SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 2 episode 848 “RUHI MEMILIH NIDDHI” by. Sally Diandra

SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 2 episode 848 “RUHI MEMILIH NIDDHI” by. Sally Diandra Saat itu Niddhi bertanya ke Ruhi “Ruhi, apakah kamu sudah mengambil keputusan ?” nyonya Bhalla langsung memarahi Niddhi dan menyuruhnya pergi, tepat pada saat itu bu hakim masuk ke dalam rumah keluarga Bhalla, semua orang jadi merasa khawatir “Ruhi, bagaimana keadaanmu ? Aku datang kesini untuk menemui Ruhi, waktu 30 hari yang aku berikan sudah hampir berakhir, hanya tinggal dua hari lagi, jadi tidak boleh ada seorangpun yang mengambil keputusan dbawah tekanan” semua orang hanya terdiam mendengar penuturan bu hakim 

“Ruhi, kamu tahu apa yang kamu inginkan dengan tinggal bersama keluarga ini, katakan padaku apa keputusanmu karena formalitasnya membutuhkan beberapa waktu” Ruhi mulai berfikir dan berkata “Aku telah membuat keputusan, aku akan kembali tinggal bersama nyonya Niddhi” semua orang kaget, sedangkan Niddhi tersenyum senang 

“Apakah kamu yakin, Ruhi ?” Ruhi mengangguk mengiyakan ucapannya “Aku benar benar minta maaf, aku merasa tidak berdaya menerima keputusan ini” Ishita menyela ucapan bu Hakim “Bu hakim, kamu tahu kan kalau dia itu masih muda, jangan dengarkan ucapannya, dia masih anak anak”, “Aku bisa mengerti, tapi keputusannya telah dibuat sekarang, kamu harus bisa bekerja sama, dokter Ishita” ujar bu hakim yang kemudian berlalu dari sana, Ishita langsung mengajak Ruhi bicara 

“Ruhi, kita ini sudah bersatu, kamu adalah bagian dari keluarga ini, bagaimana bisa kamu mau pergi lagi ?”, “Iyaa Ruhi, katakan pada ayah kalau ini adalah lelucon belaka” sela Raman “Ruhi, bagaimana bisa kamu mau memberikan kesedihan lagi pada kami” sahut nyonya Bhalla, seluruh anggota keluarga menangis, Niddhi langsung berteriak “Sudah hentikan drama omong kosong ini ! Ruhi sudah memutuskan kalau dia mau tinggal bersamaku, tidak perlu menangis lagi sekarang !” bentak Niddhi 

“Kamu yang seharusnya menghentikan omong kosongmu ini ! Ada apa, Ruhi ? Katakan pada kami, kamu ingin melihat kami semua bersama kan ? Lihat kami sudah bersatu sekarang, lalu kenapa kamu mau meninggalkan kami ? Aku mohon jangan pergi, Ruhi” ujar nyonya Bhalla sedih “Kalian semua memang sudah bersatu sekarang, seperti layaknya sebuah keluarga ketika aku diberikan ke nyonya Niddhi, tapi semuanya berubah disini, tidak sama seperti dulu” semua orang terdiam 

“Aku telah mengalami begitu banyak penderitaan selama 7 tahun, apakah kalian pikir semua itu bisa berubah hanya dalam waktu sebulan ? Saat ini aku tidak bisa mempercayai ayah dan ibuku lagi, aku tidak akan pernah mempercayai mereka, aku pasti akan merindukan kalian semua” Amma menyela “Kami semua menyayangi kamu, Ruhi”, “Aku tahu, tapi tidak ada seorangpun yang bisa memberikan garansi apa yang terjadi 7 tahun yang lalu tidak akan terjadi lagi, kalau mereka memberikan aku ke nyonya Niddhi lagi, lebih baik aku sendiri saja, aku tidak membutuhkan kalian semua” nyonya Bhalla kembali menyela ucapan Ruhi 

“Ruhi, apakah kamu sudah tidak percaya lagi pada kami dan hanya percaya pada Niddhi saja ?”, “Tidak,nenek ,,, aku juga sebenarnya membenci nyonya Niddhi, dia itu sangat jahat dan selalu menyiksa aku, tapi paling tidak aku tahu apa yang bisa aku harapkan darinya, aku tidak tahu apa yang harus aku harapkan dari kalian semua” Niddhi menyela 

“Ruhi, sudahlah tidak ada gunanya menjelaskan pada mereka, lebih baik kemasi barang barangmu dan ikutlah denganku !”, “Tidak hari ini, nyonya Niddhi ,,, aku mau menghabiskan waktuku bersama Pihu dulu, aku tidak tahu apakah kami bisa bertemu lagi atau tidak” sahut Ruhi ketus “Baiklah, aku akan mengambil parsport kita dari kantor polisi dan menyelesaikan formalitas lainnya, bersiap siaplah” Ruhi mengangguk mengiyakan permintaan Niddhi, kemudian Niddhi berlalu dari sana 

Tak lama kemudian Romi, tuan Bhalla datang sambil membawakan manisan, Pihu juga baru pulang dari sekolah, Raman langsung melempar manisan itu dan bergegas menuju ke kamarnya, semua orang hanya bisa menangis, Shagun segera membawa Pihu bersamanya “Mama, kenapa ayah sangat marah tadui ? Apa yang terjadi padanya ?”, “Ayah marah karea dia telah kehilangan barangnya yang paling berharga, jadi saat ini ayah sedang sangat kecewa” Shagun mencoba menjelaskannya ke Pihu “Kalau begitu kita akan mencari sebuah boneka untuk ayah juga” ujar Pihu polos 

Di kamar, Raman sedang memecahkan cermin riasnya dan melempar semua benda benda yang ada dikamarnya, Raman kemudian menangis, Ishita juga menangis melihat kondisi Raman yang seperti itu dan memintanya untuk mengendalikan emosinya, tiba tiba Raman mencekik leher Ishita dan berteriak “Ini semua karena kamu ! Putriku akan pergi lagi ! Aku kira semuanya akan kembali membaik, putriku akan pergi hari ini dan kamu juga harus pergi besok ! Aku akan sendirian lagi !” ujar Raman sambil menghantam sesuatu lalu menangis, Ishita juga menangis dan memeluknya, Shagun melihat kebersamaan mereka yang menangis bersama “Aku harus melakukan sesuatu, aku harus bisa menemukan bonekanya Raman” gumam Shagun sambil menangis dan pergi dari sana 

Shagun lalu memberitahu Pihu untuk menghentikan kepergian Ruhi “Aku tahu kalau kak Ruhi adalah bonekanya ayah” ujar Pihu dan bergegas menemui Ruhi dan memintanya untuk jangan pergi meninggalkannya “Aku harus pergi, Pihu”, “Tapi bibi manager itu sangat jahat dan kami semua ada disini” ujar Pihu polos “Kamu juga ada disini, aku sebenarnya tidak ingin meninggalkan kamu tapi aku harus pergi, aku akan selalu mengenang dirimu”, “Kak Ruhi, jangan pergi !” pinta Pihu memelas 

“Aku tinggal disini hanya demi kamu, jadi aku harus pulang sekarang” saat itu rupanya Shagun mendengar pembicaraan mereka “Pihu, kehidupanku dan pekerjaanku berada disana, jadi aku harus pulang kesana”, “Aku tahu kalau kamu pasti akan melupakan aku” Ruhi menangis mendengar ucapan Pihu lalu memeluknya erat “Aku tinggal disini hanya demi kamu, aku pasti akan sangat merindukan kamu, Pihu” Shagun yang menguping pembicaraan mereka juga ikut menangis 

Ruhi dan Pihu sedang duduk di ruang makan untuk menikmati makanan mereka, Pihu meminta Ruhi untuk memakan semua sayurannya yang di ambil “Anak anak itu harus memakan semua sayuran, diluar sana banyak orang yang tidur kelaparan karena mereka tidak punya sesuatu untuk di makan, sedangkan kita malah membuang buang makanan” Mihika menyela pembicaraan mereka “Ruhi, apakah kamu tidak mematikan pemanas airnya ?”, “Ooh maaf, aku lupa” Romi ikut nimbrung 

“Kipas anginnya juga menyala terus, siapa nanti yang akan membayar tagihan listriknya ?” Pihu langsung menyela “Paman, bibi ,,, jangan memarahi kak Ruhi !”, “Pihu, kalau kita menyayanginya, apakah kita tidak boleh memarahinya ? Kita kan tidak tahu kapan kita bisa menyayangi kak Ruhimu ini dan memarahinya lagi” sela nyonya Bhalla, lalu nyonya Bhalla bertanya ke Neelu tentang Ishita “Nyonya Ishita tidak ada dirumah sejak tadi, nyonya” sahut Neelu 

Aaliya memamerkan makanan buatannya ke Adi dan memintanya untuk mencicipi makanan itu, saat itu Adi sedang marah dan sakit hati, Adi meminta Aaliya untuk pergi meninggalkannya “Memangnya ada apa, Adi ?”, “Ruhi akan pergi lagi bersama Niddhi dan ibu Ishi akan pergi sama kamu, itulah mengapa kamu datang kesini untuk mengejekku kan ?” saat itu Mihir datang kesana, Adi lalu memeluk Mihir sambil menangis 

“Paman, aku tidak ingin siapapun pergi jauh lagi dari sini, aku mohon hentikan kepergian Ruhi dan ibu Ishi, aku mohon cobalah sekali saja” Mihir berusaha menghibur Adi “Aku hanya ingin tinggal bersama seluruh keluargaku, paman” sahut Adi, Mihir lalu meminta maaf pada Aaliya “Saat ini perasaan Adi sedang terluka, jadi dia bersikap demikian”, “Tidak apa apa, aku bisa mengerti” Mihir lalu membawa Adi bersamanya 

Sementara itu Ishita sedang meminta pada bu hakim untuk menolongnya dan menghentikan kepergian Ruhi “Aku bisa mengerti permasalahanmu, dokter Ishita ,,, tapi Ruhi sudah mengambil keputusannya sendiri”, “Bu hakim, kami sudah berusaha sebaik mungkin, semaksimal mungkin, tapi tetap saja Ruhi tidak setuju, kami benar benar sudah melakukan yang terbaik” ujar Ishita sedih “Mungkin Ruhi harus belajar beberapa pelajaran kehidupan”, “Selama ini aku merasa hidup dalam perasaan bersalah karena putriku telah meninggal karena aku, tapi ternyata seama ini dia hidup bersama Niddhi seperti di neraka, aku tidak bisa membiarkan hal ini terjadi, aku minta tunda tanggal batas akhirnya” bu hakim langsung menggeleng 

“Tidak bisa, dokter Ishita ,,, aku tidak bisa melanggar hukum, aku minta maaf”, “Kalau begitu berikan aku saran yang berdasarkan hukum yang berlaku, aku tidak bisa membiarkan Ruhi pergi begitu saja, bu hakim” Ishita benar benar merasa tidak berdaya “Ada beberapa ketentuan untuk menunda keputusan ini, harus ada sebuah alasan yang kuat, seperti adanya masalah di keluargamu atau ada seseorang yang sakit kritis di keluargamu, dengan begitu kita bisa menunda keputusan pengadilan, kalau tidak seperti itu maka kita tidak bisa melakukan hal ini” saran bu hakim 

Ishita sedang berada di rumah Amma, Ishita nampak sangat khawatir, rupanya Raman menelfonnya, namun Ishita tidak menggubrisnya, Amma dan Appa meminta Ishita untuk mengangkat telfon dari Raman “Dia itu tidak punya bayangan untuk memikirkan sesuatu, jadi harus aku yang memikirkannya ,,, Ibu, lakukanlah sesuatu, kita tidak punya waktu lagi ,,, ayah, kapan ayah akan bicara dengan hakim yang lain ?” Ishita benar benar cemas dan setres, Appa dan Amma meminta Ishita untuk tenang dan sabar 

“Bu hakim bilang padaku kalau ada sesuatu yang terjadi padaku, kalau ada persoalan medis yang gawat dan darurat, ini adalah satu satunya cara yang benar yang bisa kita lakukan”, “Ishu, jangan bilang seperti itu” sela Amma “Dengan begitu Ruhi akan tinggal disini, jadi harus ada sesuatu yang terjadi padaku, ibu” Raman mendengar pembicaraan Ishita dan menyela “Apa kamu sudah gila ? Aku akan menamparmu kalau kamu mengatakan omong kosong ini lagi, biasanya aku yang melakukan kegilaan ini dan biasanya kamu yang menghentikan aku ! Ruhi dan kamu tidak akan pergi kemana mana” Raman langsung memegang tangan Ishita dan mencoba menghiburnya SINOPSIS MOHABBATEIN SEASON 2 episode 849  by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top