SINOPSIS MAHAPUTRA episode 164 (27 February 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Mewar, di kuil Meera Bai, Meera Bai yang telah di racun oleh Udha Bai dan Vikramaditya tiba tiba terbangun dari mati surinya, Udha Bai dan Vikramaditya yang pada awalnya merasa senang karena Meera Bai telah meninggal, langsung kaget dan panik begitu melihat Meera Bai terbangun dengan keadaan baik baik saja. Melihat keadaan tersebut, kedua orang ini semakin murka karena selalu gagal mencelakai Meera Bai, tak lama kemudian Udha Bai dan Vikramaditya membuat sebuah rencana yang lain, mereka membuat tempat tidur Meera Bai dengan paku paku yang tajam namun ketika Meera Bai tidur di atasnya Meera Bai nampak tidak kesakitan sama sekali, Meera Bai bisa tidur dengan enaknya, Udha Bai dan Vikramaditya heran dan segera membangunkan Meera Bai dan bertanya bagaimana bisa Meera Bai tidur dengan nyenyaknya, Meera Bai malah bingung dan membuka sprei tempat tidurnya yang ternyata tempat tidurnya itu berisi taburan bunga mawar. Gagal dengan rencana itu Udha Bai dan Vikramaditya mencoba cara lain untuk mencelakai Meera Bai, mereka berdua menaruh seekor ular kobra di sebuah keranjang yang di bungkus kain merah dan diberikan pada Meera Bai, ketika Meera Bai membukanya ternyata sebuah kalung rangkaian bunga untuk Dewa Khrisna, Meera Bai sangat senang tapi tidak bagi Udha Bai dan Vikramaditya yang semakin panas karena selalu gagal mencederai Meera Bai.
Dalam perjalanannya menuju ke tempat Meera Bai, Pratap sangat senang ketika mendengar cerita itu dari Purohit, kemudian Purohit bercerita lagi kalau Udha Bai dan Vikramaditya selalu mencoba untuk mengganggu setiap peribadatan yang di lakukan oleh Meera Bai, akhirnya karena sudah tidak tahan lagi dengan semua perlakuan saudara iparnya, Meera Bai menulis surat pada Tulsi Das Ji, kemudian Tulsi Das Ji membalasnya dengan mengatakan agar Meera Bai meninggalkan istana Mewar saja dan menghabiskan sisa hidupnya di tempat Dewa Khrisna. Meera Bai menerima saran dari Tulsi Das Ji dan pergi dari kerajaan Mewar
“Kamu tahu pangeran ,,, setelah Meera Mata pergi meninggalkan istana Mewar, di istana Mewar mulai terjadi huru hara dan bahaya, hanya kamu orang satu satunya yang bisa menunjukkan tujuan yang benar untuk kerajaan Mewar” ujar Purohit, saat itu di ceritakan di kerajaan Mewar terjadi pertarungan antar saudara, saling membunuh bahkan ayah Pratap Raja Udai Singh yang saat itu masih kecil sampai di ungsikan ke daerah lain dengan menggunakan keranjang besar dan pelayan Raja Udai Singh, Pana Bai harus mengorbankan anak kandungnya untuk di bunuh oleh para pemberontak, ibu kandung Raja Udai Singh juga harus mengorbankan dirinya dalam ritual Johar (bunuh diri)
Di tempat Jalal, Tansen juga menceritakan kisah Meera Bai ke Jalal “Kerajaan Mewar tidak berbahaya lagi sekarang tapi akan berada pada situasi yang lebih berbahaya lagi” ujar Jalal sambil menyeringai senang
Ditempat Pratap, “Purohit kita sudah sampai di perbatasan Dwarika” ujar Pratap ketika melihat kuil Meera Bai dari kejauhan, sementara saat itu, Jalal juga sudah sampai di perbatasan Dwarika “Akhirnya kita telah sampai ,,, besok kita akan bertemu dengan Meera Mata dan tidak ada seorangpun yang akan menyelamatkan Mewar dari pasukan Mughal” ujar Jalal optimistis “Yang Mulia, malam ini sangat dingin sekali, aku akan membuat api unggun” ujar Shamsudhin “Tidak usah buang buang waktu percuma, Shamsudhin ,,, untuk mengumpulkan kayu kayu bakar, aku melihat ada api unggun di ujung sana” ujar Jalal sambil berjalan menuju ke api unggun itu, Tansen segera mencegahnya dan berkata “Yang Mulia, jangan ganggu anak itu ! Dia sedang melakukan meditasi !” ujar Tansen, saat itu Pratap sedang meditasi di dekat api unggun sendirian
Keesokan harinya ditenda Jalal, Shamsudin bertanya tentang kemana Jalal pergi “Dia sedang terburu buru untuk bertemu dengan Meera Mata” ujar Tansen, pada saat yang bersamaan Pratap juga sedang berada di sebuah desa dan bertanya pada para warga penduduk tentang kuil Meera Mata, sedangkan Jalal tiba tiba sangat marah pada Tansen sambil mengeluarkan belatinya yang diarahkan ke leher Tansen, Tansen kaget namun tiba tiba dari arah belakang Pratap yang melihat hal ini segera berujar “Tidak ada seorangpun yang bisa bertemu dengan Meera Mata dalam keadaan marah ! Yang kamu tahu hanya kekuatan dan kemarahan saja, kamu itu tidak tahu apa itu cinta dan beribadah” ujar Pratap lantang, Jalal segera berbalik menatap Pratap marah masih dengan memegang belatinya di tangan SINOPSIS MAHAPUTRA episode 165 by. Sally Diandra