SINOPSIS MAHAPUTRA episode 229 (23 Juni 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 229 (23 Juni 2014) by. Vany Desky Di tempat Pratap, ketika tubuh Pratap sudah tenggelam dilumpur, namun tangannya masih terlihat. Saat itulah kuda Pratap datang menolongnya dengan tali, Pratap segera menggenggam tali yang ada pada leher kudanya.dan Hukum Singh sangat terkejut melihatnya. Saat Pratap berusaha keluar dari dalam lumpur, Hukum Singh datang menghampirinya dan Pratap sangat marah pada Hukum Singh karena sudah berkhianat. Hukum Singh tampak mengejek Pratap dan mengatakan, "kami akan selalu mencelakaimu." Hukum Singh kemudian mencoba memotong tali yang ada pada Sarang (nama kuda Pratap) dengan pedangnya, Pratap berusaha memanggil Sarang agar cepat mengangkat tubuhnya, namun lagi lagi Pratap tenggelam di air yang berlumpur. 

Diperbatasan, Guruji sangat terpukul melihat Anuj sudah berada diujung maut. Setelah Anuj mengungkapkan semuanya kepada Guruji, akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya. Semua orang tampak berkabung atas kematian Anuj. 

Di kerajaan Marwar, Phool dengan perasaan sedihnya mengingat semua tentang keputusan besar kakeknya saat di Mewar dulu dan ia juga ingat kakeknya tidak mau berjanji untuk tidak melukai Pratap pada saat perang nanti. Saat itulah seorang dayang datang dengan membawa surat dari ajabde untuk Phool. Phool mengambil surat itu, namun ia teringat akan semua ucapan Pratap, dengan kesal Phool membuang surat Ajabde. ibu phool datang dan berkata, "Phool mengapa kamu tidak membaca suratnya, bukankah ini surat dari Ajabde?" Phool menjawab, "saya tidak ingin membaca surat apapun." Ibu Phool hanya diam saja, dan segera pergi meninggalkannya sendirian. Phool kembali menatap surat dari Ajabde, dan ia pun kembali menangis. 

Kembali di hutan, dimana Hukum Singh tampak mengejek Pratap dengan wajah geramnya, dan tali kuda yang sudah terputus dilemparkanya kedalam air. Pratap berusaha menyelamatkan dirinya yang akan tenggelam, namun hukum sing mentertawakanya. Saat hukum singh hendak pergi dan berbalik membelekangi Pratap, dengan lantang Pratap memanggil Hukum Singh, dengan gerakan cepat Pratap menghentikan langkah Hukum Singh dengan menempatkan talinya pada leher Hukum Singh. Dengan sekuat tenaga Pratap menarik tali itu, Hukum Singh berusaha meminta tolong pada prajurit Mughal. Saat itulah Pratap yang masih memegangi tali, dengan kekuatanya Pratap berhasil keluar dari lumpur. Hukum Singh tampak kaget melihat Pratap berhasil keluar dari lumpur. 

Diperbatasan, Guruji dan pasukannya akan bersiap2 untuk menghadapi pasukan Mughal. Dengan lantang Guru ji mengatakan, "sekarang kita harus mencegah cara Mughal untuk masuk kebenteng kita ini." Guru Ravendra memberi selogan pada pasukanya, dan mereka bergabung untuk menahan pintu yang berusaha dibuka oleh pasukan mughal dengan batang kayu besar. Peperangan semakin panas, pasukan mughal kembali memberi serangan mereka dengan anak panah yg lebih banyak. 

Di kerajaan Mewar, upacara Johar masih berlangsung, dimana Raja Udai Singh tampak marah dengan kepergian Pratap. Raja Udai Singh bertanya tentang Pratap, pada Ratu Jaiwanta. kemudian Rawal ji datang dan mengatakan,"Ranaji, Pangeran pratap, telah pergi ke Peragarh (perbatasan benteng mewar)." Raja Udai Singh kaget mendengarnya dan langsung menanyakan pada Ratu Jaywanta. Ratu Jaywanta mengatakan, "Pratap telah memberitahu saya..." Ratu Jaywanta teringat pembicaraannya dengan Pratap dikamar dan mengatakan alasanya pada Raja Udai Singh, Ratu Bathiani kembali mengejek Ratu Jaywanta. Uday singh langsung mengatakan, "mengapa ia selalu melakukan sendiri?" Ratu Jaywanta menjawab, saya telah memberi izin kepadanya." Raja Uday Singh tidak suka mendengarnya dan memerintahkan Rawal ji untuk membawa kembali pratap. Rawal Ji segera pergi melaksanakan perintah dari Raja Udai Singh. Begitupula Raja Udai Singh juga pergi meninggalkan upacara Johar. Dan Ratu Bathiani mengusir Veera Bai, setelah Bathiani selesai berbicara dengan Ratu Jaywanta ia segera pergi meninggalkan Ratu Jaywanta sendirian. 

Kembali kehutan, dimana Hukum singh tampak ketakutan melihat Pratap sudah berdiri dihadapannya, Hukum singh mencoba meminta bantuan pada tentara Mughal tetapi mereka membantah. Pratap dengan geram memperingati hukum Singh yang sudah bergabung dengan pasukan Mughal, Pratap menanyakan kenapa ia melakukan hal ini? Namun Hukum Sing tidak menjawabnya, ia lebih memilih menyerang Pratap dengan pedangnya, namun Pratap bisa menghindar dan menyerang balik Hukum singh dengan tangan kosong dan melempar hukum singh ke lumpur tempat Pratap terjebak tadi. 

Kembali keperbatasan, dimana Jalal masih menyaksikan peperangan dari atas bukit bersama beberapa prajuritnya. Dan terlihat pasukan mughal kembali melakukan penyerangan dengan anak panah, pasukan Ravendra berusaha menahan pintu dari dalam benteng. Sedangkan Ravendra mencoba mengumpul anak panah yang tertancap ditanah. Kheta ji yang masih berusaha menahan pintu mengatakan kepada Ratan singh, kita pasti akan terbunuh tetapi sebelum itu saya ingin membunuh tentara Mughal." Ratan singh menjawab, "saya juga akan bergabung dengan Anda." Kheta ji mengatakan, "Tidak, Kau datanglah setelah saya, kau akan mendapatkan kesempatan menyerang mereka setelah saya menyerang duluan." Rana Kheeta segera pergi dari pintu, setelah meneriaki selogan untuk mereka. Sedangkan guru Ravendra dan Cakrapani, masih berusaha menyerang mereka dengan anak panah yang mereka miliki. Dengan semangat Cakrapani memberi selogan untuk mereka "Hidup Mewar." Suasana semakin memanas, Pasukan Ravendra yang sedikit harus siap menghadapi ribuan pasukan mughal. Rana Kheeta Ji sudah berdiri diatas benteng dengan sebuah pedang ditangannya, Rana kheeta segera meloncat keluar dari benteng, ia segera menyerang prajurit yang berusaha membuka pintu benteng mereka. Setelah berhasil membunuh prajurit tersebut, pemimpin mughal memberi perintah untuk menyerang Ranakheeta, kini ranakheeta akan menghadapi prajurit Mughal yang lebih banyak lagi, ia tampak dikepung dari segala arah. 

Dihutan, Hukum singh yang berada dilumpur berusaha meminta pertolongan. Namun tidak ada seorangpun yang menolongnya, hingga Hukum singh tenggelam dilumpur. Prajurit Mughal mulai menyerang Pratap, Pratap berusaha menyerang Balik pasukan mughal sendirian. 

Diperbatasan, Ranakheeta tampak bertarung sendirian melawan pasukan mughal. Saat ia berhasil membunuh banyak pasukan Mughal, tiba2 saja salah seorang prajurit melempar tanah pada mata Kheetaji. Dan Kheeta ji langsung diserang, hingga ia mulai mendapat sayatan pedang dari segala sisi. Sedangkan Pratap masih melawan Pasukan mughal sendirian dihutan. Begitupula dengan Rana Kheeta yang sudah terluka parah berusaha menangkis pedang musuhnya dengan tangan kosong. Darah mulai membanjiri tubuh rana kheeta ji. Hingga Rana kheeta ji mendapat tusukan dari belakang punggungnya, Dengan tertunduk lemah Rana kheeta tetap memberi semangat pada dirinya dan memberi selogan untuk mewar. 

Dihutan Pratap masih bertarung dengan seorang prajurit yang tampak kuat melawannya. Rana kheeta yang berdiri dipintu benteng, tampak menantang pasukan mughal agar melangkahinya, pemimpin mughal memberi perintah pada prajuritnya untuk melakukanya. Rana kheeta berusaha menahan serangan, hingga tubuhnya diserang berkali2 dengan balok kayu besar. Dari kejauhan jalal dan Bhairam khan tampak tersenyum melihatnya, dan akhirnya tubuh Rana Kheetaji terkulai lemah. Dari atas bukit, jalal mendapat informasi dari salah seorang prajuritnya bahwa Pratap sudah berhasil membunuh hukum singh dan ia juga membunuh pasukan mereka. Jalal dan Bhairam khan tampak geram mendengarnya.. Bhairam khan bertanya pada jalal dan Jalal mengatakan, "kita harus melawan mewar pada kesempatan ini." Bhairam khan menanyakan caranya dan Jalal mengatakan idenya bahwa , "Khan baba, kita akan berganti pakaian prajurit, kita akan menyamar sebagai prajurit Marwar dan kita akan menyerang mereka dan menunjukkan Raja Maldev ji sebagai pelakunya. maka Mewar akan marah pada Marwar. kemudian Marwar dan Mewar akan bertarung satu sama lain." Bhairam khan mengangguk menyetujui ide dari jalal. 

Sementara itu pasukan Mughal sudah hampir berhasil meruntuhkan pintu benteng, sedangkan prajurit mughal lainya, masih menyerang benteng dengan anak panah mereka. Guruji dan cakrapani juga menyerang balik dengan anak mereka. Pasukan Ravendra memberi semangat untuk mereka dan bersiap2 menghadapi pasukan mughal yang akan masuk kebentang mereka. Hingga pintu itu berhasil dibuka, mereka mulai menyerang satu sama lain. Suasana peperangan semakin memanas, sedangkan guru Ravendra dan cakrapani masih menyerang dengan anak panah mereka, saat itulah guruji melihat satu anak panah hendak melesat ke Cakrapani, guruji berusaha menghalanginya namun tbuh guruji terjatuh, sedangkan anak panah itu berhasil tertancap didada cakrapani. Tubuh cakrapani terjatuh ketanah, ia tampak menahan rasa sakitannya. Sedangkan guruji juga mengalami luka pada lengannya. Disisi lain, tampak pasukan Jalal menangkap beberapa pasukan musuhnya. Mereka tampak memohon2 pada jalal agar tidak membunuh mereka, namun jalal tidak mendengar permohonan mereka. Jalal memerintahkan pada prajuritnya untuk membunuh mereka, prajurit itupun mulai melaksanakan perintah jalal, perlahan prajurit jalal mengambil air yang mendidih dari dalam kuali panas, dan air mendidih itu ia tuangkan ke kepala prajurit musuh mereka. Bharam khan tampak ngeri melihat prajurit musuh mereka tewas satu persatu oleh air mendidih itu, sedangkan jalal hanya tersenyum santai menyaksikanya. 

Dibenteng Ratan singh tampak bertarung melawan pasukan mughal dengan dibantu beberapa pasukan Ravendra. Sedangkan guruji berusaha membantu cakrapani yang terluka parah didadanya, Guruji merangkul Cakrapani namun naasnya salah satu panah melayang kearah guruji dan berhasil tertancap diperut guruji. Cakrapani tampak panik melihat gurunya terluka. Disisi lain tampak Pratap hampir mencapai benteng. Cakrapani yang masih berada dipundak guruji, berusaha menanyakan kedaan gurunya. Sedangkan rana singh, benindas dan pasukan mereka masih berusaha melawan pasukan mughal, mereka tampak kewalahan melawan pasukan mughal yang semakin banyak, hingga benindas mendapat sayatan dileher dan perutnya, benindas jatuh ketanah tidak sadarkan diri. Sedangkan GUru ji langsung melepaskan anak panah itu dari perutnya, ia berusaha menggendong cakrapani ketempat yang lebih aman. 

Pratap masih berada diperjalanan menuju benteng. Sedangkan guruji kembali mendapat serangan, dan kini kakinya yang tertancap anak panah, cakrapani kembali berusaha menanyakan keadaan gurunya. Pasukan ravendra yang tersisa sedikit masih berusaha melawan pasukan mughal. Dan guriji yang sudah mengamankan Cakrapani di dalam gubuk, tampak sempoyongan hingga akhirnya guruji jatuh ketanah yang beralaskan jerami. Ratan singh yang masih berusaha melawan pasukan mughal juga mendapat luka sayatan, dan Ratan singh juga tewas dalam peperangan. Saat itulah Pratap sampai disana, Pratap terkejut melihat semua banyak yang tewas. Matanya tampak memerah melihat teman2nya sudah banyak yang tewas, Saat pratap melihat tubuh Anuj, Pratap teringat kenangannya bersama Anuj diwaktu ia masih belajar dulu. Pratap beralih ketubuh temannya Benindas yang ikut tewas dalam perang. Pratap segera meloncat dari kudanya, dan perlahan lahan mulai berajalan melihat situasi, saat itulah Pratap melihat Guru Ravendra sudah tidak sadarkan diri. Pratap segera menghampiri gurunya, dan meletkan kepala Guru Ravendra dipangkuannya. Pratap berusaha menyadarkan gurunya, namun tangan guruji terkulai lemah dengan darah yang membanjiri tangannya. Dengan mata yang berkaca kaca dan suaranya yang parau, Pratap berusaha memanggil manggil gurunya.SINOPSIS MAHAPUTRA episode 230
Bagikan :
Back To Top