SINOPSIS MAHAPUTRA episode 473 (20 Agustus 2015)
Di istana Udaipur, semua raja raja Rajput sedang berkumpul disana di salah satu ruangan istana Udaipur, Raimal datang dan memberikan selamat pada semua Raja karena mereka telah mengambil satu langkah baru kedepan dalam menyatukan negeri Rajputana “Jika pangeran Pratap menang maka itu akan menjadi sebuah permulaan baru” ujar Raimal dengan sikap kepura puraannya “Tapi itu semua akan terjadi hanya jika pangeran Pratap memenangkan kompetisi ini, pangeran Raimal” Raimal menganggukkan kepalanya tanda setuju “Jika pangeran Pratap menang maka kita semua akan bersama sama bekerja melawan Raja Akbar, tapi jika dia kalah maka kita semua akan bebas melakukan apa yang ingin kita lakukan, kita bisa memilih apakah akan menjadi musuh atau teman bagi Raja Akbar sesuai dengan keinginan kita” ujar Raimal lagi sambil menyeringai senang “Aku sangat berharap pilihan yang kedua itu tidak akan terjadi” sela Pratap “Kita lihat saja nanti, pangeran Pratap !” Chandrasen sangat optimistis dengan kemenangannya besok, tak lama kemudian Pratap mengundang mereka semua untuk makan malam, semua Raja segera beralih ke ruang makan, ketika semua orang meninggalkan ruangan, Bhagwan Das segera mencegat Raimal “Apa yang terjadi, Raimal ? Aku juga harus mendukung pangeran Pratap jika dia menang, aku akan melawan harapanku sendiri” ujar Bhagwan Das cemas, namun Raimal berjanji pada Bhagwan Das kalau Pratap tidak akan menang bagaimanapun caranya “Pangeran Pratap mungkin
tidak akan hadir pada kompetisi besok tapi gerakannya akan jelas terlihat disini” ujar Raimal
Malam itu, Kanak Raj, Raimal dan Jagmal mendatangi kandang kuda Pratap yang bernama Chetak, Kanak Raj menunjukkan sebotol racun berwarna biru “Racun ini pasti akan membuat Chetak tidak bisa ikut berpartisipasi besok, dia tidak akan sehat untuk mengambil bagian selama beberapa hari kedepan dalam hal apapun” ujar Kanak Raj sambil memperhatikan botol racun itu di tangannya “Tapi hati hati jangan buat Chetak marah karena jika Chetak tahu apa yang kita perbuat padanya maka dia akan mengisyaratkan dengan cara apapun pada kak Pratap, lalu kita akan dalam masalah besar” ujar Jagmal cemas, Raimal sedang memikirkan sesuatu, saat itu Jagmal sedang memberikan sesuatu untuk dimakan oleh Chetak, Jagmal berusaha berbicara dengan nada lembut agar Chetak tidak curiga, sementara itu Kanak Raj sedang mencampur racun yang dibawanya tadi ke dalam makanan Chetak yang telah dipersiapkan Pratap tadi, tiba tiba tanpa sengaja Kanak Raj bersin di depan Chetak, Chetak kaget dan mulai meringkik dengan kencang sambil menendang nendang hingga lumpur pun terciprat pada wajah ketiga orang tersebut, Raimal, Jagmal dan Kanak Raj mukanya penuh dengan lumpur dan mereka segera pergi meninggalkan Chetak
Di sebuah ruangan, Pratap sedang berlatih melempar panah kecil, semantara Amar Singh, anak Pratap yang memegangi target yang hendak di bidik ayahnya, Amar sangat panik karena dari tadi lemparan ayahnya selalu meleset tidak kena ditengah tengah target “Tenang saja, Amar ,,, besok pikiran ayah tidak akan dialihkan karena kamu tidak ada disana yang memegangi papan panah itu” Amar tersenyum senang, saat itu Ajabde menemui mereka berdua seraya berkata “Anakmu mungkin memang tidak akan ada disana akan tetapi rakyatmu, sekutumu, musuh musuhmu akan ada disana, mereka semua mempunyai sisi yang lembut untukmu, terlepas dari semua perbedaan yang ada” ujar Ajabde sambil memegang tangan Pratap kemudian memberikan Pratap sebuah panah kecil, Pratap mencoba kembali melempar panah kecil itu dan akhirnya kena tepat pada sasaran di tengah tengah, Amar dan Ajabde sangat senang melihat kemampuan Pratap, Amar segera menjatuhkan papan panah itu dan berlari ke arah ayahnya lalu memeluknya erat, Pratap sangat berterima kasih pada Ajabde yang selalu menjadi pendukungnya “Aku menghargai Chandrasen, akan tetapi aku harus menang dalam kompetisi ini untuk persatuan Rajputana, aku tidak punya pilihan lain tapi menang !” ujar Pratap bangga
Di kandang kuda istana, Chetak sedang memperhatikan pada pakan ternak yang telah disiapkan majikannya yaitu Pratap untuknya, Chetak sangat jelas mengingat situasi yang ada dan teringat ketika Pratap yang menyuruhnya untuk menghabiskan makanan tersebut atau majikannya itu tidak mau berbicara dengannya besok pagi, akhirnya Chetak mulai memakan makanan itu, yang sebenarnya telah dicampur racun oleh Kanak Raj.
Sementara itu Jagmal dan Raimal memasuki istana secara diam diam, pakaian dan wajah mereka kotor terkena lumpur, ketika sampai di dalam dilihatnya ada penjaga yang sedang menjaga di pintu, Raimal dan Jagmal mulai membicarakan tentang kompetisi besok karena para penjaga ada di sekitar mereka, lalu mereka menyuruh para penjaga itu pergi, Jagmal tidak mengerti dimana dia akan menemukan air, ketika mereka hendak melangkah lagi, tiba tiba Ratu Bhatyani ada didepan mereka dan bertanya “Dari mana saja kalian berdua ?” Raimal berbohong dengan mengatakan “Jagmal ingin menunjukkan padaku kemampuan menunggang kudanya” Ratu Bhatyani tertegun “Tapi tidak ada satupun kuda yang menyukainya, kak ?” Raimal terkejut mendengar ucapan Ratu Bhatyani “Aku kira cuma Chetak yang tidak suka padamu, Jagmal” Raimal berupaya melindungi situasi yang dialami oleh Jagmal agar ibunya tidak bertanya tanya lebih jauh lagi
Pada tengah malam, ketika Pratap sedang tertidur, Pratap bermimpi ketika perang terjadi di Mewar, Pratap terbangun secara tiba tiba dengan perasaan gelisah dan di dengarnya Chetak sedang meringkik lantang dari kandang kuda “Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi, kenapa dia meringkik pada jam segini ?” Pratap segera keluar dari kamarnya sementara istrinya Ajabde masih tertidur pulas di sampingnya. Pratap segera menuju ke kandang kuda dan menghampiri Chetak “Chetak, apakah kamu juga mengkhawatirkan sesuatu hal ? Kamu seharusnya tidak usah khawatir, aku akan memenangkan kompetisi ini besok dan misi baru kita akan segera dimulai” ujar Pratap sambil membelai belai kepala Chetak, ketika dirabanya kepala Chetak, ternyata Chetak mengalami demam tinggi. Pratap segera memerintahkan prajuritnya untuk memanggil tabib istana, tepat pada saat itu Raimal, Jagmal, Kanak Raj dan Chakrapani datang kesana, begitu pula tabib istana “Sepertinya Chetak telah salah makan, itulah mengapa tubuhnya saat ini mengalami demam tinggi, dia harus istirahat selama 2 sampai 3 hari” ujar tabib istana, akhirnya Pratap menyuruh pelayannya untuk menyiapkan kuda yang lain untuk kompetisi besok, Chetak langsung meringkik keras sebagai tanda tidak suka “Tenang, tenang Chetak ,,, kamu harus beristirahat” ujar Pratap pada kuda kesayangannya, Chakrapani yang saat itu ada disana merasa heran dan gelisah “Apakah prediksiku selama ini benar ?” bathin Chakrapani dalam hati
Keesokan harinya, Ajabde melakukan tilak dan aarti untuk Pratap yang hendak berangkat menghadapi kompetisi, saat itu Amar Singh juga menemani ibunya melepas ayahnya ikut kompetisi “Aku yakin ayah pasti akan menang !” ujar Amar Singh kemudian mereka memohon restu pada Dewa Khrisna dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
Di tempat Chandrasen, Ram Singh mencoba menenangkan adiknya, Chandrasen agar tetap tenang dalam menghadapi kompetisi ini “Itu adalah kelemahanmu, Chandrasen ,,, berusahalah untuk tetap tenang” Chandrasen setuju untuk mengingatnya baik baik dalam benaknya “Tapi aku ingin membalas sakit hati Phool kali ini, kak” Raimal yang juga ada disana memberikan selamat dan dukungannya untuk Chandrasen agar menang “Kemenanganmu akan menjadi kemenangan Raja Akbar” bathin Raimal dalam hati sambil tersenyum sinis
Sementara itu Chakrapani merasa panik dan tegang “Chandrasen bisa saja melakukan hal apapun untuk membalaskan dendamnya pada pangeran pangeran Pratap, Guru” namun Guruji mempunyai keyakinan kalau Pratap pasti akan menang “Tujuannya itu sangat luar biasa dan mulia daripada motifasi pribadi yang dimiliki oleh Chandrasen, keinginan Pratap itu sangat berarti bagi kebaikan setiap orang, saat ini hanya inilah permasalahannya” ujar Guruji, sedangkan Chakrapani sangat berharap kalau prediksinya kali ini tentang Pratap akan keliru dan apa yang diharapkannya akan menjadi kenyataan.
Jagmal meminum apa yang telah Kanak Raj berikan pada kuda Pratap, Jagmal menemukan cairan itu, dilihatnya minuman itu sangat lezat, Jagmal berfikir mungkin ada alkohol didalam cairan itu, Kanak Raj telah mencampurkannya dalam makanan kuda, Kanak Raj berfikir kalau alkohol itu akan memiliki efek yang sama pada kuda juga, ketika mereka berbalik, saat itu Chetak mulai meringkik keras, Jagmal mengejek Chetak sambil mabuk.
Sementara itu dikamar Maharaja Udai Singh, Pratap memohon restu pada ayahnya dengan menyentuh kaki ayahnya, Maharaja Udai Singh memberikan restunya, kemudian Pratap juga memohon restu pada Ratu Bhatyani, Ratu Bhatyani juga memberikan restunya “Aku yakin aku akan berhasil dalam misiku ini dan melempar pasukan Mughal keluar dari negeri India agar kembali ke tanah airnya sendiri” bathin Pratap dalam hati
tidak akan hadir pada kompetisi besok tapi gerakannya akan jelas terlihat disini” ujar Raimal
Malam itu, Kanak Raj, Raimal dan Jagmal mendatangi kandang kuda Pratap yang bernama Chetak, Kanak Raj menunjukkan sebotol racun berwarna biru “Racun ini pasti akan membuat Chetak tidak bisa ikut berpartisipasi besok, dia tidak akan sehat untuk mengambil bagian selama beberapa hari kedepan dalam hal apapun” ujar Kanak Raj sambil memperhatikan botol racun itu di tangannya “Tapi hati hati jangan buat Chetak marah karena jika Chetak tahu apa yang kita perbuat padanya maka dia akan mengisyaratkan dengan cara apapun pada kak Pratap, lalu kita akan dalam masalah besar” ujar Jagmal cemas, Raimal sedang memikirkan sesuatu, saat itu Jagmal sedang memberikan sesuatu untuk dimakan oleh Chetak, Jagmal berusaha berbicara dengan nada lembut agar Chetak tidak curiga, sementara itu Kanak Raj sedang mencampur racun yang dibawanya tadi ke dalam makanan Chetak yang telah dipersiapkan Pratap tadi, tiba tiba tanpa sengaja Kanak Raj bersin di depan Chetak, Chetak kaget dan mulai meringkik dengan kencang sambil menendang nendang hingga lumpur pun terciprat pada wajah ketiga orang tersebut, Raimal, Jagmal dan Kanak Raj mukanya penuh dengan lumpur dan mereka segera pergi meninggalkan Chetak
Di sebuah ruangan, Pratap sedang berlatih melempar panah kecil, semantara Amar Singh, anak Pratap yang memegangi target yang hendak di bidik ayahnya, Amar sangat panik karena dari tadi lemparan ayahnya selalu meleset tidak kena ditengah tengah target “Tenang saja, Amar ,,, besok pikiran ayah tidak akan dialihkan karena kamu tidak ada disana yang memegangi papan panah itu” Amar tersenyum senang, saat itu Ajabde menemui mereka berdua seraya berkata “Anakmu mungkin memang tidak akan ada disana akan tetapi rakyatmu, sekutumu, musuh musuhmu akan ada disana, mereka semua mempunyai sisi yang lembut untukmu, terlepas dari semua perbedaan yang ada” ujar Ajabde sambil memegang tangan Pratap kemudian memberikan Pratap sebuah panah kecil, Pratap mencoba kembali melempar panah kecil itu dan akhirnya kena tepat pada sasaran di tengah tengah, Amar dan Ajabde sangat senang melihat kemampuan Pratap, Amar segera menjatuhkan papan panah itu dan berlari ke arah ayahnya lalu memeluknya erat, Pratap sangat berterima kasih pada Ajabde yang selalu menjadi pendukungnya “Aku menghargai Chandrasen, akan tetapi aku harus menang dalam kompetisi ini untuk persatuan Rajputana, aku tidak punya pilihan lain tapi menang !” ujar Pratap bangga
Di kandang kuda istana, Chetak sedang memperhatikan pada pakan ternak yang telah disiapkan majikannya yaitu Pratap untuknya, Chetak sangat jelas mengingat situasi yang ada dan teringat ketika Pratap yang menyuruhnya untuk menghabiskan makanan tersebut atau majikannya itu tidak mau berbicara dengannya besok pagi, akhirnya Chetak mulai memakan makanan itu, yang sebenarnya telah dicampur racun oleh Kanak Raj.
Sementara itu Jagmal dan Raimal memasuki istana secara diam diam, pakaian dan wajah mereka kotor terkena lumpur, ketika sampai di dalam dilihatnya ada penjaga yang sedang menjaga di pintu, Raimal dan Jagmal mulai membicarakan tentang kompetisi besok karena para penjaga ada di sekitar mereka, lalu mereka menyuruh para penjaga itu pergi, Jagmal tidak mengerti dimana dia akan menemukan air, ketika mereka hendak melangkah lagi, tiba tiba Ratu Bhatyani ada didepan mereka dan bertanya “Dari mana saja kalian berdua ?” Raimal berbohong dengan mengatakan “Jagmal ingin menunjukkan padaku kemampuan menunggang kudanya” Ratu Bhatyani tertegun “Tapi tidak ada satupun kuda yang menyukainya, kak ?” Raimal terkejut mendengar ucapan Ratu Bhatyani “Aku kira cuma Chetak yang tidak suka padamu, Jagmal” Raimal berupaya melindungi situasi yang dialami oleh Jagmal agar ibunya tidak bertanya tanya lebih jauh lagi
Pada tengah malam, ketika Pratap sedang tertidur, Pratap bermimpi ketika perang terjadi di Mewar, Pratap terbangun secara tiba tiba dengan perasaan gelisah dan di dengarnya Chetak sedang meringkik lantang dari kandang kuda “Aku yakin pasti ada sesuatu yang terjadi, kenapa dia meringkik pada jam segini ?” Pratap segera keluar dari kamarnya sementara istrinya Ajabde masih tertidur pulas di sampingnya. Pratap segera menuju ke kandang kuda dan menghampiri Chetak “Chetak, apakah kamu juga mengkhawatirkan sesuatu hal ? Kamu seharusnya tidak usah khawatir, aku akan memenangkan kompetisi ini besok dan misi baru kita akan segera dimulai” ujar Pratap sambil membelai belai kepala Chetak, ketika dirabanya kepala Chetak, ternyata Chetak mengalami demam tinggi. Pratap segera memerintahkan prajuritnya untuk memanggil tabib istana, tepat pada saat itu Raimal, Jagmal, Kanak Raj dan Chakrapani datang kesana, begitu pula tabib istana “Sepertinya Chetak telah salah makan, itulah mengapa tubuhnya saat ini mengalami demam tinggi, dia harus istirahat selama 2 sampai 3 hari” ujar tabib istana, akhirnya Pratap menyuruh pelayannya untuk menyiapkan kuda yang lain untuk kompetisi besok, Chetak langsung meringkik keras sebagai tanda tidak suka “Tenang, tenang Chetak ,,, kamu harus beristirahat” ujar Pratap pada kuda kesayangannya, Chakrapani yang saat itu ada disana merasa heran dan gelisah “Apakah prediksiku selama ini benar ?” bathin Chakrapani dalam hati
Keesokan harinya, Ajabde melakukan tilak dan aarti untuk Pratap yang hendak berangkat menghadapi kompetisi, saat itu Amar Singh juga menemani ibunya melepas ayahnya ikut kompetisi “Aku yakin ayah pasti akan menang !” ujar Amar Singh kemudian mereka memohon restu pada Dewa Khrisna dengan mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
Di tempat Chandrasen, Ram Singh mencoba menenangkan adiknya, Chandrasen agar tetap tenang dalam menghadapi kompetisi ini “Itu adalah kelemahanmu, Chandrasen ,,, berusahalah untuk tetap tenang” Chandrasen setuju untuk mengingatnya baik baik dalam benaknya “Tapi aku ingin membalas sakit hati Phool kali ini, kak” Raimal yang juga ada disana memberikan selamat dan dukungannya untuk Chandrasen agar menang “Kemenanganmu akan menjadi kemenangan Raja Akbar” bathin Raimal dalam hati sambil tersenyum sinis
Sementara itu Chakrapani merasa panik dan tegang “Chandrasen bisa saja melakukan hal apapun untuk membalaskan dendamnya pada pangeran pangeran Pratap, Guru” namun Guruji mempunyai keyakinan kalau Pratap pasti akan menang “Tujuannya itu sangat luar biasa dan mulia daripada motifasi pribadi yang dimiliki oleh Chandrasen, keinginan Pratap itu sangat berarti bagi kebaikan setiap orang, saat ini hanya inilah permasalahannya” ujar Guruji, sedangkan Chakrapani sangat berharap kalau prediksinya kali ini tentang Pratap akan keliru dan apa yang diharapkannya akan menjadi kenyataan.
Jagmal meminum apa yang telah Kanak Raj berikan pada kuda Pratap, Jagmal menemukan cairan itu, dilihatnya minuman itu sangat lezat, Jagmal berfikir mungkin ada alkohol didalam cairan itu, Kanak Raj telah mencampurkannya dalam makanan kuda, Kanak Raj berfikir kalau alkohol itu akan memiliki efek yang sama pada kuda juga, ketika mereka berbalik, saat itu Chetak mulai meringkik keras, Jagmal mengejek Chetak sambil mabuk.
Sementara itu dikamar Maharaja Udai Singh, Pratap memohon restu pada ayahnya dengan menyentuh kaki ayahnya, Maharaja Udai Singh memberikan restunya, kemudian Pratap juga memohon restu pada Ratu Bhatyani, Ratu Bhatyani juga memberikan restunya “Aku yakin aku akan berhasil dalam misiku ini dan melempar pasukan Mughal keluar dari negeri India agar kembali ke tanah airnya sendiri” bathin Pratap dalam hati