SINOPSIS MAHAPUTRA episode 301 (23 Oktober 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Bijolia, Pratap, Fatta dan Ajabde masih memperhatikan dari kejauhan kesibukan pasukan Afghanistan ditenda mereka “Teman, bagaimana dengan barak yang paling besar ?”, “Pasukan Afghanistan mempunyai banyak barak yang kecil kecil yang tersebar di seluruh perbatasan kami, mereka mengerahkan kuda kuda terbaik mereka dan pasukan di setiap tempat di Bijolia” Pratap ingin melihat salah satu barak pasukan Afghanistan secara lebih dekat lagi, Ajabde menyetujui dan mulai bergerak kesana
Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh memberikan sebuah kalung milik ibunya untuk putrinya, Chand Kanwar, Chand sangat senang bisa mendapatkan kalung mendiang neneknya “Terima kasih, ayah” ujar Chand, Raja Udai Singh juga mempunyai sesuatu untuk Jagmal “Ayah fikir benda ini akan cocok dengan kamu khususnya ketika kakakmu Pratap sedang tidak berada disini” Jagmal tidak suka mendapatkan jam pasir sebagai hadiah dari ayahnya, Raja Udai Singh langsung marah “Kamu seharusnya mengerti betapa pentingnya waktu !” ujar Raja Udai Singh marah, dalam hati Jagmal berkata “Aku akan menjadi seseorang yang tidak akan mengikuti waktu tapi dalam hal ini hal itu menentangku ! Tunggu dan lihat, waktu akan mengatakan padamu semuanya” Raja Udai Singh memanggil Jagmal dengan keras ketika Jagmal dengan santainya menggosok gosok telinganya, tepat pada saat itu Rawat menemui Raja Udai Singh dan ingin berbicara dengannya secara pribadi yang sangat penting, Raja Udai Singh segera menyuruh anak anaknya keluar dari ruangan itu
Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh memberikan sebuah kalung milik ibunya untuk putrinya, Chand Kanwar, Chand sangat senang bisa mendapatkan kalung mendiang neneknya “Terima kasih, ayah” ujar Chand, Raja Udai Singh juga mempunyai sesuatu untuk Jagmal “Ayah fikir benda ini akan cocok dengan kamu khususnya ketika kakakmu Pratap sedang tidak berada disini” Jagmal tidak suka mendapatkan jam pasir sebagai hadiah dari ayahnya, Raja Udai Singh langsung marah “Kamu seharusnya mengerti betapa pentingnya waktu !” ujar Raja Udai Singh marah, dalam hati Jagmal berkata “Aku akan menjadi seseorang yang tidak akan mengikuti waktu tapi dalam hal ini hal itu menentangku ! Tunggu dan lihat, waktu akan mengatakan padamu semuanya” Raja Udai Singh memanggil Jagmal dengan keras ketika Jagmal dengan santainya menggosok gosok telinganya, tepat pada saat itu Rawat menemui Raja Udai Singh dan ingin berbicara dengannya secara pribadi yang sangat penting, Raja Udai Singh segera menyuruh anak anaknya keluar dari ruangan itu
Ratu Bhatyani menemui Jagmal dan bertanya hadiah apa yang diberikan oleh ayahnya “Benda ini hanyalah sampah yang tidak berguna, ibu” Ratu Bhatyani berusaha untuk membuat Jagmal mengerti namun gagal “Ayah saat ini sedang bersama paman Rawat Ji, lebih baik ibu mengurusi mereka sekarang bukan menceramahi aku” ujar Jagmal santai dan pergi begitu saja meninggalkan ibunya,
Sementara itu di dalam ruangan pribadi Raja Udai Singh “Maharana Udai SIngh, rasanya aku curiga kalau ada sebuah masalah besar yang sedang terjadi di Bijolia, itulah mengapa rakyat mereka menentang Chittor, rakyat Bijolia sama saat ini sama sama memberontak seperti yang telah dijelaskan oleh pembawa pesan yang bernama Fatta itu, ini alasan dibalik kekecewaan rakyat Bijolia karena kelalaian kita” Raja Udai Singh sangat marah begitu mendengar ucapan Rawat Ji “Kamu ini bicara tentang Bijolia seolah olah dia adalah musuh terbesar Chittor ! Saat ini Pratap sedang pergi ke Bijolia, dia akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di Bijolia !” ujar Raja Udai Singh lantang
Pada saat yang bersamaan di Bijolia, saat itu Ajabde, Pratap dan Fatta sudah sangat dekat dengan barak pasukan Afghanistan yang paling kecil “Mereka membuat rencana untuk penjarahan ternak ternak kami dari sini” Pratap melihat prajurit Afghanistan itu dengan perasaan marah “Bagaimana bisa rakyat biasa menghadapi mereka ? seseorang yang kamu kirimkan pesanmu ke Chittor, Maharana Udai Singh tidak mungkin begitu mendengar adanya bahaya yang menjulang di perbatasan Bijolia tidak mengirimkan bantuannya kesini” Fatta hampir saja kehilangan kesabarannya namun Ajabde mencegahnya “Dia kelihatannya tidak merasa senang untuk bertarung dengan prajurit Afghanistan ini atau malah membiarkan mereka mencuri ternak ternak kita, kak” ujar Fatta kesal “Aku tidak bermaksud demikian, aku benar benar memuji untuk sekelompok warga negara biasa yang bertarung dengan prajurit Afghanistan sampai sekarang” puji Pratap tulus, namun Fatta tidak suka disebut sebagai orang biasa “Kami tidak membutuhkan bantuan apapun dari Chittor, sampai hari ini kami telah bertarung dengan prajurit mereka sendirian dan akan terus melanjutkan sampai titik darah penghabisan ! Kami bukanlah seorang pengecut atau biasa !” ujar Fatta kesal,
Ajabde berusaha menjelaskan tapi Fatta merasa kalau Pratap telah membuat mereka jadi tidak percaya diri, Pratap kembali menambahkan ucapannya kalau dirinya sangat menghargai mereka tapi Pratap juga ingin agar mereka mengerti tentang gawatnya situasi yang harus mereka hadapi saat ini “Ini tidak begitu mudah untuk pergi kesana dan menghadapi mereka semua sendirian” Fatta sudah tidak sabar dengan keadaan ini “Sekarang aku akan menunjukkan padanya kalau betapa mudahnya untuk kita bertarung dengan orang orang Afgahnistan tersebut !” Ajabde dan Pratap berusaha mencegah Fatta namun Fatta telah berjalan kedepan ke arah para prajurit Afghanistan
Di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh meminta maaf pada Rawat Ji karena telah membentaknya seperti itu “Dewa tahu apa yang terjadi pada diriku hari ini, aku tidak bisa lagi mengontrol perasaan marahku atau perasaanku, aku tidak seperti ini sebelumnya, aku marah pada Jagmal tapi aku melampiaskannya padamu” tanpa Raja Udai Singh sadari, Rawat Ji merasa sedih dan mengusap airmatanya, Raja Udai Singh merasa sedih melihat perbedaan kepribadian antara kedua anaknya yaitu Jagmal dan Pratap “Seorang ibu adalah guru terbesar untuk seorang anak, Maharana ,,, dari sanalah seorang anak mulai belajar, mereka mendapatkan nilai nilainya berdasarkan kepribadiannya masing masing hanya dari sana, Maharani Jaiwanta telah memberikan semuanya pada pangeran Pratap” Raja Udai Singh tersenyum bangga, dengan perasaan miris Rawat Ji mengatakan tentang Jagmal “Bagaimana pangeran Jagmal mendapatkan semua ini dari ibunya ?” Raja Udai Singh mulai memikirkan ucapan Rawat Ji “Lalu apa yang harus aku lakukan, Rawat Ji ?”
Rawat Ji kemudian menyarankan untuk menyatukan kembali mata mata mereka yang tersembunyi yang tersebar di seluruh daerah kekuasaan mereka “Bagaimanapun juga kita harus memanggil kembali mata mata kita yang berasal dari Bijolia beberapa tahun yang lalu” Raja Udai Singh menyetujuinya dan segera memerintahkan Rawat Ji untuk melakukan hal itu, Rawat Ji ingin memanfaatkan info yang mereka dapat dengan menyatukan semua mata-mata ini “Ini akan menjadi sebuah bantuan yang besar untuk pangeran Pratap untuk mengerti tentang permasalahan yang terjadi di Bijolia” ketika Raja Udai Singh hendak mengucapkan sesuatu, tiba tiba Ratu Bhatyani datang dan mengundangnya untuk melakukan pemujaan, Ratu Bhatyani tidak membiarkan Rawat Ji mengatakan sesuatu, Raja Udai Singh juga hanya bisa mendukung istrinya ini “Rawat Ji, kita akan membicarakan tentang hal ini nanti” ujar Raja Udai Singh yang kemudian berlalu bersama Ratu Bhatyani, Rawat Ji yang bisa berdiri dengan rasa tidak berdaya
Sementara itu di Bijolia, dengan gagah berani, akhirnya Fatta menantang para prajurit Afghanistan untuk bertarung dengannya “Keluar kalian dari Bijolia ! Atau aku akan membunuh kalian satu per satu !” orang orang Afghanistan itu hanya tertawa mengejek ke arah Fatta, kemudian pertarungan pun dimulai, Ajabde dan Pratap melihat mereka dari kejauhan, Fatta bertarungnya dengan gagah berani tapi akhirnya dialah yang di tangkap oleh prajurit Afghanistan, melihat hal ini Ajabde bermaksud hendak pergi menemui orang orang Afghanistan itu namun Pratap langsung mencegahnya dengan memegang tangannya sambil berkata “Prajurit prajurit ini kelihatannya sangat terlatih daripada prajurit prajurit yang lain” ujar Pratap sambil melepaskan tangannya dan menatap kearah Ajabde, kembali mereka berdua saling memandang satu sama lain “Kalau kamu pergi kesana maka akan menambah masalah saja, kamu mungkin salah seorang yang sangat dekat yang mendukung Bai ji lal” ujar Pratap “Tapi aku tidak bisa mundur dan melihat prajurit itu membunuh adikku !” ujar Ajabde kesal “Kalau begitu biarkan aku yang pergi kesana dan bertarung dengan mereka” Ajabde merasa heran “Apakah karena aku hanya seorang perempuan dan bukan seorang prajurit yang pemberani seperti kamu ?” Pratap mengangguk membenarkan “Jangan lakukan tindakan konyol seperti yang dilakukan oleh adikmu itu, sebuah perang bisa dimenangkan dengan keadaan tetap tenang”, “Jadi kamu menyebut adikku itu tolol begitu ?” Pratap mengangguk mengiyakan ucapan Ajabde, kemudian mereka berdua bertengkar dengan manisnya namun akhirnya Pratap kembali fokus untuk bertarung dengan prajurit Afghanistan tersebut, Pratap segera berlalu meninggalkan Ajabde
Di kerajaan Bijolia sendiri, orang kepercayaan Ajabde yang ikut bersumpah kemarin mencoba untuk memberikan masukan ke Ratu Hansa Bai “Maharani Hansa, rasanya kita tidak bisa mengambil resiko dengan membuat Bijolia sebagai daerah yang bebas, karena hal itu akan menyingkirkan nama kita dari Rajputana, kita harus berfikir untuk bergabung dengan kerajaan Bikaner atau Marwar, apalagi pangeran Balwant juga masih sangat muda sekali untuk menanggung semua tanggung jawab ini sendirian” Balwant yang saat itu berada di sana langsung mengangguk membenarkan perkataan laki laki tua ini namun Ratu Hansa Bai tetap berpegang pada rencana Ajabde “Aku telah bersama sama dengan kalian sejak Rao Mamrak Ji masih hidup, aku hanya berfikir untuk kebaikan kalian saja” ujar laki laki tua itu lagi,
Sementara itu para prajurit Afghanistan sedang menangkap Fatta, tak lama kemudian Pratap datang dan menemui mereka, Pratap menepukkan tangannya, para prajurit Afghanistan merasa kalau rakyat Bijolia ini sedang keluar dari jalan mereka untuk mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri hari ini “Bunuh diri itu dosa !” ujar Pratap lantang “Aku benar benar memberikan aplause untuk kalian semua, selamat ! Selama menjadi seorang tukang kuda, aku suka melihat tindakan yang berani seperti ini” ujar Pratap sambil hendak memegang lengan salah satu prajurit yang mengijinkannya untuk memegangnya sambil memuji keberanian mereka, Fatta yang saat itu sudah di borgol oleh prajurit Afghanistan merasa heran “Apa yang terjadi padanya ?” bathin Fatta dalam hati, Pratap kemudian mengecek lengan salah satu prajurit sambil berkata “Seluruh kekuataan pada prajurit ini hanya ada pada lengannya saja, sedangkan bagian tubuh yang lain tidak ada apa apanya” kemudian Pratap mengecek lengan prajurit yang lain juga, saat itu Ajabde melihat mereka dari kejauhan,
Pratap kemudian mendatangi Fatta secara dekat “Kamu fikir dengan kamu datang kesini lalu mengatakan pada mereka untuk pergi maka mereka akan benar benar pergi ? Sekarang kita akan memberikan pesan yang khusus untuk mereka” salah satu prajurit Afghanistan langsung mengeluarkan pedangnya dan menaruhnya di dekat leher Pratap, ekspresi Pratap langsung berubah, tidak menunggu waktu lama, Pratap langsung menghajar mereka sendirian dengan tangan kosongnya tanpa sebuah pedang ditangannya, Ajabde menatap ke arah Pratap tajam, Ajabde teringat ketika dulu Pratap bertarung dengan Jalal didepan matanya, Ajabde melihat semua gerak gerik cara berkelahi Pratap yang dulu di kenalnya sama persis seperti Pratap yang ada didepannya kali ini, tak terasa Ajabde menangis ketika Pratap menghajar prajurit Afghanistan yang terakhir, Ajabde baru menduga kalau Pratap yang didepannya kali ini adalah pangeran Pratap suaminya, sementara itu Fatta tersenyum senang ketika Ajabde melihat Pratap dengan tidak berkedip
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 302 by. Sally Diandra