SINOPSIS MAHAPUTRA 469 (13 Agustus 2015)

SINOPSIS MAHAPUTRA 469 (13 Agustus 2015) Di istana Udaipur, dikamar Raja Udai Singh, saat itu Raimal dan Ratu Bhatyani masih menemani Raja Udai Singh, Raimal berpura pura menunjukkan kasih sayangnya ke Pratap dengan mengatakan “Pangeran Pratap memang baik itulah mengapa dia pantas mendapatkan semua yang baik, sementara Jagmal itu bebeda, tidak seperti Pratap” ujar Raimal dengan wajah penuh dengan kepura puraan “Aku sadar kalau tidak ada seorangpun yang merawatnya” ujar Raja Udai Singh sambil terbaring lemah di tempat tidurnya “Ada banyak orang disini yang bisa melakukan hal itu atau mungkin kakak bisa membantunya dengan mengajarkan sesuatu pada Jagmal tentang sidang mungkin ?” ujar Ratu Bhatyani, Raimal menerima permintaan Ratu Bhatyani kemudian Ratu Bhatyani tidak membiarkan mereka ngobrol lebih banyak lagi dan segera memberikan isyarat agar kakaknya segera meninggalkan kamar karena saat ini waktunya Udai Singh untuk beristirahat, Raimal pun akhirnya meninggalkan mereka. Sepeninggal Raimal, Raja Udai Singh bertanya pada Ratu Bhatyani tentang Raimal “Raimal itu pamannya Jagmal, tentu saja Raimal sangat dekat dengan Jagmal” ujar Ratu Bhatyani. 

Istri termuda Raja Udai Singh sedang menangis dipangkuan Ratu Jaiwanta sambil mengutarakan keluh kesahnya tentang Raja Udai Singh dan Ratu Bhatyani “Aku sangat merindukanmu dan aku tidak pernah menjauh dari mereka, antara aku dan Ratu Bhatyani bagaikan dua kutub yang terpisah, aku tidak pernah bisa menanamkan cinta dalam pikiran Maharaja Udai Singh, aku ini tidak lebih seperti seorang pelayan dimatanya, aku pikir nasib seorang pelayan mungkin lebih baik dari pada aku, paling tidak dia bisa berharap menerima kata kata yang baik atau sebuah hadiah ketika dia telah melakukan sesuatu yang baik” ujar ratu muda itu sedih “Aku sebenarnya tidak mengharapkan apapun darinya” Ratu Jaiwanta mendengarkan dengan sabar semua keluh kesah ratu muda ini dan menyarankan agar dia tetap mengerjakan pekerjaan baiknya tanpa berharap suatu apapun “Kamu seharusnya merawat suamimu meskipun kamu tidak mendapatkan apa apa sebagai imbalannya, Maharaja Udai Singh pasti akan mengerti peranmu suatu hari nanti” ujar Ratu Jaiwanta “Apakah itu mungkin, akankah Ratu Bhatyani membiarkan itu semua terjadi ?” tanya ratu muda VB sedih “Tidak usah membandingkan sesuatu ataupun seseorang, Dewa Khrisna akan mengatur semuanya” ujar Ratu Jaiwanta sambil melirik kearah patung Khrisna dan Radha, ratu muda VB pun setuju untuk mematuhi kata kata Ratu Jaiwanta, kemudian mereka berdua saling berpelukan satu sama lain. 

Raimal sedang bermain catur seorang diri, dia telah bersiap hendak mengalahkan lawannya “Aku sudah menaburkan benih dalam pikiran Maharaja Udai Singh, dia akan segera di kuasai dan Pratap akan dikeluarkan dari permainan ini” anak buah Raimal yang menemaninya saat itu tersenyum senang begitu mendengar idenya “Pikirkan ketika kamu memulai permainan, memainkan sebuah gerakan, mengalahkan lawanmu dan menang ! Ini adalah sebuah kebisuan, bagaimana bisa kita berfikir mengumumkan diri kita sendiri sebagai juaranya tanpa mengetahui bagaimana kemampuan musuh kita !” Raimal merasa yakin kalau semua orang telah berada di kubunya kecuali Pratap, tepat pada saat itu Ratu Bhatyani mengantarkan Jagmal ke sana dengan kesal sambil mendorong Jagmal hingga Jagmal hampir saja terjungkal “Aku tahu apa yang akan terjadi antara paman dan keponakannya !” ujar Ratu Bhatyani, Raimal berusaha untuk menjelaskan sesuatu pada Ratu Bhatyani tapi Ratu Bhatyani malah menasehatinya untuk tetap pada batasannya “Tinggalah disini sebagai seorang tamu, kakak ,,, jangan lewati batasanmu” ujar Ratu Bhatyani kemudian berlalu dari sana, Raimal dan Jagmal tertegun melihat sikap Ratu Bhatyani 

Dikamar Raja Udai Singh, saat itu Pratap sedang memberikan minum air putih pada ayahnya, Udai Singh tahu kalau hari ini adalah hari terpenting untuk Pratap dimana dia akan mengatur semuanya sementara dia merawat ayahnya yang sedang sakit “Ayah, aku akan melakukan semuanya hanya untuk ayah” kemudian Pratap mengabarkan pada ayahnya apa yang telah dia siapkan untuk acara yang akan segera dilaksanakan nanti “Ketika mereka semua bergabung bersama sama maka aku yakin kemarahan mereka selama ini akan berubah menjadi sebuah persahabatan, aku memang bertujuan untuk menyatukan Rajputana juga, ayah ,,, dan hasilnya adalah untuk Ekling Ji (Dewa)” Raja Udai Singh tersenyum senang sambil menepuk nepuk bahu Pratap 

Di kamar Raimal, Jagmal sedang berbincang bincang dengan Raimal, Jagmal mengatakan kalau dirinya selalu ditegur dan diomeli oleh ibunya sendiri, Jagmal merasa kalau ibunya tidak menyayanginya “Dia melakukan ini semua hanya karena untuk Pratap ! Pratap memberikan aku perintah, dia ingin aku mengurus semua persiapan acara kompetisi menembak, kenapa harus aku ? Apakah aku ini pelayannya ? Aku seharusnya tidak menceritakan hal ini pada paman” Raimal malah menyarankan pada Jagmal untuk melakukan apa yang Pratap perintahkan “Aku akan mengembalikan pemikiran adikku pada tempatnya yang benar, kompetisi menembak ini adalah salah satu cara dimana Pratap ingin membicarakan tentang penyatuan Rajputana bukan ?” Jagmal mengangguk sambil menatap pamannya “Aku harus bisa menggagalkan rencanannya ini, keponakanku akan menjadi Maharaja ! Maharaja Jagmal !” Jagmal mulai mendengar semua orang bersorak sorai mengelu elukan namanya. 

Dikamar Raja Udai Singh, Pratap masih menemani ayahnya, Raja Udai Singh merasa penasaran “Siapa yang akan mengambil bagian dalam kompetisi nanti sebagai wakil dari kita ? Siapa dia ? Bagaimana kemampuannya ? Bagaimana kamu bisa begitu yakin bahwa hanya dia yang bisa memenangkannya ?” Pratap meyakinkan ayahnya bahwa dia tidak akan menyesal “Aku telah memilih orang yang terbaik dan aku yakin hanya dia yang akan menang, aku mohon ayah jangan paksa aku untuk mengatakan namanya” ujar Pratap, kemudian Pratap meminta restu ayahnya sebelum meninggalkan kamar ayahnya sambil mengatupkan kedua tangannya didepan dada, Raja Udai Singh memberikan restu padanya sambil berkata “Ekling Ji pasti akan merestui kamu !” tak lama kemudian Pratap meninggalkan kamar Udai Singh, sepeninggal Pratap, Raja Udai Singh berkata pada dirinya sendiri “Dewa Khrisna berkatilah anakku karena hari ini adalah hari yang terpenting untuknya untuk mewujudkan misinya sepanjang hidupnya sampai mati” 

Pratap memberikan instruksi pada para pelayannnya “Tamu tamu kita adalah tamu tamu yang sangat terhormat, kita tidak begitu tahu tentang mereka dengan baik tapi kita harus menyambut mereka dengan hati yang terbuka” ujar Pratap “Pratap, aku dan istrimu Ajabde telah membuat persiapan untuk penyambutan” ujar ratu muda VB “Jangan katakan hal itu dengan sangat meyakinkan, ibu ,,, jika terjadi sesuatu yang salah besok maka kita nanti yang akan disalahkan” ujar Ajabde “Tapi aku yakin dengan apa yang telah kamu lakukan, Ajabde ,,, kamu selalu bisa mengatur semuanya dengan baik” ujar Pratap yakin sambil memandang istrinya dengan tatapan mesra, Ajabde juga membalas tatapan Pratap, tak lama kemudian Amar Singh (anak Pratap dan Ajabde) menghampiri Pratap dan mengutarakan niatnya untuk ikut ambil bagian dalam kompetisi tersebut “Ayah, ketika seorang perempuan seperti Ratu Durgawati bisa ambil bagian dalam kompetisi ini maka kenapa aku tidak boleh ?” tanya Amar penasaran “Kita ini seringkali lupa untuk menulis tentang kemampuan seorang perempuan ketika menulis sebuah sejarah, dia itu juga tidak kalah beraninya seperti seorang ksatria yang lain, dia sendiri yang bisa mencegah pasukan Mughal di teluk dan tidak membiarkan mereka memasuki bentengnya, meskipun Akbar
ingin sekali bertemu dengan Ratu Durgawati” pada saat itu salah satu orang kepercayaan Pratap menemui mereka dan mengabarkan kalau itu semua tidak akan banyak membantu karena tamu tamu akan segera datang, tak lama kemudian seorang prajurit datang dan mengabarkan pada mereka kalau tamu tamu undangan telah datang, Pratap dan semua yang ada disana senang, kemudian mereka langsung menyambut tamu tamu tersebut. Para petinggi dewan berdoa semoga semua ketakutan yang menyelimuti mereka selama ini akan sirna semuanya.

Pratap dan keluarga kerajaan Udaipur seperti Ratu Bhatyani dan Ajabde ada disana menyambut tamu tamu yang datang memenuhi undangan mereka dengan penyambutan yang meriah dan setiap tamu yang datang satu per per satu disambutnya dengan penghormatan yang tinggi, Pratap mengenalkan mereka pada para petinggi Udaipur, Raja Bikaner memuji Pratap atas upayanya membuat kota baru Udaipur setelah apa yang terjadi pada Mewar, anak Raja Bikaner meminta ayahnya untuk tidak mengatakan hal itu karena bisa jadi Pratap tidak ingin mendengar tentang hal itu, namun Pratap malah berkata kalau hal itu adalah sesuatu yang tidak ingin dia lupakan sepanjang hidupnya, kemudian mereka diantar ke kamar mereka untuk beristirahat terlebih dulu, tamu berikutnya adalah Raja dari Amer Raja Bhagwan Das (kakak kandung Jodha), Raimal bertanya tentang pernikahan adik kandung Bhagwan Das yaitu Jodha yang menikah dengan Akbar karena sekarang mereka telah menjadi keluarga yang sangat terkenal di Rajput “Kamu tidak seharusnya mengejek aku seperti itu !” Bhagwan Das tidak suka dengan ucapan Raimal “Aku bahkan dengan bangga mengatakan kalau adik perempuanku itu sekarang hidup bahagia dengan suaminya, Yang Mulia Raja Akbar” ujar Bhagwan Das lalu menoleh kearah Pratap “Kamu bisa mengatakannya dengan blak blakkan, Pratap ,,, jika kamu tidak nyaman dengan hubunganku dengan Raja Akbar, pasukanku masih ada di luar dan siap untuk kembali ke Amer” Pratap hanya terdiam sambil memandang ke arah Bhagwan Das. .
Bagikan :
Back To Top