SINOPSIS MAHAPUTRA episode 225 (16 Juni 2014) by. Sally Diandra
Raja Udai Singh sangat marah pada Raja Maldev Singh yang meminta Raja Udai Singh untuk menceraikan Veera Bai, istri mudanya “Beraninya kamu bicara seperti itu pada istriku ?” ujar Raja Udai Singh sambil mengeluarkan pedangnnya, Raja Maldev Singh juga mengeluarkan pedangnya, semua orang yang hadir di sana terkejut dan tidak percaya sementara Phool mulai menangis melihat ketegangan yang mulai terjadi antara kakeknya dan ayah Pratap “Sekarang tidak akan terjadi apapun di kerajaan Mewar ! Hanya perang yang akan terjadi !” bentak Raja Maldev Singh, Phool semakin sedih dan menangis, dirinya tidak percaya hal ini akan terjadi “Phool, jangan menangis, kamu itu beruntung jadi jangan tinggal disini lagi !” ujar Raja Maldev Singh kemudian berlalu meninggalkan kerajaan Mewar, Ratu Umma Ji langsung menggeret tangan Phool dengan paksa dan mengajaknya pergi dari sana tanpa pamitan sedikitpun pada anggota keluarga kerajaan Mewar, diikuti oleh ayah dan ibu Phool beserta prajurit dan pelayan yang lain, Phool meronta tidak ingin ikut dengan keluarganya kembali ke kerajaan Marwar, Phool berteriak teriak meminta tolong pada Pratap sambil menoleh ke arah Pratap berulang kali, namun cengkraman tangan nenek Phool lebih kuat, Pratap yang tidak tega melihat keadaan ini, berusaha menghentikan langkah mereka namun Raja Udai Singh segera mencegahnya, Pratap pun tidak berdaya, hanya bisa menatap kepergian Phool dan keluarganya dengan tatapan nanar.

Dari kejauhan Pratap melihat perdebatan antara ayah dan ketiga ibunya, setelah gagal memberikan pengerian pada istrinya, Raja Udai Singh menghampiri Pratap yang saat itu berada di koridor yang sama melihat mereka dari kejauhan “Pratap, maafkan ayah, ayah benar benar telah melukai perasaanmu, aku mengatakan padamu untuk melupakan Ajabde untuk kepentingan hubungan Mewar dan Marwar, apakah kamu mau memaafkan ayah ? Apakah kamu percaya kalau semua ini adalah sebuah kecelakaan, sebuah peristiwa yang terjadi secara tidak sengaja ?” ujar Raja Udai Singh sedih sambil meneteskan airmatanya, “Aku akan selalu percaya pada ayah karena aku adalah anakmu, aku akan bertarung demi ayah dengan siapapun itu” tiba tiba dari kejauhan nampak Ratu Jaiwanta mendekat ke arah mereka sambil memegang nampan aarti, Raja Udai Singh, Pratap bahkan Ratu Sajja Bai yang masih ada disana tercengang melihatnya “Ibu mau kemana ? Apa yang akan ibu lakukan ?” tanya Pratap heran “Aku akan menyambut ibu barumu, Pratap” ujar Ratu Jaiwanta sambil melirik ke arah Raja Udai Singh kemudian berlalu meninggalkan mereka
Di halaman istana, Veera Bai dan para pelayannya masih menunggu di luar dengan harap harap cemas dan gelisah karena tidak ada seorangpun yang mempedulikannya, tiba tiba Ratu Jaiwanta muncul di depannya dengan beberapa pelayan, Ratu Jaiwanta melakukan aarti untuk Veera Bai, Veera Bai merasa senang dan kagum pada Ratu Jaiwanta, kemudian Veera Bai juga melakukan ritual memasuki rumah suaminya dengan menginjakkan kakinya di cairan berwarna merah sehingga jejak kakinya tergambar di lantai, Ratu Jaiwanta juga mengajak Veera Bai untuk memuja Dewa mereka, Veera Bai sangat terharu dengan perlakuan dan ucapan Ratu Jaiwanta padanya, Veera Bai meminta restu pada Ratu Jaiwanta kemudian berlalu dari sana, sepeninggal Veera Bai, Raja Udai Singh menghampiri Ratu Jaiwanta dan berkata “Ketika tidak ada seorangpun yang mempercayai aku pada waktu itu, kamu ternyata tetap mempercayai aku, jadi aku mohon maafkan aku”, “Aku tidak mempunyai hak untuk memaafkan kamu, minta maaflah pada Dewa” ujar Ratu Jaiwanta
Sementara itu dari atas balkon, Hukum Singh mengirimkan sebuah pesan untuk Jalal melalui burung merpatinya, tak lama kemudian prajurit memanggilnya untuk menghadap ke Pratap, pada saat yang bersamaan di kerajaan Marwar, Raja Maldev Singh sedang mengadakan pertemuan dengan semua menteri menterinya “Sekarang ini adalah saatnya ujian bagi kita karena Mewar akan bertarung denganku !”
Di kerajaan Mewar, pada saat yang bersamaan Pratap juga sedang berkumpul dengan orang orang kepercayaannya “Undang semua tetangga kerajaan kita untuk meminta bantuan pada mereka, untuk berperang melawan Marwar dan kita akan berupaya mengadakan gencatan senjata pada perang nanti, lalu bagaimana dengan pembunuh Sulaiman ?” Hukum Singh yang mendengarkan pembicaraan mereka sedari tadi merasa gelisah “Aku telah mengutus mata mata kita untuk menyelidiki hal ini dan secepat mungkin kita akan mendapatkan pembunuhnya !” Hukum Singh semakin panik, kemudian Pratap menyuruh juru tulisnya untuk menulis sebuah surat untuk Bikaner untuk meminta bantuan, di kerajaan Marwar, Raja Maldev Singh juga melakukan hal yang sama, meminta juru tulisnya untuk menulis sebuah surat ke tetangga kerajaan lainnya. Ternyata Pratap mendapat penolakan dari semua kerjaaan tetangga yang dimintai bantuan, sedangkan Raja Maldev Singh mendapatkan respon yang positif,
Sementara itu Jalal mendapat pesan yang dikirimkan oleh Hukum Singh, Jalal tertawa ketika membaca surat itu “Jalal, kenapa kamu tertawa ?” Bhairam Khan merasa heran dengan tingkah Jalal “Kamu tahu, Khan Baba ,,, sekarang Mewar dan Marwar akan saling berperang satu sama lain” ujar Jalal senang SINOPSIS MAHAPUTRA episode 226 by. Sally Diandra