Pratap untuk mengenalkan dua gadis yang datang bersama Pratap “Pratap, siapa gadis gadis yang cantik itu yang datang bersamamu ?” Pratap akhirnya mengenalkan Ajabde dan Phool satu per satu ke hadapan ibunya, Ratu Jaiwanta nampak terkejut ketika melihat Ajabde, anak sahabatnya Ratu Hansa Bai yang ternyata sudah besar, Ratu Jaiwanta juga nampak terkejut ketika Pratap menyebutkan kalau Phool berasal dari kerajaan Marwar, Ajabde dan Phool memohon restu pada Ratu Jaiwanta
Di koridor istana, ketika Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja mengajak Ajabde dan Phool memasuki istana, mereka mendengar pembicaraan Raja Udai Singh dengan para menterinya, nampaknya Raja Udai Singh sangat marah “Siapa yang telah mengirimkan undangan tersebut ke Marwar ?” bentak Raja Udai Singh marah “Rana Ji, aku yang telah mengirimkan undangan itu” sela Ratu Jaiwanta “Maharani Jaiwanta, jika putri Phool datang ke sini maka aku akan sangat marah !” bentak Raja Udai Singh sambil melihat ke dua gadis yang bersama Ratu Jaiwanta, Phool dan Ajabde kaget dan takut mendengarnya, kemudian Raja Udai Singh sedikit melunak dan meminta maaf pada kedua putri raja itu yang tak lain adalah Ajadde dan Phool sambil bertanya “Siapa mereka, Maharani Jaiwanta ?” Ratu Jaiwanta nampak bingung namun akhirnya mengenalkan mereka satu per satu “Ini putri Ajabde, anaknya Raja Mamrat Ji dari Bijolia” Ajabde meminta restu pada Raja Udai Singh, kemudian ketika Ratu Jaiwanta hendak mengenalkan Phool, Phool menggelengkan kepalanya, dengan bahasa tubuhnya Phool meminta Ratu Jaiwanta untuk tidak menyebut namanya,
Tepat pada saat itu Pratap datang dan memanggil ayahnya, Raja Udai Singh sangat senang melihat kepulangan Pratap, Pratap meminta restu ayahnya, Raja Udai Singh segera memeluk anak sulungnya itu, Phool mendekat ke arah Ratu Jaiwanta “Maharani Jaiwanta, aku mohon sembunyikan indentitasku” ujar Phool cemas “Baiklah, aku akan mencoba tapi aku tidak tahu sampai kapan aku harus menyembunyikan identitasmu dari Maharaja Udai Singh" sementara itu Pratap yang masih kangen kangenan sama ayahnya bertanya “Aku ingin bertanya beberapa pertanyaan penting” ujar Pratap, Pratap bertanya tentang patung Meera Maa pada kedua orang tuanya, Ajabde juga ikut menimpali pembicaraan mereka “Pratap, pergilah dan ajaklah Ajabde untuk melihat patung Dewa Khrisna di kuil Meera Bai” Pratap merasa canggung dengan permintaan ibunya namun akhirnya Pratap dan Ajabde pergi menuju ke kuil Meera Bai yang terdapat di benteng Chittor sementara Phool diajak menuju ke kamarnya oleh Ratu Sajja, ketika Phool hendak pergi bersama para Ratu, tiba tiba Raja Udai Singh bertanya pada Phool “Oh iya, kamu tadi, siapa namanya ?” Phool dan kedua ratu itu nampak panik dan bingung SINOPSIS MAHAPUTRA episode 208 by. Sally Diandra