SINOPSIS BEINTEHAA episode 80 (17 April 2014)

SINOPSIS BEINTEHAA episode 80 (17 April 2014) by. Sally Diandra Di kamar Zain dan Aaliya, Zain dan Aaliya akhirnya berjabat tangan sambil berkta “Sekarang kita berteman seumur hidup kita” saat itu Aaliya terus menatap mata Zain sambil berjalan ke depan, sementara Zain terus berjalan mundur “Aaliya, kenapa kamu menatap aku terus menerus seperti itu ? Kita baru saja menjalin persahabatan”, “Hanya persahabatan katamu ? Coba kamu ulangi” pinta Aaliya “Jawabanku tidak akan berubah jika kamu meminta aku mengulanginya” ujar Zain, Aaliya terus mendekati Zain dan menatapnya dengan mesra hingga akhirnya Zain terpojok di dinding, Zain berusaha untuk menghindar dari Aaliya tapi Aaliya mencegahnya dengan meletakkan tangannya di dinding sambil berkata “Kamu memang telah menjalin persahabatan dengan aku, oleh karena itu kita harus mengikutinya” ujar Aaliya kemudian tertawa terbahak bahak dan berkata “Kenapa kamu sangat gugup ?”, “Aku nggak gugup !” ujar Zain tegas “Ya sudah sekarang kita mengatur peralatan rumah tangga kita” ujar Aaliya, Aaliya menemukan peralatan dapur stainless steell “Zain, apakah kita bisa menyimpannya di dalam dapur ?”, “Aku tidak yakin, ibu pasti tidak akan mengijinkannya, lebih baik kita menyimpannya di dalam lemari saja” mereka berdua segera merapikan peralatan dapur tersebut sambil teringat kenangan masa lalu yang pernah mereka lalui bersama 

Sementara itu Fahad menegur kedua istrinya, Nafisa dan Shaziya karena tidak melacak keberadaan anak anak mereka setelah mengirimkan mereka pergi piknik “Kalau begitu bagaimana kalau kita menelfon gurunya” ujar Shaziya tapi sayangnya guru anak anak tidak bertanggung jawab karena tidak mengangkat telfonnya “Kalau begitu, aku akan membawa anak anak, tepat pada saat itu, Batkath berdiri di depan pintu sambil melihat ke arah mereka “Nah, itu ada Barkath, Barkah kemarilah !” Barkath pun menghampiri mereka bertiga “Barkath, tolong kamu ajak ngobrol kakak kakak iparmu ini, sampai aku pulang membawa anak anak kembali” Nafisa dan Shaziya hanya tersenyum sambil mengucap salam pada Barkath, sedangkan Fahad sudah pergi mencari anak anaknya, saat itu Shaziya dan Nafisa sedang dalam dunia khalayannya masing masing, mereka berdua ingin menguasai dan mengontrol Fahad sepenuhnya, Barkath tertawa geli memandang mereka dari arah belakang “Meskipun Bangali Baba telah memberikan ramuan untuk Fahad, tapi tetap saja dia tidak bisa aku kontrol sepenuhnya” Barkath tertegun mendengar ucapan Shaziya “Bagaimana itu bisa terjadi, kak ?” Sahaziya tersenyum dan berkata “Nanti, pasti akan aku ceritakan ke kamu” Barkath membalas ucapan Shaziya dengan senyuman di wajahnya 

Malam harinya, Usman dan Surayya perlahan lahan memasuki kamar Barkath dan melihat putri kesayangan mereka sedang tertidur pulas “Orangtua selalu merasa damai bila melihat anak anak mereka” ujar Usman penuh haru, Surayya mengiyakan ucapan Usman sambil mencium kening Barkath dan mengatakan selamat tidur 

Keesokan harinya, seluruh Usman dan Surayya sedang berkumpul bersama ketiga anak mereka, Surayya menunjukkan foto foto mereka bertiga ketika mereka masih balita, saat itu mereka berlima sedang berada diatas tempat tidur di kamar Usman dan Surayya “Dulu ibu biasanya memanggil Fahad dengan sebutan Bhaiyyu, sedangkan Fahad memanggil ibu dengan sebutan Bakbak” semua orang tertawa mendengar ucapan Surayya “Ibu, kenapa ibu menyembunyikan foto foto ini bertahun tahun lamanya ?” tanya Zain penasaran “Karena ibu tidak ingin melihat foto Barkath, Zain” tepat pada saat itu Aaliya dan Chandbibi masuk ke kamar mereka sambil membawa beberapa cangkir teh dan kudapan ringan yang mereka taruh di kereta makan, Barkath sangat senang kudapan ringan itu, tak lama kemudian Shaziya dan Nafisa juga ikut nimbrung bersama mereka, tiba tiba Aaliya menyela pembicaraan mereka “Ayah, ibu ,,, bolehkah aku meminta ijin untuk mengadakan acara pengajian pembacaan ayat ayat suci Al Qur’an sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT atas kembalinya Barkath” Usman langsung menganggukkan kepalanya “Itu sebuah ide yang bagus dan tidak membutuhkan ijin apapun, bagaimana Surayya ?” saat itu Surayya hanya terdiam sambil menatap Aaliya dengan tajam, sementara Shaziya dan Nafisa nampak kurang suka dengan ide Aaliya namun tiba tiba Surayya tersenyum dan berkata “Aku juga suka idenya, kalau begitu pengajian pembacaan ayat ayat suci Al Qur’an kita adakan besok !” semua orang senang mendengarnya 

Pagi itu, Usman mendapat telfon dari Shabana, tiba tiba Surayya menghampirinya dan berkata kalau dirinya ingin bicara dengan Shabana, Usman segera memberikan ponselnya “Hallo, Shabana, ini aku Surayya” Shabana terkejut mendengar suara Surayya “Kakak ipar, aku sangat senang kalau Barkath telah ditemukan” suara Shabana terdengar di ujung sana “Aku akan menerima ucapan selamatmu itu secara pribadi ketika kamu datang ke Mumbai bersama keluargamu dan bertemu dengan kami” Shabana tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan oleh Surayya, sementara Aayath tersenyum melihat ibunya senang sambil mengggelanyut manja di bahu ibunya “Pasti pasti, kakak ipar ,,, kami pasti akan datang kesana” tak lama kemudian pembicaraan mereka pun berakhir, Shabana segera menghampiri Ghulam yang saat itu sudah duduk dibelakangnya sambil mendengarkan pembicaraan mereka “Ghulam, aku sangat bahagia karena kak Surayya telah menerima kita”, “Aku juga pasti akan sangat khawatir jika anak perempuanku tidak kembali selama 15 tahun, bagaimana bisa seseorang hidup tanpa anaknya selama 18 tahun dan itu semua gara gara saudaraku sendiri” ujar Ghulam resah “Sudahlah, tidak usah dipikirkan lagi, yang lalu biarlah berlalu” ujar Shabana 

Di kamar Shaziya, Shaziya sedang ngobrol dengan Nafisa “Aku heran kenapa Barkath tiba tiba muncul ? Ketika mami menceritakan semua kejadiannya yang terjadi” ujar Shaziya cemas “Iyaaa, aku juga berfikiran begitu, sepertinya semuanya sudah di rencanakan” timpal Nafisa tepat pada saat itu Aaliya mendengar semua pembicaraan kedua kakak iparnya ini dari depan pintu kamar mereka, sementara di luar di teras depan, Zain sedang melihat Barkath sedang berdiri di teras depan sambil menangis “Barkath, kenapa kamu menangis ?” Barkath kaget ketika menyadari kalau Zain telah berdiri di sampingnya “Aku kangen sama ayahku,” ujar Barkath sedih 

Malam itu di tempat tinggal Meer Khan, Meer Khan sedang bersantai sambil minum alkohol dan bermain kartu bersama temannya di halaman depan rumah di atas bale bale bambu “Meer Khan, kenapa kamu mengirimkan Barkath kesana ? bukannya Barkthlah yang menjadi tulang punggung keluarga” Meer Khan tertawa sambil berkata “Aku mengirimkan Barkath ke rumah Usman karena dia itu adalah cek kosong bagiku, dia pasti akan membawa kan aku uang dan ini adalah rencana pensiunanku !” dari kejauhan Barkath mendengarkan semua pembicaraan ini dan mulai menangis, Meerk Khan tiba tiba baru menyadari kedatangan Barktah di rumahnya “Barkath ! Ayah memang sedang menunggu kamu, bagaimana kalau kamu membelikan ayah ice cream” Barkath hanya diam saja tidak bergeming sedikitpun dari sana “Kamu ini adalah gadis dari keluarga kaya raya, itu tidak berarti mereka tidak akan membiarkan kamu bekerja, ayooo siniii berikan uangnya untukku !” Meer Khan langsung merampas tas Barkath dan mengobrak abrik isi didalamnya, Meer Khan kemudian menumpahkan isi tas Barkath ke tanah namun tidak juga menemukan uang itu, Meer Khan langsung menegur Barkath karena tidak membawa uang untuknya 

“Oooh aku tahu, hukuman apa yang pantas kamu dapatkan !” ujar Meer Khan sambil mengambil sebuah tongkat kayu “Ayah, jangan lakukan itu, ayah ,,, aku mohon ayah” namun Meer Khan tidak bergeming dan tetap hendak akan memukul tongkat kayu itu kearah Barkath, namun belum juga kayu itu mengenai Barkath, Zain segera datang dan mencegahnya dengan memegang tongkat kayu itu sambil menatap Barkath yang saat itu menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, sedangkan Meer Khan terperangah menatap Zain, ketika dirasanya cukup lama tidak ada tindakan dari ayahnya, Barkath segera menurunkan tangannya dan dilihatnya Zain ada di depannya masih memegang tongkat kayu tersebut, Zain kemudian menatap Meer Khan dan merampas tongkat kayu itu kemudian membuangnya jauh jauh, Zain langsung mencengkram kerah baju Meer Khan sambil memperingati Meer Khan untuk tidak menyakiti Barkath lagi “Jangan sekali kali kamu mencoba untuk menyakiti adikku lagi ! Atau kalau tidak, aku akan menghancurkan hidupmu !” ancam Zain, Meer Khan hanya terdiam tidak membalas ucapan Zain, sedangkan Barkath merasa senang karena kakaknya telah menyelamatkan nyawanya. SINOPSIS BEINTEHAA episode 81 Sally Diandra
Bagikan :
Back To Top