SINOPSIS MAHAPUTRA 468 (12 Agustus 2015)
Di istana Udaipur, guru Raughvendra meyakinkan Pratap bahwa seluruh wilayah Rajputana akan bersatu dalam waktu dekat dan Pratap akan menjadi Maharaja di Mewar, Pratap merasa heran “Guru Raughvendra, aku merasa heran kenapa semua orang menginginkan aku menjadi Raja ?” tanya Pratap “Bangsa Mewar ingin melihat kamu menjadi Raja mereka, impian harus menjadi kenyataan setelah sekian lama” tak lama kemudian seorang pelayan menghampiri mereka dan mengabarkan sebuah pesan ke Pratap, Pratap tersenyum setelah membaca pesan tersebut “Aku tahu itu pasti dari kepala komandan yang telah setuju untuk hadir dalam kompetisi nanti” tebak guru Raughvendra, Pratap menganggukkan kepalanya tepat pada saat itu seorang pengikut Pratap mengabarkan pada Guru Raughvendra untuk memberikan aahuti terakhir dalam pemujaan, guru Raughvendra menyuruh Pratap untuk mengecek persiapan kompetisi sementara dirinya akan menyelesaikan pemujaan pada Dewa Dewa.
Di ruang para ratu, para Ratu termasuk Ratu Bhatyani dan Ajabde sedang menunggu kedatangan Ratu Jaiwanta, setiap orang mengira kalau Maharani Jaiwanta tidak akan bergabung dengan mereka, tiba tiba seorang pelayan menemui mereka dan mengabarkan keadaan yang sama, Ratu Bhatyani akhirnya memutuskan untuk mengundang sendiri Ratu Jaiwanta. Pada saat itu Ratu Jaiwanta sedang mengadakan pemujaan di kamarnya sendiri ketika Ratu Bhatyani tiba dikamarnya “Kakak, aku telah mengundang kamu beberapa kali sebelumnya tapi kamu selalu saja tidak mau bergabung dengan kami untuk mengadakan perayaan Bhoj” Ratu Jaiwanta segera menghentikan pemujaannya dan berkata “Aku telah berhenti berpartisipasi dalam semua perayaan seperti itu, pemujaan dan ibadah adalah yang terpenting buatku sekarang”, “Aku tahu kalau kakak tidak akan datang karena akulah yang mengatur segala persiapan perayaan Bhoj ini, kakak pasti mengira kalau aku masih sama seperti dulu, kakak tidak mempercayai aku atau apapun pekerjaan yang aku lakukan, aku telah berusaha sebanyak mungkin seperti yang aku inginkan untuk merubah diriku sendiri tapi kakak tetap saja tidak percaya padaku” Ratu Bhatyani sedih dan tak terasa pipinya basah oleh airmata “Aku telah meninggalkan semua perasaan emosi seperti itu jauh jauh kebelakang, adikku” ujar Jaiwanta dengan senyum tipisnya “Aku juga telah berubah, kakak ,,, aku selalu berdoa untuk kesehatan Pratap setiap hari” ujar Bhatyani sedih “Aku tahu segalanya disini, sampai saat ini Pratap masih hidup, bagaimanapun juga kamu dan anakmu pangeran Jagmal tidak akan bisa mengusai Udaipur”, “Apakah ini pendapatmu tentang aku, kak ?’ Ratu Bhatyani semakin sedih “Saat ini aku hanya fokus pada Dewa Khrisna saja, aku tidak mempunyai banyak waktu untuk memikirkan semua hal seperti itu ataupun memikirkan kamu” ujar Jaiwanta tegas “Kalau begitu kita seharusnya sama saja seperti dulu maka aku tidak akan memanggil kamu, kakak ,,, kamu masih saja sainganku” ujar Ratu Bhatyani, sementara itu Ratu Jaiwanta tetap pada pandangannya semula, sedangkan Ratu Bhatyani berharap suatu hari nanti dia bisa merubah pendapat Jaiwanta tentang dirinya sesegera mungkin.
Setelah acara pemujaan, Chakrapani mulai membaca ramalan tentang Udaipur, Chakrapani sangat terkejut ketika membaca ramalan tersebut yang menyatakan bahwa Maharaja Udai Singh tidak lama lagi akan meninggal dunia dan raja selanjutnya bukanlah Pratap, ada orang lain yang akan menggantikan Udai Singh, guru Raughvendra penasaraan melihat tingkah Chakrapani.
Sementara itu Ratu Bhatyani sedang berjalan jalan di koridor istana, kata kata Ratu Jaiwanta menghantui pikirannya, tiba tiba Jagmal (anak kandung Ratu Bhatyani) berjalan sempoyongan ke arah Ratu Bhatyani, Jagmal saat itu sedang mabuk dan hampir jatuh “Tidak penting apa yang kamu lakukan atau siapa yang mendukungmu !” ujar Jagmal dengan suara keras “Jagmal, jangan keras keras !” Jagmal menolak permintaan ibunya untuk berbicara dengan suara yang rendah “Aku hanya ingin menjadi Maharaja di kota ini, ibu !” Jagmal kemudian terjatuh dan pingsan di pangkuan Ratu Bhatyani yang memegang anaknya itu, Ratu Bhatyani hanya bisa menangis melihat tingkah anaknya itu.
Di tempat pemujaan Chakrapani masih berbincang bincang dengan guru Raughvendra “Jika Pratap tidak menjadi raja Udaipur berikutnya maka siapa yang akan menjadi raja ? Aku tidak melihat ada orang lain yang bisa menjadi raja dalam sejarah kita selain Maharaja Udai Singh dan pangeran Pratap, mengapa Dewa memainkan permainan yang kejam seperti ini terhadap kita ?” ujar Chakrapani geram, tepat pada saat itu Pratap menemui mereka berdua “Apa yang sedang kalian bicarakan ?” Chakrapani langsung melemparkan surat yang ada ramalannya tadi ke dalam api, Pratap bisa melihat ada ketegangan di wajah mereka berdua “Apakah ada yang salah ? Apa yang kalian sembunyikan dari aku ?” Pratap sangat penasaran dengan pembicaraan mereka “Pratap, Chakrapani baru saja menerima sebuah pesan dari istrinya kalau dia akan sedikit terlambat datang ke Udaipur karena kakaknya sedang melangsungkan pernikahan, Chakrapani marah dan membakar suratnya” guru Raughvendra mencoba mengalihkan pembicaraan agar Pratap tidak ikutan tegang, Pratap menyuruh Chakrapani beristirahat dan pulang kerumahnya terlebih dahulu, Chakrapani menolak “Aku tidak bisa pergi, Pratap ,,, apalagi di saat saat yang penting seperti ini, aku akan pulang setelah acara kompetisi berakhir” ujar Chakrapani, Pratap menyetujuinya “Aku ingin pangeran Jagmal mengurus acara kompetisi ini dan persiapannya, aku tahu kalau dia belum pernah melakukan hal hal yang penting sejauh ini tapi bagaimana dia bisa mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan pada kita jika aku tidak membiarkan dia melakukan hal itu ?” Chakrapani dan guru Raughvendra hanya bisa diam mendengarkan ucapan Pratap “Aku ingin setiap orang meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka, hal itu akan membantu orang orang kita lebih baik lagi, aku minta tolong bagikan surat surat yang masih tersisa ke kerajaan kerajaan tetangga” ujar Pratap kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua. Sepeninggal Pratap, guru Raughvendra berkata “Chakrapani, aku tidak percaya dengan ramalan itu, aku hanya tahu dan yakin kalau tidak ada yang bisa menjadi Raja Udaipur yang lebih bagus selain Pratap ! Aku akan tetap pada ideologiku ini sampai Pratap berhasil dalam misinya menyatukan seluruh Rajputana !”
Sementara itu Ratu Bhatyani sedang berjalan jalan di koridor istana, kata kata Ratu Jaiwanta menghantui pikirannya, tiba tiba Jagmal (anak kandung Ratu Bhatyani) berjalan sempoyongan ke arah Ratu Bhatyani, Jagmal saat itu sedang mabuk dan hampir jatuh “Tidak penting apa yang kamu lakukan atau siapa yang mendukungmu !” ujar Jagmal dengan suara keras “Jagmal, jangan keras keras !” Jagmal menolak permintaan ibunya untuk berbicara dengan suara yang rendah “Aku hanya ingin menjadi Maharaja di kota ini, ibu !” Jagmal kemudian terjatuh dan pingsan di pangkuan Ratu Bhatyani yang memegang anaknya itu, Ratu Bhatyani hanya bisa menangis melihat tingkah anaknya itu.
Di tempat pemujaan Chakrapani masih berbincang bincang dengan guru Raughvendra “Jika Pratap tidak menjadi raja Udaipur berikutnya maka siapa yang akan menjadi raja ? Aku tidak melihat ada orang lain yang bisa menjadi raja dalam sejarah kita selain Maharaja Udai Singh dan pangeran Pratap, mengapa Dewa memainkan permainan yang kejam seperti ini terhadap kita ?” ujar Chakrapani geram, tepat pada saat itu Pratap menemui mereka berdua “Apa yang sedang kalian bicarakan ?” Chakrapani langsung melemparkan surat yang ada ramalannya tadi ke dalam api, Pratap bisa melihat ada ketegangan di wajah mereka berdua “Apakah ada yang salah ? Apa yang kalian sembunyikan dari aku ?” Pratap sangat penasaran dengan pembicaraan mereka “Pratap, Chakrapani baru saja menerima sebuah pesan dari istrinya kalau dia akan sedikit terlambat datang ke Udaipur karena kakaknya sedang melangsungkan pernikahan, Chakrapani marah dan membakar suratnya” guru Raughvendra mencoba mengalihkan pembicaraan agar Pratap tidak ikutan tegang, Pratap menyuruh Chakrapani beristirahat dan pulang kerumahnya terlebih dahulu, Chakrapani menolak “Aku tidak bisa pergi, Pratap ,,, apalagi di saat saat yang penting seperti ini, aku akan pulang setelah acara kompetisi berakhir” ujar Chakrapani, Pratap menyetujuinya “Aku ingin pangeran Jagmal mengurus acara kompetisi ini dan persiapannya, aku tahu kalau dia belum pernah melakukan hal hal yang penting sejauh ini tapi bagaimana dia bisa mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan pada kita jika aku tidak membiarkan dia melakukan hal itu ?” Chakrapani dan guru Raughvendra hanya bisa diam mendengarkan ucapan Pratap “Aku ingin setiap orang meningkatkan kemampuan dan keahlian mereka, hal itu akan membantu orang orang kita lebih baik lagi, aku minta tolong bagikan surat surat yang masih tersisa ke kerajaan kerajaan tetangga” ujar Pratap kemudian berlalu meninggalkan mereka berdua. Sepeninggal Pratap, guru Raughvendra berkata “Chakrapani, aku tidak percaya dengan ramalan itu, aku hanya tahu dan yakin kalau tidak ada yang bisa menjadi Raja Udaipur yang lebih bagus selain Pratap ! Aku akan tetap pada ideologiku ini sampai Pratap berhasil dalam misinya menyatukan seluruh Rajputana !”
Maharaja Udai Singh sedang tidur di kamarnya, salah seorang putri raja menawarinya minum air putih namun Ratu Bhatyani yang saat itu sedang menemaninya, menyuruhnya untuk memberikan air tersebut ke dalam gelas tembaga, kemudian gadis itu keluar dari kamar Udai Singh “Kami harus merawat kesehatanmu, Maharaja” Maharaja Udai Singh bisa melihat kekecewaan di wajah istri tercintanya ini, kemudian Ratu Bhatyani menceritakan pada Udai Singh kalau dirinya telah mengatur acara Bahubhoj tapi Ratu Jaiwanta tidak mau menghadiri acara itu “Kamu seharusnya tidak usah berharap banyak kalau Maharani Jaiwanta mau menghadari acara seperti itu karena dia telah mendedikasikan dirinya sepenuhnya untuk Dewa, kita harus mengubah pemikiran kita mengenai dirinya” ujar Udai Singh sambil terbaring dikamarnya “Aku pernah merasa sedikit terkejut ketika dia tidak datang ke kamarku tapi kemudian aku sudah terbiasa dengan hal itu, aku menyadari kalau Dewa Khrisna telah menjadi prioritas utamanya saat ini” tepat pada saat itu Raimal (kakak Ratu Bhatyani) menemui mereka, Raimal memberikan salam “Maharaja Udai Singh, siapa yang akan mengatur kerajaan kalau kamu jatuh sakit seperti ini ?” ujar Raimal dengan sikap pura pura sedih, Udai Singh menghela nafas panjang dan berkata “Ada Pratap, Pratap yang akan mengurusnya, tidak ada yang akan terjadi selama dia ada disini” ujar Udai Singh bangga, Ratu Bhatyani juga mengatakan hal yang sama seperti Udai Singh yaitu mempercayakan semuanya pada Pratap.
Di sebuah ruangan, Jagmal sedang duduk di ayunan besar sambil meminum arak dan menikmati tarian dua penari yang menghibur dirinya, Jagmal sangat menikmatinya, kemudian Jagmal meminta kedua penari ini untuk menunjukkan padanya sesuatu yang berbeda yang bisa membuatnya senang namun tepat pada saat itu ada seseorang yang menghentikan tarian kedua penari ini “Kenapa kamu begitu tegang melihat aku ?” tanya Jagmal dengan nada tidak sopan karena ternyata orang itu adalah guru Rauhgvendra, para penari itupun segera berlalu meninggalkan mereka “Aku sangat sedih melihat kamu yang membuang buang waktu percuma, sementara disini ada banyak hal yang bisa kamu lakukan untuk menyambut acara yang akan berlangsung” ujar guru Raughvendra “Kamu lupa guru Raughvendra kalau tugasku adalah mengatur tarian dan kesenian di kerajaan kita ini, aku melakukannya dengan sangat hebat !”, “Saat ini aku akan memberikan kamu tugas untuk mengatur acara kompetisi menembak !” ujar guru Raughvendra dengan tatapan matanya yang ketus “Aku tahu kalau kamu ingin agar aku mengikuti semua yang kak Pratap katakan, iya kan ? Aku ini bukan pelayannya !” ujar Jagmal sengit “Kamu seharusnya mengikuti proses berfikir bukan hanya apa yang kamu inginkan akan tetapi kamu harus mematuhi apapun yang kakakmu katakan karena bagaimanapun juga kamu adalah masa depan Maharaja Udai Singh untuk Mewar !” dalam hati Jagmal berkata “Pratap harus mengikuti semua perintahku nanti !”