SINOPSIS MAHAPUTRA episode 306 (03 November 2014)

SINOPSIS MAHAPUTRA episode 306 (03 November 2014) by. Sally Diandra Di Bijolia, malam itu di tengah hutan Ajabde merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya, saat itu suasana sepi dan angin bertiup cukup kencang, Ajabde segera mengeluarkan belatinya dan menoleh ke arah belakang dengan maksud hendak menyerang orang dibelakangnya, namun ternyata orang itu adalah Pratap “Kenapa kamu mengikuti aku ?” tanya Ajabde heran “Aku tahu kalau kamu merasa aman meskipun tanpa bantuanku”, “Kamu tidak usah mengkhawatirkan aku” ujar Ajabde kikuk “Tapi aku berhutang banyak padamu, aku ingin melakukan sesuatu untukmu, hutan ini semakin dalam semakin lebat, aku akan mengantarkanmu sampai ke istana” pinta Pratap “Bagaimana kamu bisa tahu kalau hutan ini semakin dalam semakin lebat ?” tanya Ajabde heran “Suatu hari aku pernah datang kesini untuk memberikan emas, sepertinya kamu tersesat” ujar Pratap “Aku biasa bermain dengan sahabat dekatku disekitar sini”, “Lalu dimana dia sekarang ?” tanya Pratap penasaran “Mereka tidak pernah datang lagi sekarang, untuk mengetahui kabar kami masing masing satu sama lain” ujar Ajabde sedih 

“Ibuku pernah berkata padaku, kalau kita harus selalu menatap kedepan” ujar Pratap sambil menggerakkan kepalanya, dalam hati Ajabde berkata “Laki laki ini orangnya sangat dalam perasaannya” sementara dalam hati Pratap berkata “Aku tidak harus lupa untuk menjauh dari seorang gadis” kemudian mereka berdua melanjutkan perjalanan “Bolehkah aku bertanya, kenapa kamu sepertinya keberatan untuk bergabung dengan pasukan prajurit Bijolia ?” tanya Ajabde heran “Aku fikir aku akan pergi ke sebuah tujuan yang tidak pernah ingin aku kunjungi”, “Kamu ini seorang patriot dan seorang patriot seharusnya selalu memegang teguh cara untuk bertahan di negaranya” ujar Ajabde “Rasa patriotisme inilah yang membuatku bergabung dengan pasukan tentara” ujar Pratap bangga “Aku ingin tahu, mengapa kamu tidak begitu menyukai Bai ji lal ? Bukankah kamu belum pernah bertemu dengannya ?” Pratap langsung menyuruh Ajabde berhenti “Aku tidak ingin mengatakannya padamu”, “Kalau aku merasa tidaklah sempurna tanpa Bai ji lal” ujar Ajabde lagi “Kalau aku merasa kamu itu sempurna, apapun adanya dirimu” kemudian mereka melanjutkan perjalanan kembali, 

Tiba tiba karena angin bertiup sangat kencang, mata Ajabde seperti kemasukan sesuatu, Ajabde mengerjap ngerjapkan matanya mencoba untuk mengeluarkan sesuatu yaang berada di dalam matanya namaun nihil, mata Ajabde atetap terasa sakit “Bolehkah aku membantu ? Mari sini aku bantu meniupnya ? Mendekatlah padaku” Ajabde pun menurut mendekati Pratap dan Pratap mencoba untuk meniup mata Ajabde, ketika Pratap telah selesai melakukannya, posisi tubuh mereka begitu dekat dan tiba tiba saja dupatta Ajabde terbang ke udara karena angin yang bertiup kencang, Pratap segera memegang dupatta merah itu di udara sambil menatap ke arah Ajabde tajam, mereka berdua saling memandang satu sama lain dalam diam, malam itu tiba tiba hujan turun dengan deras, tubuh merekapun bahasa kuyup kemudian Pratap menggunakan dupatta Ajabde di kepalanya dan mulai melilitkan dupatta yang tersisa itu menutupi tubuh Ajabde dibawah hujan yang turun dengan deras, sesaat mereka saling menatap satu sama lain cukup lama dan intens, 

Tiba tiba Ajabde merasakan perasaannya yang tidak menentu sambil berjalan mundur kemudian berlari meninggalkan Pratap seorang diri, Pratap hanya bisa terperangah menatap kepergian Ajabde yang begitu tiba tiba, saat itu Ajabde berlari sekencang mungkin memasuki istana Bijolia dan langsung mendatangi ruang pemujaan Pratap memasuki sebuah rumah, dalam hatinya bertanya tanya kenapa tiba tiba Ajabde meninggalkannya begitu saja dan berlari ke istana “Kenapa dia melarikan diri setelah aku mengenakan dupatta dikepalanya ?” Pratap masih bingung dan tidak menemukan jawabannya, Chakrapani kemudian masuk juga menemui Pratap “Pangeran, aku ingin bicara denganmu” kemudian Chakrapani mengatakan padanya kalau dirinya baru saja bertemu dengan Saubhagyawati 

Di istana Bijolia, Ajabde menangis di depan patung Dewa Wisnu “Yaa Dewa, selama ini aku telah menikah dengan pangeran Pratap, selama ini aku telah berusaha mempertahankan cintaku padanya selama bertahun tahun tapi mengapa hari ini aku tidak bisa menghentikan diriku sendiri, mengapa aku jadi lupa dengan batasanku sendiri hari ini, saat ini aku harus menghukum diriku sendiri” ujar Ajabde yang kemudian beralih ke lampu minyak Diya yang berada di sebelahnya dan meletakkan tangannya di atas nyala api lampu minyak tersebut, pada saat yang bersamaan Pratap mulai marah kembali “Bagaimana bisa Saubhagyawati bergabung dengan Bijolia daripada Mewar, meskipun hari ini Ajabde menderita karena permasalahan yang dibuatnya sendiri di Bijolia ! Aku tidak peduli !” ujar Pratap kesal, Chakrapani mencoba untuk menjelaskan semuanya pada Pratap “Pangeran, ternyata memang benar adanya kalau tidak ada jawaban pesan apapun dari Chittor, bagaimanapun juga kamu harus membantu Bijolia” ujar Chakrapani “Aku akan menyelamatkan tanah airku, meskipun aku harus menyiapkan pasukan tentara untuk Bai ji lal !” ujar Pratap geram, 

Sementara itu Saubhagyawati menemui Ajabde dan langsung menampik tangan Ajabde yang berada diatas lampu minyak Diya itu “Ajabde ! Apa yang kamu lakukan ? Apa yang terjadi, Ajabde ?”, “Sebaiknya kamu tidak menanyakannya, Saubhagyawati !” ujar Ajabde bimbang, di tempat Pratap “Bijolia akan melihat anak mereka sendiri akan bertarung untuknya” ujar Pratap 

Keesokan harinya, Ajabde sedang melakukan pemujaan untuk pohon Tulsi sambil menyirami pohon tersebut, sementara Pratap sedang mandi di sungai, Ajabde berjanji kalau dirinya tidak akan melupakan janji pernikahannya pada Pratap, sedangkan Pratap yang saat itu juga sedang berdoa sambil berendam di dalam sungai, berkata pada dirinya sendiri kalau dirinya akan melupakan semua hal yang berhubungan dengan Ajabde, kembali ke tempat Ajabde “Aku adalah milik pangeran Pratap dan akan selalu begitu menjadi miliknya, tidak peduli dengan apapun yang dia pikirkan tentang aku” doa Ajabde, sementara Pratap berdoa “Aku tidak akan memikirkan dia lagi, yaaa Dewa ,,, berilah aku keberanian dan kekuatan untuk menghadapi semua ini” ujar Pratap 

Pada saat yang bersamaan, penjaga yang sedang berjaga dia istana Akbar masuk ke dalam istana, kemudian dia mendatangi penjaga yang lain dan membunuhnya seketika itu juga sambil menusuk paru parunya, ternyata penjaga itu adalah Badshah Khan, Badhshah Khan segera membunuh penjaga yang lain yang berjalan menuju kearahnya juga, salah seorang pelayan melihat perbuatan Badshah Khan yang berhasil melumpuhkan para penjaga, ketika pelayan itu hendak pergi, Akbar yang saat itu sedang mandi langsung menghentikannya, Akbar berdiri dan melihat sendiri dengan mata dan kepalanya dimana para penjaganya bersimbah darah, 

Sementara itu Chakrapani menemui Pratap dan bertanya “Pangeran, kenapa kamu melakukan pemujaan yang begitu lama ?”, “Aku hanya takut kalau ada seseorang yang akan menjebakku dan melawanku, Chakrapani” ujar Pratap, di kerajaan Mughal, Agra, akhirnya Badshah Khan bisa bertemu dengan Akbar yang saat itu baru selesai mandi “Yang Mulia, bagaimana kamu bisa menghentikan pedangku yang jaraknya sudah sangat dekat denganmu, tinggal beberapa inci saja” Akbar hanya tersenyum sinis “Aku ingin kamu hidup untuk beberapa hari lagi” ujar Akbar sambil menusukkan belatinya di dada Badshah Khan sambil memutar mutar belatinya, Badshah Khan mengiris kesakitan “Yang Mulia, aku bisa membantu kamu untuk mendapatkan Rajputana dan memberikan sebuah surat padanya “Aku mendapatkan surat ini dari salah seorang mata mata Rajput yang telah aku bunuh dalam perjalananku kemarin” Akbar langsung mengambil surat tersebut dan membacanya, isi surat itu “Rajputana seharusnya bergandengan tangan dengan Mughal karena mereka akan menjadi semakin kuat dari hari ke hari” SINOPSIS MAHAPUTRA episode 307 by. Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top