SINOPSIS MAHAPUTRA episode 193 (21 April 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Bijolia, pada saat pernikahan Chakrapani dan Shobagyawati berlangsung, Pratap dan Ajabde tahu kalau yang mencuri Mangal Sutra untuk pengantin wanita itu adalah nenek Shobagyawati yang punya kebiasaan mengutil barang barang, Pratap dan Ajabde segera mengambil kalung Mangal Sutra itu tangan nenek Sobhagyawati, karena mereka berdua tidak saling melihat, mereka tidak tahu kalau ternyata tangan mereka bersentuhan ketika mau mengambil kalung itu dari nenek Shobagyawati, Pratap dan Ajabde saling tertegun, dari kejauhan Ratu Hansa memperhatikan mereka sambil tersenyum penuh arti, kemudian nenek Shobagyawati memberikan kalung itu ke Ajabde, Ajabde memberikan kalung itu pada Pandit Ji “Lalu dimana cincin pengantinnya ?” semua orang langsung beralih memandang ke nenek Shobagyawati sambil berkata “Nenek ?”
Jalim Singh yang merasa terganggu dan tidak suka dengan pesta pernikahan, bergegas menghindar dari sana dengan keadaan mabuk sambil berteriak teriak, tak lama kemudian dia bertemu dengan Lal Baiji (Gohar) di koridor istana “Apa yang kamu lakukan disini ?” Gohar memasang muka sedih sambil menyusun bunga bunga di sebuah meja “Aku mohon tinggalkan aku ! Kemarin kamu telah menyalahkan aku sebagai seorang pembunuh” Jalim Singh merasa menyesal ketika melihat Gohar mulai menangis “Sekarang aku akan melakukan semua yang kamu katakan” Gohar tersenyum senang sambil menyeka airmatanya “Aku merasa sia sia di sini karena tidak ada seorangpun yang belajar menari dariku” ujar Gohar dengan nada memelas “Kalau begitu aku akan meminta pada Raja Mamrat Ji tentang hal itu dan mengatur sebuah tarian buat kamu, bagaimana ?” pada saat yang bersamaan Pandit baru memulai upacara pernikahan Chakrapani dan Shobagyawati
Ajabde dan Phool yang sedang melihat upacara pernikahan Chakrapani dan Shobagyawati ternyata sama sama memikirkan Pratap, Ratu Hansa Bai memanggil Ajabde, Ajabde menghampiri ibunya sambil mengecek kalung bunga untuk kedua mempelai seperti permintaan ibunya “Ajabde, coba sini ibu cek kalung kamu yang ibu berikan padamu, apakah kalung itu rusak atau tidak ?” Ajabde merasa bingung dan gelisah karena dia tidak tahu bagaimana caranya mengatakan pada ibunya kalau kalungnya telah hilang dan sekarang kalung itu ada di Pratap, Ratu Hansa bisa melihat kegelisahan anak sulungnya ini “Apakah kamu melihat kalau kalungmu ada di leher Pratap ? Apakah kamu benar benar menyukai Pratap ?” Ajabde sangat terkejut dengan ucapan ibunya “Apa ibu ?” ketika Ajabde hendak menjelaskan, Ratu Hansa malah menyuruhnya diam
Pandit Ji memulai upacara pernikahan Chakrapani dan Shobagyawati dengan mengitari api suci selama 7 kali, semua orang menaburkan bunga ke arah kedua mempelai, Phool masih saja memikirkan Pratap sambil melamun, tepat pada saat itu Pratap menghampiri Phool dan berkata “Phere telah berlangsung disini, ayoo taburkan bunga untuk mereka” ujar Pratap sambil memberikan taburan bunga itu ke Phool kemudian kembali ke tempatnya sendiri bersama teman temannya, Ratu Hansa Bai juga ikut memikirkan pernikahan Ajabde dan Pratap, Ratu Hansa membayangkan kalau yang didepannya kali ini yang sedang melakukan Phere adalah Pratap dan Ajabde, sementara Phool juga menatap Pratap dan membayangkannya melakukan Phere bersama Pratap.
Tak lama kemudian Phool menghampiri Ajabde dan berkata “Ajabde, ayoo ikut denganku ! Aku ingin ngobrol dengan kamu secara pribadi” Ajabde menuruti keinginan Phool, mereka berdua menuju ke sebuah tempat rahasia namun Pratap malah mencegah mereka dan berkata kalau tidak baik bila meninggalkan Phere begitu saja, kedua gadis itu tertegun, Pratap pun tertawa ke arah mereka berdua begitu melihat muka mereka berubah “Kita akan pergi nanti saja, Ajabde” ujar Phool
Saat itu Shobagyawati tidak bisa meletakkan tangannya di Hawan Kund (api suci), Ajabde membantunya untuk merapikan pakaian pengantin Shobagyawati “Pengantin putri meletakkan tangannya di depan api suci” ujar Pandit Ji, Phool langsung meletakkan tangannya, Pratap dan teman temannya yang lain tertawa terbahak bahak melihat ulah Phool “Sekarang pengantin perempuan dan pengantin laki laki membungkuk dan meminta restu pada para orang tua” tiba tiba Phool juga mengikuti seperti yang diperintahkan oleh Pandit Ji dengan membungkuk dan meminta restu, Ajabde bingung dengan tingkah Phool yang seolah olah ikut larut dalam upacara pernikahan Chakrapani dan Shobagyawati “Phool, apa yang kamu lakukan ?” Phool yang melamun sedari tadi merasa bingung, Phool segera menuju ke kamarnya sendiri dan membasuh mukanya disana dan tiba tiba saja Pratap menghampiri Phool dan memberikan handuk untuk Phool, Phool menatapnya dengan perasaan bingung “Pertama tama kamu membuat aku menangis kemudian kamu datang ke sini dan memberikan aku sebuah handuk” Pratap yang di ajak bicara hanya diam saja, ternyata itu hanya bayangan Phool karena tiba tiba dirinya di kagetkan dengan ucapan seorang pelayan yang berkata “Memangnya ada salah apa dengan diriku, tuan putri ?”, “Oh tidak tidak, tidak ada apa apa” kemudian Phool memberikan cincinnya ke pelayan tersebut
Sementara itu, Gohar melewati kamar Phool sambil memberikan kode ke Rao Surtan Singh agar mendekat, pada saat yang bersamaan Pratap juga menuju kesana, Gohar terkejut ketika melihat Pratap yang berdiri dibelakangnya sementara Rao Surtan Singh segera menyembunyikan dirinya, saat itu Phool juga sedang menuju ke kamarnya, Phool segera berlalu dari sana melewati Rao Surtan Singh yang bersembunyi di pinggir jendela sedangkan Pratap juga mulai meninggalkan kamar Phool dan melewati Rao Surtan Singh, Rao Surtan Singh yang awalnya bersembunyi di pinggir jendela segera berlari masuk kedalam kamar, Pratap merasa ada orang yang melintas, Pratap segera berbalik dan bertanya pada Gohar “Apakah kamu melihat ada seseorang yang lewat sini tadi ?” ujar Pratap penuh selidik “Iyaa, aku juga berfikir demikian” Pratap dan Gohar berjalan masuk ke dalam kamar, Rao Surtan Singh bergegas membuka jendela dengan paksa dan melompat keluar dari jendela “Aku fikir mungkin itu karena jendela ini” ujar Gohar, Pratap pun berharap demikian kemudian berlalu dari sana
Ratu Hansa Bai mengajak Ajabde untuk ngobrol di dalam kamarnya, kemudian Ratu Hansa bertanya pada Ajabde tentang Pratap dan pernikahannya “Kamu bilang kalungmu itu tenggelam di dalam aliran air sungai lalu bagaimana bisa tiba tiba kalungmu itu ada di leher Pratap ?” Ajabde merasa bingung dan gelisah “Jangan bermimpi, ibu ,,, tidak ada yang cocok diantara kami berdua, lupakan saja semuanya !” Ratu Hansa Bai bisa mengerti perasaan anak sulungnya ini “Ajabde, cobalah sekali saja kamu melihat dirimu sendiri dari sudut pandang ibu, kamu ini gadis yang sangat sempurna” Ajabde menggelengkan kepalanya “Tidak, tidak, ibu !” Ratu Hansa merasa heran “Kenapa tidak, nak ? Kenapa kamu berusaha lari dari masa depanmu sendiri ? Kamu fikir hal ini tidak akan benar benar terjadi, itulah mengapa kamu tidak mempercayai ibu, begitu ? Jika kamu tidak ingin mendengarkan pendapat ibu tapi paling tidak dengarkan kata hatimu sendiri, maka kamu akan melihat impian ibu secara sempurna” ujar Ratu Hansa sambil tersenyum senang SINOPSIS MAHAPUTRA episode 194 by. Sally Diandra