SINOPSIS ASHOKA episode 336 by. Kusuma Rasmana Di Awantipuram, Ujjaini, di dalam rumahnya, Dharma tengah mengepak
barang-barang milik Ashoka karena dia minta agar Ashoka pergi keluar
dari Awantipuram, atau bila perlu keluar dari Ujjaini.
Dharma menemukan kain yang ada bekas kaki yang mengingatkan dia saat ditendang keluar dari istana pada 10 tahun yang lalu. Dia trauma dan ketakutan mengingat peristiwa itu. Ashoka yang melihat ibunya ketakutan sambil memegang kain itu segera bangkit. Ashoka merampas kain itu dari tangan ibunya dan meminta ibunya untuk berhenti mengepak barang-barangnya.
Dharma menemukan kain yang ada bekas kaki yang mengingatkan dia saat ditendang keluar dari istana pada 10 tahun yang lalu. Dia trauma dan ketakutan mengingat peristiwa itu. Ashoka yang melihat ibunya ketakutan sambil memegang kain itu segera bangkit. Ashoka merampas kain itu dari tangan ibunya dan meminta ibunya untuk berhenti mengepak barang-barangnya.
"Kita sudah melarikan diri sejak 10 tahun terakhir. Siapa yang ingin ibu selamatkan? Mereka pantas dihukum, biar mereka merasakan itu! Ibu memaksaku bersumpah untuk menghentikanku pergi ke sana. Sekarang biarkan dia datang ke sini!", kata Ashoka dengan nada tinggi.
Dharma menanggapi dengan kesal, "Kau tidak bisa melihat apapun kecuali balas dendam. Apa masalah saat ini belum cukup sehingga kau mengundang lebih banyak masalah lagi?"
Ashoka menjawab, "Ibu khawatir tanpa alasan! Percayalah Ganapati (Dewa Ganesha)-ibu jika ibu tidak percaya kepadaku. Ayah telah melupakanku, tapi Tuhan tidak akan pernah lupa apa yang aku lakukan untuk melindungi arca-Nya. Aku melakukan apa yang ibu minta aku lakukan. Aku tidak datang menghadap mereka. Aku bukan orang yang baik tapi aku tahu hanya pengecut yang menyerang dari belakang. Ibu mengajarkan Chanda hari ini untuk menyerang dari belakang. Ibu putuskan hari ini, siapa yang benar dan siapa yang tidak!"
Dharma hanya duduk tertunduk mendengar ucapan Ashoka. Tiba-tiba hidungnya terganggu dengan bau busuk.
Dharma bertanya sambil mengibaskan tangan didepan hidungnya, "Bau busuk apa ini?".
Witashoka datang ke kamar, dia menjawab, "Tidak tahu, Bu. Aku juga menciumnya. Aku tidak bisa tahan diluar lagi".
Di balkon atas, Seth Daniram keluar dari kamarnya dengan menggerutu
karena terganggu bau busuk itu. "Angin bertiup bersamaan dengan bau
busuk. Dari mana bau ini berasal?", kata Dhaniram
Di pasar kota,
orang-orang yang ada disitu juga mengeluh karena bau busuk yang
tiba-tiba tercium, membuat mereka menutup hidung mereka.
Nirankush, raja Ujjain datang kesana dengan menunggang kuda dan diikuti beberapa orang prajuritnya. Orang-orang di pasar memperhatikan rombongan penguasa yang datang dengan tetap menutup hidung mereka. Namun beberapa orang masuk ke dalam rumah dan menutup pintu maupun jendelanya, karena tidak tahan bau busuk. Seorang anak laki-laki terbatuk-batuk karena mencium aroma busuk itu.
Nirankush yang mendengar suara batuknya segera mendekati anak itu dan menatapnya tajam. Ia turun dari kudanya. Anak itu berusaha menghindar saat Nirankush memegang tangannya. Anak itu masih berusaha menutup hidungnya.
Nirankush bertanya, "Apa yang kau katakan?". Anak laki-laki itu tidak mampu menahan bau busuk lagi hingga ia jatuh pingsan.
Nirankush tertawa dan berkata, "Lihat terorku! Dia pingsan karena rasa takutnya".
Prajurit hanya diam tidak menanggapi. Namun salah seorang prajurit bergumam, "Siapa yang akan mengatakan kepadanya bahwa anak itu pingsan oleh bau busuk, bukan karena takut padanya".
Nirankush kembali naik ke kudanya dan pergi dari sana bersama rombongannya.
Nirankush, raja Ujjain datang kesana dengan menunggang kuda dan diikuti beberapa orang prajuritnya. Orang-orang di pasar memperhatikan rombongan penguasa yang datang dengan tetap menutup hidung mereka. Namun beberapa orang masuk ke dalam rumah dan menutup pintu maupun jendelanya, karena tidak tahan bau busuk. Seorang anak laki-laki terbatuk-batuk karena mencium aroma busuk itu.
Nirankush yang mendengar suara batuknya segera mendekati anak itu dan menatapnya tajam. Ia turun dari kudanya. Anak itu berusaha menghindar saat Nirankush memegang tangannya. Anak itu masih berusaha menutup hidungnya.
Nirankush bertanya, "Apa yang kau katakan?". Anak laki-laki itu tidak mampu menahan bau busuk lagi hingga ia jatuh pingsan.
Nirankush tertawa dan berkata, "Lihat terorku! Dia pingsan karena rasa takutnya".
Prajurit hanya diam tidak menanggapi. Namun salah seorang prajurit bergumam, "Siapa yang akan mengatakan kepadanya bahwa anak itu pingsan oleh bau busuk, bukan karena takut padanya".
Nirankush kembali naik ke kudanya dan pergi dari sana bersama rombongannya.
Di rumah Seth Daniram, Seth Dhaniram dan Devi keluar dari rumahnya.
Demikian juga Ashoka, Witashoka, dan Dharma keluar dari rumah kontrakan
mereka karena memang dalam satu pekarangan. Mereka semua menutup hidung
karena bau busuk semakin menyengat. Di kejauhan tampak Nirankush dan
para prajuritnya yang melewati jalan di depan rumah semakin mendekat dan
akhirnya bermaksud masuk ke pekarangan rumah Seth Dhaniram.
Devi mengenalinya bahwa itu adalah rombongan Nirankush, raja Ujjaini.
Nirankush turun dari kuda dan melangkah mendekati pintu gerbang yang tertutup sambil dipayungi oleh seorang pelayan. Ashoka mengambil secarik kain yang ada di pundak Dhaniram. Dia berjalan ke arah pintu gerbang sambil mengibaskan kain, mungkin bermaksud mengusir bau busuk. Ia membuka pintu gerbang dan terus mengibaskan kain di depan Nirankush. Entah bermaksud menghina raja itu agar tidak masuk ke halaman rumah. Semua penghuni rumah itu takut dan khawatir dengan kelakukan Ashoka. Ashoka mundur selangkah ke halaman lagi dan dengan sambaran kain, dia menarik sebuah kursi kayu yang ada di halaman lalu melemparkannya dan jatuh ditempat Nirankush berdiri. Nirankush harus menghindar mundur kalau tidak ingin celaka karena sambaran kursi yang jatuh namun posisi kursi tetap berdiri.
Dharma, Dhaniram, dan Devi kaget melihat keberanian dan kelancangan Ashoka, sementara Witashoka malah senang menikmati.
Ashoka keluar melewati gerbang mendekati Nirankush dan meminta Nirankush agar duduk di kursi itu. Nirankush akhirnya duduk dengan perasaan ragu.
Nirankush berkata, "Jadi kau orangnya yang tidak membiarkan relief Ganapati dihancurkan dan kau juga memukuli prajuritku?". Nirankush tertawa seakan meremehkannya.
Ashoka menjawab, "Aku bisa meyakinkanmu dengan menunjukkannya lagi".
Dhaniram kaget mendengar jawaban Ashoka. Dharma terlihat cemas dan gelisah. Devi berkata, "Dia tidak pernah memikirkan apa yang bisa terjadi dengan menantang penguasa ini", namun Witashoka malah mengisyaratkan Devi untuk diam.
Nirankush berdiri dan berkata, "Bagus! Aku sudah bertemu denganmu. Aku ingin melihat aksimu lagi. Lebih dari apa yang telah kau lakukan sebelumnya. Aku tidak datang untuk menghukum. Aku datang untuk memberikan hadiah karena keberanianmu!". Ashoka mundur selangkah sambil mengibaskan kain.
Nirakush kembali duduk di kursi, "Aku ingin kau menjadi kepala tentaraku!"
Ashok mengibaskan kain lagi entah karena bau busuk atau bermaksud tidak sopan. Seth Dhaniram bertanya-tanya heran, "Kepala tentara?"
Ashoka berjalan mendekati Nirankush dan berkata, "Tidak ada bedanya jika kau menginginkan ini atau tidak. Aku bebas untuk menentukan menjadi apapun!".
Di halaman rumah, Devi berkata, "Lihat sikapnya..", Witashoka senang melihat sikap kakaknya.
Ashoka bermaksud melangkah kembali ke halaman rumah, namun Nirankush tiba-tiba bangkit dan berteriak marah sambil mengangkat kedua tangannya untuk menyerang.
Dharma, Dhaniram, Devi dan Witashoka kaget mendengar teriakan itu. Ashoka yang mau masuk halaman berbalik menatapnya. Dia melemparkan ujung kain dan menjerat kaki Nirankush serta menyentakkan kain itu dengan tarikan sehingga Nirankush terjengkang jatuh ke tanah.
Namun itu hanyalah imajinasi Nirankush, yang mungkin dari rasa takutnya bila terjadi kemungkinan Ashoka melakukan itu.
Nirankush masih berdiri dalam sikap semula dengan kedua tangan diangkat ke depan.
Nirankush berusaha meredakan amarahnya, kedua tangannya diturunkan. Lalu dia duduk kembali dan berkata, "Aku ingin kau menerima tawaranku. Jika tidak, aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku akan terus duduk di sini!"
Nirankush tertawa, sementara di halaman, Devi dan ayahnya meminta kepada Dharma agar memberi pengertian kepada Ashoka untuk menerima tawaran raja. Namun Dharma hanya diam belum bisa menanggapi.
Ashoka lalu masuk ke halaman dan menutup pintu gerbang luar.
Melihat Ashoka malah pergi, Nirankush berdiri dan berteriak, "Ada apa? Kau ingin berpikir dulu? Terima tawaranku. Jika tidak, aku telah memiliki cara lain untuk meyakinkanmu!". Ashoka tidak peduli teriakan itu.
Ashoka melemparkan kain yang dipakai tadi kepada Dhaniram, lalu masuk ke rumahnya, diikuti ibu dan adiknya.
Di depan gerbang, di luar pekarangan rumah, Nirankush duduk kembali di kursi dan berguman, "Ashoka tidak tahu mengapa aku datang kesini. Karena Sushima yang akan bertemu dengan Ashoka. Sushima sudah menjadi lebih kejam sekarang!". Nirankush tertawa lepas meluapkan kegembiraannya.
Devi mengenalinya bahwa itu adalah rombongan Nirankush, raja Ujjaini.
Nirankush turun dari kuda dan melangkah mendekati pintu gerbang yang tertutup sambil dipayungi oleh seorang pelayan. Ashoka mengambil secarik kain yang ada di pundak Dhaniram. Dia berjalan ke arah pintu gerbang sambil mengibaskan kain, mungkin bermaksud mengusir bau busuk. Ia membuka pintu gerbang dan terus mengibaskan kain di depan Nirankush. Entah bermaksud menghina raja itu agar tidak masuk ke halaman rumah. Semua penghuni rumah itu takut dan khawatir dengan kelakukan Ashoka. Ashoka mundur selangkah ke halaman lagi dan dengan sambaran kain, dia menarik sebuah kursi kayu yang ada di halaman lalu melemparkannya dan jatuh ditempat Nirankush berdiri. Nirankush harus menghindar mundur kalau tidak ingin celaka karena sambaran kursi yang jatuh namun posisi kursi tetap berdiri.
Dharma, Dhaniram, dan Devi kaget melihat keberanian dan kelancangan Ashoka, sementara Witashoka malah senang menikmati.
Ashoka keluar melewati gerbang mendekati Nirankush dan meminta Nirankush agar duduk di kursi itu. Nirankush akhirnya duduk dengan perasaan ragu.
Nirankush berkata, "Jadi kau orangnya yang tidak membiarkan relief Ganapati dihancurkan dan kau juga memukuli prajuritku?". Nirankush tertawa seakan meremehkannya.
Ashoka menjawab, "Aku bisa meyakinkanmu dengan menunjukkannya lagi".
Dhaniram kaget mendengar jawaban Ashoka. Dharma terlihat cemas dan gelisah. Devi berkata, "Dia tidak pernah memikirkan apa yang bisa terjadi dengan menantang penguasa ini", namun Witashoka malah mengisyaratkan Devi untuk diam.
Nirankush berdiri dan berkata, "Bagus! Aku sudah bertemu denganmu. Aku ingin melihat aksimu lagi. Lebih dari apa yang telah kau lakukan sebelumnya. Aku tidak datang untuk menghukum. Aku datang untuk memberikan hadiah karena keberanianmu!". Ashoka mundur selangkah sambil mengibaskan kain.
Nirakush kembali duduk di kursi, "Aku ingin kau menjadi kepala tentaraku!"
Ashok mengibaskan kain lagi entah karena bau busuk atau bermaksud tidak sopan. Seth Dhaniram bertanya-tanya heran, "Kepala tentara?"
Ashoka berjalan mendekati Nirankush dan berkata, "Tidak ada bedanya jika kau menginginkan ini atau tidak. Aku bebas untuk menentukan menjadi apapun!".
Di halaman rumah, Devi berkata, "Lihat sikapnya..", Witashoka senang melihat sikap kakaknya.
Ashoka bermaksud melangkah kembali ke halaman rumah, namun Nirankush tiba-tiba bangkit dan berteriak marah sambil mengangkat kedua tangannya untuk menyerang.
Dharma, Dhaniram, Devi dan Witashoka kaget mendengar teriakan itu. Ashoka yang mau masuk halaman berbalik menatapnya. Dia melemparkan ujung kain dan menjerat kaki Nirankush serta menyentakkan kain itu dengan tarikan sehingga Nirankush terjengkang jatuh ke tanah.
Namun itu hanyalah imajinasi Nirankush, yang mungkin dari rasa takutnya bila terjadi kemungkinan Ashoka melakukan itu.
Nirankush masih berdiri dalam sikap semula dengan kedua tangan diangkat ke depan.
Nirankush berusaha meredakan amarahnya, kedua tangannya diturunkan. Lalu dia duduk kembali dan berkata, "Aku ingin kau menerima tawaranku. Jika tidak, aku tidak akan pergi kemana-mana. Aku akan terus duduk di sini!"
Nirankush tertawa, sementara di halaman, Devi dan ayahnya meminta kepada Dharma agar memberi pengertian kepada Ashoka untuk menerima tawaran raja. Namun Dharma hanya diam belum bisa menanggapi.
Ashoka lalu masuk ke halaman dan menutup pintu gerbang luar.
Melihat Ashoka malah pergi, Nirankush berdiri dan berteriak, "Ada apa? Kau ingin berpikir dulu? Terima tawaranku. Jika tidak, aku telah memiliki cara lain untuk meyakinkanmu!". Ashoka tidak peduli teriakan itu.
Ashoka melemparkan kain yang dipakai tadi kepada Dhaniram, lalu masuk ke rumahnya, diikuti ibu dan adiknya.
Di depan gerbang, di luar pekarangan rumah, Nirankush duduk kembali di kursi dan berguman, "Ashoka tidak tahu mengapa aku datang kesini. Karena Sushima yang akan bertemu dengan Ashoka. Sushima sudah menjadi lebih kejam sekarang!". Nirankush tertawa lepas meluapkan kegembiraannya.
Di istana Magadha, Pattaliputra, seorang utusan Ujjain yaitu Pembantu
Nirankush datang menghadap Pangeran Sushima. Dia berkata kepada Sushima
bahwa ia membawa berita tentang Ashoka. "Apa katamu?" tanya Sushima
tidak mempercayai ucapan itu. "Ashoka sekarang ada di Ujjain!", ulang
Pembantu Nirankush. Sushima kaget, demikian juga Charumitra dan
Mahamatya yang ada di tempat itu.
Sushim merasa marah karena dugaan Ashoka masih hidup dan ada di Ujjain ternyata benar. Dia melempar sebuah pisau ke arah seorang pria yang sedang berpegangan pada tiang di arena berkuda, yang berusaha menyelamatkan diri dari kuda milik Sushima yang terus menunggunya. Lemparan pisau mengenai tangannya, sehingga pegangannya lepas dari tiang dan pria itu jatuh ke tanah. Kuda terlatih milik Sushima segera berlari ke arahnya dan menginjakk pria itu hingga tewas.
Sushima dalam marahnya tersenyum kecut sambil berkata, "Ashoka ada di Ujjain. Aku sudah menunggu untuk mendengar kabar ini selama 10 tahun. Adikku Ashoka, ini adalah waktu kematianmu!"
Sushima meminta Mahamatya agar menyiapkan perjalanannya ke Ujjaini. "Sekarang seorang adik akan mati oleh tangan kakaknya!", kata Sushima. Charumitra hanya tersenyum dengan rencana putranya, sementara Mahamatya terlihat khawatir.
Sushim merasa marah karena dugaan Ashoka masih hidup dan ada di Ujjain ternyata benar. Dia melempar sebuah pisau ke arah seorang pria yang sedang berpegangan pada tiang di arena berkuda, yang berusaha menyelamatkan diri dari kuda milik Sushima yang terus menunggunya. Lemparan pisau mengenai tangannya, sehingga pegangannya lepas dari tiang dan pria itu jatuh ke tanah. Kuda terlatih milik Sushima segera berlari ke arahnya dan menginjakk pria itu hingga tewas.
Sushima dalam marahnya tersenyum kecut sambil berkata, "Ashoka ada di Ujjain. Aku sudah menunggu untuk mendengar kabar ini selama 10 tahun. Adikku Ashoka, ini adalah waktu kematianmu!"
Sushima meminta Mahamatya agar menyiapkan perjalanannya ke Ujjaini. "Sekarang seorang adik akan mati oleh tangan kakaknya!", kata Sushima. Charumitra hanya tersenyum dengan rencana putranya, sementara Mahamatya terlihat khawatir.
Di Awantipuram, Ujjaini, Nirankush dan
prajuritnya masih berada di depan rumah Seth Dhaniram. Sekarang dia
duduk di kursi sambil dipayungi seorang pelayan. Sedangkan beberapa
prajuritnya mengelilinginya untuk memberi pengawalan.
Nirankush sedang bermain dengan salah seorang prajuritnya. Dia memainkan ujung pisau yang ditusuk-tusukkan disela-sela jari tangan prajuritnya yang diletakkan diatas meja dari tong kayu. Nirankush tertawa ngakak melihat prajurit itu ketakutan, khawatir jari atau tangannya tertusuk pisau rajanya.
Dari dalam rumah kontrakannya, Witashoka tersenyum mengintip prilaku Nirankush dan anak buahnya. Sedangkan Ashoka sedang mengupas kelapa muda dengan sabitnya. Witashoka meyakinkan kakaknya agar menerima tawaran Nirankush karena mungkin saja dia sayang atau mengagumi kakaknya.
Namun Dharma berkata, "Tidak, itu bukan sayang atau rasa kagum. Aku pikir itu pasti suatu rencana. Aku takut! Kau telah mengundang masalah. Pergilah Ashoka! Nirankush telah menunggu sejak 2 hari lalu, dia mungkin akan pergi dalam beberapa hari ini. Kau dapat kembali lagi setelah ini"
Ashoka dengan marah menghempaskan kelapa muda dan sabitnya, dia bangkit dari duduknya. "Aku tidak ingin pergi! Kemana aku harus pergi? Apa yang harus aku lakukan?", tanya Ashoka.
Dharma menyarankan Ashoka agar pergi ke festival Kumbha Mela. "Berdoalah disana. Mungkin hatimu akan menjadi lebih tenang", pinta Dharma. Ashoka yang tidak berani membantah perintah itu segera menyanggupi.
Di luar pekarangan, entah apa yang dikatakan prajurit teman bermainnya, Nirankush marah pada prajurit itu dan menusuk tangannya. Prajurit itu mengerang keras karena luka yang mengeluarkan darah saat pisau itu dicabut.
Seth Dhaniram yang tiba-tiba muncul dari pintu gerbang bersama putrinya, kaget dan ketakutan melihat kejadian itu. Keduanya datang ke sana untuk membawakan makanan bagi raja Ujjain, Nirankush. Dhaniram yang tangannya gemetar karena ketakutan, berkata terbata-bata mempersilakan raja itu menikamati makanan darinya. Dhaniram menyerahkan nampan makanan kepada Devi agar menghaturkannya kepada Nirankush.
Nirankush menatap dengan lekat sosok cantik Devi yang menghaturkan makanan baginya. Devi yang risih karena tatapan Nirankush yang seakan menelannya segera berlari ke halaman, disusul Dhaniram sambil menutup pintu gerbang. Nirankush berguman, "Aku bahagia! Aku sedang menunggu kedatangan pangeran Sushima datang kesini!'
Nirankush sedang bermain dengan salah seorang prajuritnya. Dia memainkan ujung pisau yang ditusuk-tusukkan disela-sela jari tangan prajuritnya yang diletakkan diatas meja dari tong kayu. Nirankush tertawa ngakak melihat prajurit itu ketakutan, khawatir jari atau tangannya tertusuk pisau rajanya.
Dari dalam rumah kontrakannya, Witashoka tersenyum mengintip prilaku Nirankush dan anak buahnya. Sedangkan Ashoka sedang mengupas kelapa muda dengan sabitnya. Witashoka meyakinkan kakaknya agar menerima tawaran Nirankush karena mungkin saja dia sayang atau mengagumi kakaknya.
Namun Dharma berkata, "Tidak, itu bukan sayang atau rasa kagum. Aku pikir itu pasti suatu rencana. Aku takut! Kau telah mengundang masalah. Pergilah Ashoka! Nirankush telah menunggu sejak 2 hari lalu, dia mungkin akan pergi dalam beberapa hari ini. Kau dapat kembali lagi setelah ini"
Ashoka dengan marah menghempaskan kelapa muda dan sabitnya, dia bangkit dari duduknya. "Aku tidak ingin pergi! Kemana aku harus pergi? Apa yang harus aku lakukan?", tanya Ashoka.
Dharma menyarankan Ashoka agar pergi ke festival Kumbha Mela. "Berdoalah disana. Mungkin hatimu akan menjadi lebih tenang", pinta Dharma. Ashoka yang tidak berani membantah perintah itu segera menyanggupi.
Di luar pekarangan, entah apa yang dikatakan prajurit teman bermainnya, Nirankush marah pada prajurit itu dan menusuk tangannya. Prajurit itu mengerang keras karena luka yang mengeluarkan darah saat pisau itu dicabut.
Seth Dhaniram yang tiba-tiba muncul dari pintu gerbang bersama putrinya, kaget dan ketakutan melihat kejadian itu. Keduanya datang ke sana untuk membawakan makanan bagi raja Ujjain, Nirankush. Dhaniram yang tangannya gemetar karena ketakutan, berkata terbata-bata mempersilakan raja itu menikamati makanan darinya. Dhaniram menyerahkan nampan makanan kepada Devi agar menghaturkannya kepada Nirankush.
Nirankush menatap dengan lekat sosok cantik Devi yang menghaturkan makanan baginya. Devi yang risih karena tatapan Nirankush yang seakan menelannya segera berlari ke halaman, disusul Dhaniram sambil menutup pintu gerbang. Nirankush berguman, "Aku bahagia! Aku sedang menunggu kedatangan pangeran Sushima datang kesini!'
Di istana Kalingga,
Kaurvaki sedang melangkah bersama Bela, pelayannya melewati pintu
gerbang istana dengan perasaan senang. "Aku akan bertemu Ashok di acara
Kumbha Mela!", kata Kaurwaki. Dia sedang ditunggu oleh sekelompok
prajurit pengawal dan sebuah pedati yang akan membawanya pergi ke
festival Kumbha Mela di Ujjaini.
Kaurwaki membungkuk menyentuh kaki ibunya yang datang untuk memberkatinya. Ibunya memberikan doa restunya dan memintanya untuk segera pergi. Kaurvaki segera naik ke dalam pedati dan pergi dengan kawalan prajurit dan pelayan perempuan termasuk Bela.
Sejenak kemudian, Jagannatha, Raja Kalingga datang dengan marah, dia minta prajurit penjaga gerbang agar mengejar rombongan Kaurwaki yang sudah berangkat. Namun permaisuri meminta prajurit berhenti. Jagannatha bertanya marah kepada istrinya, "Mengapa kau mengizinkannya pergi?".
Istrinya menjawab, "Dia telah pergi beberapa saat yang lalu. Kaurwaki pergi ke acara Kumbha Mela".
Jagannatha berkata, "Baik, tapi aku akan mengawasi putri kita. Jika dia melakukan sesuatu yang menentang keinginanku, katakan kepada anak itu, tidak ada yang lebih buruk dari hukumanku!". Jagannatha segera pergi, istrinya hanya diam termangu.
Kaurwaki membungkuk menyentuh kaki ibunya yang datang untuk memberkatinya. Ibunya memberikan doa restunya dan memintanya untuk segera pergi. Kaurvaki segera naik ke dalam pedati dan pergi dengan kawalan prajurit dan pelayan perempuan termasuk Bela.
Sejenak kemudian, Jagannatha, Raja Kalingga datang dengan marah, dia minta prajurit penjaga gerbang agar mengejar rombongan Kaurwaki yang sudah berangkat. Namun permaisuri meminta prajurit berhenti. Jagannatha bertanya marah kepada istrinya, "Mengapa kau mengizinkannya pergi?".
Istrinya menjawab, "Dia telah pergi beberapa saat yang lalu. Kaurwaki pergi ke acara Kumbha Mela".
Jagannatha berkata, "Baik, tapi aku akan mengawasi putri kita. Jika dia melakukan sesuatu yang menentang keinginanku, katakan kepada anak itu, tidak ada yang lebih buruk dari hukumanku!". Jagannatha segera pergi, istrinya hanya diam termangu.
Di Awantipuram, di luar pekarangan
rumah Seth Dhaniram, Nirankush sedang berbaring dan dipijat oleh seorang
pelayannya. Di dalam rumah, Dharma sedang mempersiapkan keberangkatan
Ashoka ke acara Kumbha Mela. Witashoka meminta Ashoka agar mengajaknya
ke acara itu. Namun Ashoka melarangnya dan menyarankan Witashoka untuk
tetap tinggal di rumah membantu ibu mengurus segala kebutuhan dan
pekerjaan rumah.
Ashoka membungkuk untuk meminta berkat Dharma tanpa berkata apapun. Dia segera berlari menuju pintu belakang.
Seorang prajurit Nirankush yang memang berjaga dekat pintu belakang pekarangan itu melihat Ashoka pergi dan segera mengikutinya. Namun melewati belokan jalan, prajurit itu bingung karena kehilangan jejak Ashoka. Namun sesaat kemudian prajurit itu jatuh tak sadarkan diri karena sebutir buah kelapa menghantam kepalanya. Ashoka melihat prajurit yang pingsan itu.
Ashoka berguman, "Aku akan pergi ke acara Kumbha Mela hari ini. Aku mau lihat, apakah di tempat itu, segala keinginanku akan terpenuhi oleh dewa atau tidak". Ashoka segera melangkah pergi.
Ashoka membungkuk untuk meminta berkat Dharma tanpa berkata apapun. Dia segera berlari menuju pintu belakang.
Seorang prajurit Nirankush yang memang berjaga dekat pintu belakang pekarangan itu melihat Ashoka pergi dan segera mengikutinya. Namun melewati belokan jalan, prajurit itu bingung karena kehilangan jejak Ashoka. Namun sesaat kemudian prajurit itu jatuh tak sadarkan diri karena sebutir buah kelapa menghantam kepalanya. Ashoka melihat prajurit yang pingsan itu.
Ashoka berguman, "Aku akan pergi ke acara Kumbha Mela hari ini. Aku mau lihat, apakah di tempat itu, segala keinginanku akan terpenuhi oleh dewa atau tidak". Ashoka segera melangkah pergi.
Di istana Magadha, Pattaliputra, di pintu utama
istana, Mahamatya dan Charumitra sedang mengantar Sushima yang akan
berangkat. Sushima mendekati kuda yang sudah dipersiapkan baginya dan
berkata kepada kuda, "Kita mendapatkan Ashoka! Dia tidak akan selamat
sekarang!". Charumitra dan Mahamatya hanya tersenyum melihat itu.
Sushima akan naik keatas kudanya ketika seseorang memanggilnya. Dia adalah Bindusara yang datang bergegas mendekati putranya.
Bindushara berkata marah, "Sushima, bukankah aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak melakukan apapun tanpa perintahku". Sushima hanya diam menatap ayahnya. Charumitra segera berkata mewakili Sushima dan dia berbicara demi melindungi putranya. Bindushara yang terus menatap putranya dengan tajam, mengangkat tangannya agar Charumitra berhenti bicara.
"Jika kesalahan seperti ini dilakukan lagi, itu akan dianggap sebagai menentang perintahku!", kata Bindushara tegas dan segera pergi.
Sushima naik ke atas kuda dan bersama beberapa prajuritnya pergi meninggalkan istana. Charumitra menatap kepergian putranya dengan tersenyum, demikian pula Mahamatya. "Putraku telah menjadi Ajay (pemenang). Dia akan membuktikan ini dengan membunuh Ashoka!", batin Charumitra.
Sushima akan naik keatas kudanya ketika seseorang memanggilnya. Dia adalah Bindusara yang datang bergegas mendekati putranya.
Bindushara berkata marah, "Sushima, bukankah aku sudah mengatakan kepadamu untuk tidak melakukan apapun tanpa perintahku". Sushima hanya diam menatap ayahnya. Charumitra segera berkata mewakili Sushima dan dia berbicara demi melindungi putranya. Bindushara yang terus menatap putranya dengan tajam, mengangkat tangannya agar Charumitra berhenti bicara.
"Jika kesalahan seperti ini dilakukan lagi, itu akan dianggap sebagai menentang perintahku!", kata Bindushara tegas dan segera pergi.
Sushima naik ke atas kuda dan bersama beberapa prajuritnya pergi meninggalkan istana. Charumitra menatap kepergian putranya dengan tersenyum, demikian pula Mahamatya. "Putraku telah menjadi Ajay (pemenang). Dia akan membuktikan ini dengan membunuh Ashoka!", batin Charumitra.
CUPLIKAN : Ashoka dan Kaurwaki sedang
ada di acara Kumbha Mela. Mereka membeli beberapa barang di toko yang
berdekatan, tapi mereka tidak melihat satu sama lain. Di sisi lain,
Sushima menunggangi kuda dan masuk ke acara Mela (tempat perayaan) yang
penuh banyak orang. Mata Sushima terpaku dan tajam menatap kepada
seseorang di tempat itu.SINOPSIS ASHOKA episode 337 by. Kusuma Rasmana