SINOPSIS MAHAPUTRA episdode 304 (29 Oktober 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Bijolia, ekspresi Pratap langsung berubah marah begitu memikirkan Ajabde, Pratap segera keluar dari istana Bijolia dengan perasaan marah, tepat pada saat itu Ajabde keluar dari balkon kamarnya sekali lagi untuk melihat Pratap lagi yang telah pergi dari istana, tiba tiba petir menyambar memperlihatkan sinarnya yang terang, Ajabde kembali memikirkan Pratap ketika bertarung dengan para prajurit Afghanistan, kemudian ketika memberikan semua perhiasannya untuk Bijolia, Ajabde kemudian menyuruh pelayannya untuk menutup pintu utama karena sudah larut malam.
Tak lama kemudian Pratap sedang berlatih pedang di dalam hutan pada malam hari itu juga, Pratap teringat semua yang terjadi ketika dirinya menikah dengan Ajabde, saat itu Chakrapani secara kebetulan sedang berdiri didepan pedangnya “Minggir kamu, Chakrapani !” namun Chakrapani tidak mau berpindah tempat “Pangeran, aku tidak keberatan kalaupun aku harus mati ditanganmu, aku rela, pangeran” Pratap segera menarik kembali pedangnya “Pangeran, apakah kamu melihat Ajabde di istana ?” Pratap hanya mengangguk sekilas “Ajabde adalah Bai ji lal, aku tidak bisa melihat wajahnya tapi aku tahu karakternya dan tujuannya yang sangat baik, sesaat aku sempat melihatnya sekilas dari kejauhan, aku ini memang seorang yang tolol yang tidak bisa mengerti betapa mudahnya untuk mengetahui fakta yang ada kalau Ajabde adalah Bai ji lal, begitu pula sebaliknya, tidak ada seorangpun di Bijolia yang menyembah begitu membabi buta, dia selalu tahu bagaimana memenangkan hati semua orang, dia menggunakan dukungan mereka dalam tujuannya hari ini” ujar Pratap
Tak lama kemudian Pratap sedang berlatih pedang di dalam hutan pada malam hari itu juga, Pratap teringat semua yang terjadi ketika dirinya menikah dengan Ajabde, saat itu Chakrapani secara kebetulan sedang berdiri didepan pedangnya “Minggir kamu, Chakrapani !” namun Chakrapani tidak mau berpindah tempat “Pangeran, aku tidak keberatan kalaupun aku harus mati ditanganmu, aku rela, pangeran” Pratap segera menarik kembali pedangnya “Pangeran, apakah kamu melihat Ajabde di istana ?” Pratap hanya mengangguk sekilas “Ajabde adalah Bai ji lal, aku tidak bisa melihat wajahnya tapi aku tahu karakternya dan tujuannya yang sangat baik, sesaat aku sempat melihatnya sekilas dari kejauhan, aku ini memang seorang yang tolol yang tidak bisa mengerti betapa mudahnya untuk mengetahui fakta yang ada kalau Ajabde adalah Bai ji lal, begitu pula sebaliknya, tidak ada seorangpun di Bijolia yang menyembah begitu membabi buta, dia selalu tahu bagaimana memenangkan hati semua orang, dia menggunakan dukungan mereka dalam tujuannya hari ini” ujar Pratap
Di istana Bijolia, Ajabde sedang bersama dengan Ratu Hansa Bai “Orang orang pasti mengira kalau aku telah salah mengarahkan rakyat Bijolia, bahwa aku telah menggunakan mereka untuk tujuan yang salah” ujar Ajabde sedih “Kenapa kamu berfikir demikian, Ajabde ?” saat itu Ajabde memikirkan ucapan Pratap “Lupakanlah itu, bu ,,, tapi jika kita salah dalam berfikir lalu apa yang bisa kita fikirkan ? Bagaimana jika orang orang mengira aku ini menjadi orang yang egois dan seseorang yang menginginkan kekuasaan ?” tanya Ajabde cemas “Rakyat Bijolia itu tahu kamu dengan baik melebihi rasa tahumu tentang dirimu sendiri” ujar Ratu Hansa Bai bangga “Mereka tidak mempunyai ide apa apa lagi tentang apa yang telah kamu putuskan untuk Bijolia tapi mereka datang kemari dan memberikan semua milik mereka untuk kamu sesuai yang kamu perintahkan, jika mereka memiliki sedikit keraguan padamu maka apakah mereka mau datang kemari ? Apakah mereka mau memberikan semua emas yang mereka miliki untuk kamu ?” Ajabde langsung menggelengkan kepalanya “Kamu seharusnya tidak berfikir tentang semua ini, fokus saja pada misimu, nak” Ajabde mengangguk
Chakrapani benar benar tidak bisa percaya kalau Ajabde yang masa kecil dulu hanyalah seorang gadis yang pendiam dan introvert, sekarang menjadi begitu kuat untuk rakyatnya “Rakyat disini mengikuti keyakinannya dan kepintarannya” ketika Chakrapani hendak mengatakan hal yang lebih lagi tentang Ajabde, tiba tiba Chakrapani tidak meneruskan ucapannya karena Pratap menatapnya tajam, Chakrapani langsung bangun namun Pratap ingin tahu apa yang baru saja Chakrapani pikirkan, Chakrapani mencobanya untuk mengalihkan pembicaraan namun gagal “Aku hanya sedang berfikir dalam benakku, apakah kemaharan Ajabde ke Mewar yang menyebabkan pemborentakkan rakyat Bijolia ? Apakah hal ini benar benar nyata kalau semua pesan yang dikirimkan ke Chittor dari Bijolia telah menghilang begitu saja ? Bagaimana jika tidak ada pesan yang dikirimkan hingga hari ini ?” Pratap mulai memikirkan ucapan Chakrapani, Chakrapani mencerca dirinya sendiri karena berfikiran seperti itu “Ajabde itu sangat murni dan nyata, bagaimana bisa dia menjadi seorang penipu secara tiba tiba ? Bagaimana bisa dia melakukan tindakan ketidakadilan dengan rakyatnya sendiri hanya untuk sebuah alasan pribadi ?”, “Semua itu bisa saja benar, siapa yang bisa mengira kalau Ajabde bisa menjadi sebuah alasan untuk kepergian Rani Ma dari Chittor ?” ujar Pratap geram
“Tapi aku bisa saja benar bisa juga salah, pangeran ,,, hal ini belum pasti ! Kita seharusnya tidak menyimpulkan apa apa dulu sampai kita menemukan kenyataan yang sebenarnya, pangeran” Pratap menatap ke arah Chakrapani tajam “Lalu kamu menginginkan aku, pangeran Pratap untuk mengetuk pintu istana Bijolia untuk menanyakan kenyataan yang sebenarnya dari Ajabde, begitu ? Katakan padaku apa yang ada di dalam hatimu saat ini ?” tanya Pratap kesal, kemudian Chakrapani memberikan sebuah cara yang mudah untuk mengetahui kenyataan yang sebenarnya “Kamu masih ingat kan, kemarin aku sedang bicara dengan seorang perempuan yang aku sebut sebagai muridku ? Sebenarnya dia adalah istriku, Saubhagyawati, dia menghabiskan sebagian besar waktunya dengan Ajabde sampai hari ini, dia memang temannya dari dulu tapi sekarang Saubhagyawati adalah penolong baginya saat ini juga, kita bisa mendapatkan informasi darinya” Pratap menyukai ide Chakrapani “Kenyataan yang sebenarnya akan kita ketahui dengan aku berada disini atau tidak, aku mungkin lebih baik kembali ke Chittor, siapapun bisa di kirimkan ke Chittor untuk menyelamatkan Bijolia dari Afghanistan” Chakrapani tersenyum pada dirinya sendiri karena dia tahu kalau Pratap tidak akan bisa terjebak dengan kata katanya sendiri “Sepertinya ada sesuatu yang tidak akan membiarkan kamu meninggalkan Bijolia, pangeran” ujar Chakrapani
Ajabde memberikan Parvat Das sebuah surat dari raja mereka (Balwant) “Surat ini harus kamu berikan pada kerajaan tetangga kita” ujar Ajabde, Parvat Das mencoba untuk menghalanginya namun Ajabde sekali tetap bersikeras “Ini untuk kesejahteraan semua orang” ujar Ajabde, kemudian Parvat Das berlalu dari sana bersama surat dari Balwant “Balwant, kakak akan keluar dulu sebentar” ujar Ajabde
Saat itu Pratap sedang berlatih di rumah Fatta sambil memikirkan tentang semua yang berhubungan dengan Bai ji lal, Pratap menolak untuk tinggal disana lebih lama lagi “Aku tidak akan tinggal disini di bawah kekuasaan Ajabde !” ujar Pratap geram,
Saat itu Pratap sedang berlatih di rumah Fatta sambil memikirkan tentang semua yang berhubungan dengan Bai ji lal, Pratap menolak untuk tinggal disana lebih lama lagi “Aku tidak akan tinggal disini di bawah kekuasaan Ajabde !” ujar Pratap geram,
Sementara itu di hutan, Chakrapani mengadakan pertemuan dengan istrinya, Saubhagyawati, Chakrapani sedang duduk diatas pohon sambil memberikan kode yang sama yang biasanya dia lakukan ketika mereka masih kecil dulu ketika Saubhagyawati datang menemuinya, Chakrapani ingin bicara dengannya sesuatu yang sangat penting, Chakrapani segera mengajaknya pergi dari sana,
Pada saat yang bersamaan di rumah Fatta, Pratap sedang menulis sebuah surat untuk Fatta “Karena adanya beberapa perubahan yang tidak terduga dan tidak terduga dalam situasi ini, aku merasa tidak berdaya tetapi aku harus pergi dari Bijolia, aku meyakinkan kamu kalau aku akan melakukan apapun yang bisa aku lakukan untuk kamu dan kakak kamu, terima kasih untuk semua keramah tamahan kamu selama ini” Pratap membaca kembali isi suratnya kemudian disimpannya surat itu diruangan tersebut dan segera mengambil belatinya juga barang barangnya yang lain, ketika Pratap hendak keluar, tanpa di duga ternyata Pratap bertemu dengan Ajabde lagi yang menyamar sebagai rakyat biasa “Apakah kamu akan pergi berburu ?”, “Aku tidak suka berburu” ujar Pratap “Oh, maaf ,,, aku tidak tahu, aku juga minta maaf karena terlalu ingin tahu tentang kehidupan pribadi kamu” Pratap bisa mengerti tentang hal itu karena dia adalah orang asing di Bijolia “Oh iya, tukang kuda, kalau ada waktu, aku ingin bicara denganmu” Pratap menyetujuinya sambil memberi makan kudanya,
Sementara itu Saubhagyawati membawakan beberapa ladu untuk Chakrapani, Chakrapani sangat menyukainya “Lalu bagaimana dengan Ajabde ? Mengapa dia tidak pernah menulis surat sedikitpun ke pangeran Pratap atau Maharana Udai Singh untuk meminta bantuan ? Aku dengar dia sekarang jadi begitu sombong rupanya” Saubhagyawati tidak suka dengan ucapan suaminya itu “Jangan berkata seperti itu tentang Ajabde ! Dia tidak bisa menjadi seorang yang sombong tapi yang pasti dia itu memiliki harga diri yang tinggi, asal kamu tahu saja kalau dia telah menulis banyak surat untuk Maharana Udai Singh” ujar Saubhagyawati kesal kemudian Saubhagyawati mencoba mengalihkan pembicaraan namun Chakrapani kembali masih membahas soal Ajabde “Jika Ajabde memang benar demikian, lalu kenapa dia tidak mengatakan yang sesungguhnya ke rakyat Bijolia ?”
Saubhagyawati mulai mengerti kalau Pratap pasti telah mengirimkan Chakrapani ke Bijolia untuk mendapatkan informasi tentang Ajabde “Kamu datang kesini untuk bertemu dengan teman Bai ji lal untuk temanmu sehingga kamu bisa memberikan semua informasi padanya, iya kan ? Aku bisa memahami misimu dengan baik, aku telah menghabiskan waktu sepanjang malam untuk membuatkan ladu ini untuk kamu dan ini balasanmu padaku ?” Chakrapani merasa kikuk di depan Saubhagyawati begitu mendengar sindiran istrinya “Aku memang datang ke Bijolia atas keinginan pangeran Pratap, dia sendiri juga berada disini di Bijolia” Saubhagyawati kaget “Pangeran Pratap sangat marah pada Ajabde, tapi setelah mendengarkan ceritamu, aku merasa kalau ada kesalahpahaman yang sangat besar yang terjadi diantara mereka berdua” ujar Chakrapani
Di rumah Fatta, Ajabde masih ngobrol dengan Pratap “Kalau aku lihat, kamu ini tidak pernah terlihat begitu merawat kudamu dengan baik, dengan begitu aku mengira kalau kamu ini sebenarnya bukan benar benar seorang perngurus kuda, aku hanya bisa menduga kalau kamu ini adalah seorang ksatria” ujar Ajabde “Itu mungkin saja benar, aku ini memang keduanya seorang ksatria dan juga seorang pengurus kuda, aku telah melihat ada sebuah identitas baru pada diri setiap orang disini” Ajabde sedikit kaget “Aku tidak berharap kamu menyerahkan semua perhiasanmu untuk misi Bai ji lal”, “Aku tidak bisa menahan diriku untuk tidak melakukan hal itu seperti yang dilakukan oleh orang lain yang melakukannya tanpa pamrih, aku melakukan hal itu hanya untuk tanah airku semata” ujar Pratap merendah “Ternyata rasa patriotisme masih hidup dalam diri orang orang Chittor sampai hari ini” sindir Ajabde “Aku tidak ingin mendengar tentang hal itu, mungkin Bai ji lal telah mengatakan semuanya pada kamu, kami orang orang Chittor masih terus melanjutkan rasa patriotisme itu”, “Dia cukup mampu untuk memiliki pemikiran sendiri, Bai ji Lal tidak perlu mengatakan apa-apa padaku tentang apa yang dipikirkannya atau dipercayainya, orang orang Chittor mungkin bisa jadi masih memiliki rasa patriotisme tapi keluarga Maharana Udai Singh tidak akan bisa menjadi salah satu dari mereka, bagaimana mereka bisa mengurusi negara mereka jika mereka sendiri tidak bisa mengurusi salah satu anggota keluarga mereka ? Jika mereka bisa melakukannya maka seharusnya mereka tidak akan meninggalkan menantu perempuan mereka tanpa sebuah alasan yang jelas”
Pratap tertegun mendengar ucapan Ajabde “Bagaimana bisa kamu tahu ? Mungkin mereka memiliki sebuah alasan dibelakangnya” mereka berdua kemudian saling bertanya satu sama lain “Apakah kamu kenal dengan orang orang tersebut secara dekat ?” tanya Pratap penasaran “Kamu sendiri apakah kamu juga kenal dengan mereka ?” balas Ajabde “Aku kira kamu datang kesini karena kesedihan dan kekecewaan rakyat Chittor”, “Aku tidak setuju dengan mereka tapi aku juga tidak bisa menipu tanah airku sendiri, aku bisa menghormati Bai ji lal mu itu sebagai seorang rakyat biasa yang berusaha berfikiran positif kalau dia telah begitu jauh dari pandangan pribadiku untuknya” ujar Pratap “Kamu seharusnya berfikiran dari sudut pandang Bai ji lal, mengapa kamu tidak mencoba untuk mengerti tentang hal ini setelah apa yang terjadi padanya selama ini ?” ujar Ajabde kesal “Aku heran kenapa Bai ji lal ini sangat penting sekali artinya buat kamu ? Apakah kamu ingin agar aku menghormatinya ?” Ajabde langsung berbalik membelakangi Pratap “Tidak perlu, aku hanya membawa sebuah pesan untuk kamu darinya” Pratap semakin penasaran “Bai ji lal menginginkan sesuatu dari kamu” Pratap merasa heran “Apa yang Ajabde inginkan dari aku sekarang ?” bathinnya dalam hati SINOPSIS MAHAPUTRA episdode 305 by. Sally Diandra