SINOPSIS MAHAPUTRA episode 7 (5 Juni 2013) Di tenda Shams Khan, Shams Khan merasa khawatir tentang anak buahnya yang bertemu dengan Devidas “Ini benar benar tidak lucu !” bentak Shams Khan sambil menampar salah satu prajuritnya “Aku benar benar marah ketika dia tidak menarik !” bentak Shams Khan lantang, tak lama kemudian salah prajuritnya menemuinya dan mengabarkan sesuatu “Yang Mulia, Maharaja Rana Udai Singh telah membunuh Devidas, itu semua karena pangeran Pratap mengetahui kalau Devidas bekerja untuk kita kemudian dia menceritakan hal ini pada ayahnya” Shams Khan sangat terkejut dan semakin marah “Devidas tewas karena pangeran Pratap ! Dan para prajuritku juga menghilang atau mungkin juga mati ! Kalau begitu aku ingin keduanya Udai Singh dan Pratap juga dibunuh !” ujar Shams Khan geram
Di istana Mewar, Pratap sedang membasuh mukanya sambil memikirkan tentang Devidas, bagaimana Devidas telah baik padanya tapi dia telah menginformasikan rahasia istana kepada Shams Khan, Pratap juga memikirkan ketika Devidas dibunuh, Pratap tidak bisa melihat apa yang terjadi ketika Devidas dibunuh, tak lama kemudian Maharani memasuki kamarnya dan memberikan sebuah kain untuk mengelap mukanya “Ibu melihat ada kebanggaan padamu di mata ayahmu, nak”, “Aku merasa melalui apa yang aku lihat, Devidas itu menyayangi aku, ibu” Maharani tersenyum “Apapun yang kamu lakukan hari ini, itu akan membuat seorang Raja yang biasa akan menjadi Raja yang luar biasa, setelah mengetahui semua ini, kamu seharusnya hanya berfikir tentang Mewar, tentang Gita dan apa yang tertulis didalamnya” Pratap mendengarkan ucapan ibunya dengan seksama “Kamu harus bertarung untuk semua orang, untuk Mewar, itu adalah tugasmu dan identitas dirimu” ujar Maharani
Malam itu, Maharaja Rana Udai Singh sedang berkerja bersama para menterinya menyiapkan bahan makanan, salah satu menterinya mengatakan bahwa mereka telah menyimpan banyak makanan tak lama kemudian salah seorang prajuritnya menemuinya “Maharaja, Shams Khan datang ingin menemui anda” Maharaja Udai menyuruh para menterinya untuk berhenti bekerja, semua orang segera menghentikan pekerjaan mereka masing masing dan tak berapa lama Shams Khan memasuki istana Udai Singh bersama dengan para pengawalnya “Selamat datang Baginda Raja Shams Khan, mengapa kamu tidak mengabarkan kalau kamu mau datang ke istanaku ini ?” sambut Udai dingin “Apa yang akan kamu lakukan untuk menyambut aku, Maharaja ? Jika aku mengatakan padamu bahwa aku akan datang, kalau begitu aku akan kembali lagi dan mengabarkan padamu bahwa aku akan datang lalu aku datang” Maharaja tersenyum mendengar ucapan Shams Khan “Apa alasanmu datang ke istanaku ini ?”, “Dua pengawalku telah menghilang di hutan” ujar Shams Khan “Jika mereka menghilang di hutan, mintalah pada mereka untuk tidak pergi ke hutan” ujar Udai santai, sementara Shams Khan tertawa terbahak bahak seraya berkata “Itu sebuah ide yang bagus !” ujar Shams Khan sambil melihat sebuah gerobak yang berisi karung “Apa itu yang ada di dalam karung ?” tanya Shams Khan penuh selidik “Ini adalah makanan untuk binatang” Shams Khan kembali tertawa terbahak bahak lagi begitu mendengar jawaban Udai Singh dan langsung menebas karung itu dengan pedangnya sendiri hingga bulir bulir padi keluar dari karung “Apakah itu makanan untuk binatang atau kamu menyimpan makanan untuk dirimu sendiri ? Tapi mengapa ? Apakah kamu juga ingin mengambil makanan dari kami atau disini sedang ada pesta ?” ujar Shams Khan lantang, Udai Singh hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Shams Khan ”Jika kamu mendapat kabar tentang pengawalku, tolong beri tahu aku” ujar Shams Khan kemudian berlalu meninggalkan istana Udai Singh, sepeninggal Shams Khan, salah menteri Udai Singh menghampirinya dan Udai Singh berkata “Dia datang untuk mencari tahu tentang pengawalnya yang telah hilang” ujarnya
Di kamar Maharani Jayanti, Pratap mengunjungi ibunya “Ibu sedang melakukan apa ?” saat itu ibunya sedang membuat sebuah kerajinan tangan “Pangeran Pratap, kenapa kamu tidak tidur ?” Pratap tersenyum “Maharaja sedang mempersiapkan diri untuk perang dan ibu terlihat khawatir, mengapa situasi di sekitar kita penuh dengan ketakutan, ini tidak baik, ibu” Maharani tersenyum lalu menyuruh anaknya untuk berbaring di pangkuannya “Kadang kadang merasakan ketakutan itu ada baiknya, nak ... karena hal itu memperingati kita” Maharani mencoba menjelaskan hal itu pada Pratap sambil membelai rambut Pratap lembut, Pratap mendengarkan penjelasan ibunya dengan seksama sambil berbaring di pangkuan ibunya “Pratap, kamu harus percaya pada dirimu sendiri, bahwa kamu tidak mempunyai rasa takut pada kematian, kamu juga harus percaya pada ayahmu” ujar Maharani masih sambil membelai rambut Pratap “Jika mereka mati ?” sela Pratap “Jika begitu, mereka akan menjadi Amar (pahlawan) dalam pikiran kita dan dalam sejarah kita, perang ini bukan milikmu, nak ,,, ini adalah perang ayahmu, bila tiba saatnya nanti kamu akan bertarung, kamu akan melihat dan mengerti tentang semua ini, ingat tanpa ketegangan apapun !” ujar Maharani “Lalu mengapa ibu masih merasa khawatir ? Apakah ini perang ibu juga ?” tanya Pratap polos
Maharaja Rana Udai Singh dan para menterinya sedang melakukan pertemuan rahasia untuk membahas masalah perang dengan cara menyamar, mereka memberikan salam pada Maharaja ketika Maharaja datang dengan kudanya sambil menutupi wajahnya dengan cadar “Apakah ada seseorang yang tahu kamu kesini ? Aku memanggil kalian kesini untuk mendiskusikan sesuatu, Shams Khan ingin tahu tentang peperangan ini dan itu telah berakhir, tetangga tetangga kita Rajyas, Gwalior, Malwa dan Jaisalmer telah memberikan dukungannya pada kita !” ujar Udai Singh penuh semangat “Maharaja, mereka telah mengirimkan pesan bahwa mereka siap membantu kita tapi itu akan memakan waktu cukup lama” ujar salah satu menterinya “Jika Shams Khan menyerang kita sebelum mereka datang, kita tidak akan lari ! Kita harus menghadapinya dan perang sudah ditentukan ! Jika mereka mempunyai senjata, kita mempunyai keberanian, kita akan benar benar bertarung ! Jika memang diperlukan untuk muncul keluar, kita siap untuk mati !” ujar Udai Singh, kemudian Udai Singh menyuruh para menterinya untuk meninggalkan tempat itu seaman mungkin “Sekarang kita tidak akan bertemu lagi” Udai Singh kemudian membuat sebuah rencana “Sekarang kita akan bertemu di medan perang !” orang orang kepercayaan Udai Singh segera meninggalkan tempat tersebut, sementara salah satu menteri kepercayaannya menghampiri Udai Singh “Mewar adalah tanggungjawabmu, Maharaja ,,, aku ingin mengingatkan padamu ketika kita pergi ke medan perang itulah pertarungan kita yang terakhir” Udai Singh mendengarkan ucapan menterinya “Maharaja, lebih baik kamu tidak ikut dalam pertarungan ini karena jika terjadi sesuatu padamu, siapa nanti yang akan mengurusi Mewar” ujar menteri itu lagi “Seperti yang kamu katakan, anakku akan siap mengurusi hal ini” ujar Udai Singh “Tapi dia itu masih muda, Maharaja”, “Kamu ada disana bersamanya dan apapun yang terjadi sekarang, Mewar akan merdeka !” ujar Maharaja kemudian meninggalkan tempat tersebut dengan kudanya
Di tenda Shams Khan, Shams Khan melihat para prajuritnya sedang tertidur dan mereka langsung terbangun begitu melihat Shams Khan “Kalian semua tertidur pulas !” para prajuritnya hendak bangun tapi Shams Khan menyuruhnya duduk “Duduk lah saja tidak usah berdiri !” ujar Shams Khan sambil duduk di tengah tengah mereka “Sekarang aku akan bertanya pada kalian apakah ada seseorang diantara kalian yang mendengar aku datang kesini atau karena melihat obor api yang aku bawa ini ?“ mereka menggelengkan kepala sambil berkata tidak ada satupun yang mendengar “Udai Singh telah membuat rencana untuk membunuh kita semua ! Kita harus menyerangnya kembali ! Kita juga akan mempersiapkan diri untuk berperang ! Dan sekarang itu baru namanya menarik !” ujar Shams Khan