SINOPSIS MAHAPUTRA episode 211 (21 Mei 2014) by. Sally Diandra
Di kerajaan Mewar, di koridor istana, nampak Pratap mengikuti Ajabde yang sedang membawa nampan aarti, mereka berdua berdebat soal makanan yang di siapkan oleh Ajabde untuk Pratap “Jika kamu tidak peduli denganku lalu mengapa kamu mengirimkan makanan untukku kemarin ?” Ajabde nampak bingung dan gelisah sambil terus berjalan mengindari Pratap “Tidak ! Aku tidak melakukannya !” Pratap semakin kesal dan ingin mendengar kejujuran dari Ajabde “Jika kamu benar benar tidak mengirimkan makanan itu untukku maka katakan padaku sambil tatap mataku ! Aku tahu kamu tidak bisa berbohong padaku !” Ajabde menghentikan langkahnya dan tertunduk malu dan bingung, entah jawaban apa yang harus dia katakan “Apa alasan di balik semua itu, Ajabde ?” tepat pada saat itu Ratu Sajja Bai menghampiri mereka dan berkata tanpa basa basi “Pangeran Pratap, kenapa kamu tidak mengatakan kalau kamu menyukai Ajabde ?” Pratap dan Ajabde terkejut mendengarnya, Pratap segera berbalik menatap ibu tirinya itu “Rani Sajja, bukan seperti itu” namun Ratu Sajja Bai tidak menggubris Pratap, sambil tersenyum Ratu Sajja Bai bertanya pada Ajabde hal yang sama “Ajabde, kamu juga kan menyukai pangeran Pratap ?” Ajabde hanya terdiam dan tidak tahu mau menjawab apa
Ratu Sajja Bai segera meninggalkan mereka berdua dan memasuki istana sambil bicara pada dirinya sendiri “Aku tidak tahu kenapa kakak Jaiwanta percaya sekali kalau mereka berdua itu saling mencintai satu sama lain” tepat pada saat itu Ratu Jaiwanta sudah berada di depannya di koridor istana, Ratu Sajja kaget ketika Ratu Jaiwanta ada di depannya “Rani Sajja, apakah kamu tidak bisa membaca wajah mereka meskipun mereka tidak memberikan jawaban ?” Ratu Sajja Bai benar benar bingung, apalagi ketika di hadapkan pada Raja Udai Singh yang meminta dukungannya untuk memilih Phool sebagai istri Pratap “Rani Sajja, lalu apa keputusanmu ?” Rani Sajja semakin bingung karena dirinya berada di dilema yang menyulitkan “Apakah pangeran Pratap bisa menikah dengan gadis yang lain ?” kemudian Ratu Sajja Bai memberikan contoh gadis yang lain, namun Raja Udai Singh dan Ratu Jaiwanta menolak dengan keras “Baiklah, kalau begitu mari kita nikahkan pangeran Pratap dengan Ajabde !” Ratu Jaiwanta tersenyum senang dan segera memeluk Ratu Sajja Bai, ketika mereka berbalik ternyata Raja Udai Singh sudah tidak ada di ruangan itu, rupanya Raja Udai Singh kecewa dengan keputusan kedua istrinya,
Raja Udai Singh teringat akan ucapan Ratu Jaiwanta sambil berjalan menuju ke kamar Ratu Bhatyani yang masih tertutup, tiba tiba seorang pelayan keluar dari kamar Ratu Bhatyani dan mengabarkan pada Raja Udai Singh kalau Ratu Bhatyani sangat marah pada rencana pernikahan Pratap, Raja Udai Singh memikirkan keputusannya untuk menikahkan Pratap dengan Phool, dari dalam kamar Ratu Bhatyani bisa merasakan kehadiran suaminya dibalik pintu, Ratu Bhatyani sangat berharap Raja Udai Singh mau menemuinya setelah berbulan bulan lamanya dia mengurung diri di dalam kamar namun ternyata Raja Udai Singh tidak jadi masuk ke dalam kamar Ratu Bhatyani, Raja Udai Singh segera berlalu dari sana
Raja Udai Singh kemudian menuju ke kamar Pratap, ketika hendak mengetuk kamar Pratap ternyata Pratap menghampirinya dan mengajaknya masuk ke dalam kamar “Ayah, mari kita masuk ke dalam kamar karena semua putri raja selalu menatapku setiap waktu” setelah berada di dalam kamar Pratap, Raja Udai Singh bertanya pada Pratap “Pratap, kamu lebih suka kari beras atau manisan ?”, “Kari beras !” jawab Pratap, kemudian mereka berdebat satu sama lain, Raja Udai Singh tidak suka dengan ucapan Pratap, Raja Udai Singh segera meninggalkan Pratap dengan perasaan kesal dan marah
Raja Udai Singh kemudian menuju ke kamar Pratap, ketika hendak mengetuk kamar Pratap ternyata Pratap menghampirinya dan mengajaknya masuk ke dalam kamar “Ayah, mari kita masuk ke dalam kamar karena semua putri raja selalu menatapku setiap waktu” setelah berada di dalam kamar Pratap, Raja Udai Singh bertanya pada Pratap “Pratap, kamu lebih suka kari beras atau manisan ?”, “Kari beras !” jawab Pratap, kemudian mereka berdebat satu sama lain, Raja Udai Singh tidak suka dengan ucapan Pratap, Raja Udai Singh segera meninggalkan Pratap dengan perasaan kesal dan marah
Raja Udai Singh berjalan menuju ke ruang pribadinya dimana Rawat Ji sudah menantinya disana “Rawat Ji, ada apa ?” Rawat Ji mengabarkan padanya kalau Jalal telah melumpuhkan beberapa daerah kekuasaan mereka, Raja Udai Singh kaget dan panik dengan permasalahan ini
Di medan perang, Jalal dan pasukan Mughal mampu melumpuhkan daerah kekuasaan bangsa Rajput, Jalal bertanya pada Faqat Mal “Faqat Mal, tipe kematian yang seperti apa yang kamu inginkan ?”, “Aku ingin mati seperti seorang prajurit yang pemberani !” sementara itu di kerajaan Mewar, Raja Udai Singh mulai tegang mendengar aksi Jalal “Kita akan bisa melumpuhkan Jalal jika Mewar dan Marwar bisa bersama sama” ujar Raja Udai Singh, sedangkan di kamar Ratu Bhatyani, Ratu Bhatyani berkata pada pelayannya “Aku yakin Maharaja Udai Singh pasti akan datang ke kamarku !” ujar Ratu Bhatyani, pada saat yang bersamaan Raja Udai Singh kembali menghampiri kamar Ratu Bhatyani dan berdiri di depan pintu kamar Ratu Bhatyani sambil berkata “Kamu adalah satu satunya harapanku yang terakhir” ujar Raja Udai Singh sambil teringat peristiwa yang lalu ketika dirinya menceraikan Ratu Bhatyani,
Sementara itu di kamar Jaiwanta, Pratap sedang berdoa pada Dewa sambil memikirkan tentang ucapan Ajabde, Ratu Jaiwanta menemuinya dan bertanya “Apa yang terjadi, Pratap ? Apa yang kamu lakukan disini ?” Pratap salah tingkah di depan ibunya “Aku tidak tahu, ibu ,,, kenapa ibu dan ayah selalu bertengkar setiap waktu tentang pernikahanku, lalu bagaimana caranya aku bisa konsentrasi pada perang nantinya ?”
Saat itu Raja Udai Singh membuka pintu kamar Ratu Bhatyani, semua lampu diya di kamar Ratu Jaiwanta langsung padam, bahkan kaca rias di kamar Ratu Sajja yang saat itu sedang bercermin tiba tiba juga retak, semua orang terkejut, Ratu Sajja Bai segera menemui Ratu Jaiwanta dan mengabarkan kalau cermin di kamarnya tiba tiba retak, pada saat yang bersamaan Raja Udai Singh menemui Ratu Bhatyani yang sedang mengurung diri di kamarnya yang gelap, Ratu Jaiwanta segera mencari Raja Udai Singh untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi,
Sedangkan di dalam kamar Ratu Bhatyani “Ratu Bhatyani, aku memutuskan hukuman untukmu karena kamu telah melakukan kesalahan tapi sekarang aku akan membebaskan kamu maka semuanya akan baik baik saja, kamu harus melakukan semua hal hanya atas dasar perintahku saja” Ratu Bhatyani yang membelakangi Raja Udai Singh kemudian bertanya “Mengapa aku harus percaya padamu ? Jika kamu nanti akan melemparkan aku kembali ke dalam kegelapan, Rana Ji ?”, “Aku berjanji padamu kalau aku tidak akan melemparkan kamu” Ratu Bhatyani tersenyum sinis “Aku ingin sumpah ini di katakan oleh Maharani Jaiwanta !” Raja Udai Singh tertegun
Ratu Jaiwanta akhirnya sampai di dekat kamar Ratu Bhatyani dan melihat Raja Udai Singh keluar dari kamar Ratu Bhatyani, Raja Udai Singh segera menghampirinya dan berkata “Maharani Jaiwanta, kamu harus mengeluarkan Rani Bhatyani segera !” Ratu Jaiwanta menolak permintaan suaminya, sementara itu di halaman istana Pratap mendapat kabar dari pelayan Ratu Bhatyani tentang keadaan Ratu Bhatyani, berita ini langsung menyebar ke seluruh benteng dan semua orang meminta dengan amat sangat pada Ratu Jaiwanta agar membebaskan Ratu Bhatyani, termasuk juga Pratap yang meminta pada ibunya “Ibu, aku mohon keluarkan Chotti Ma (ibu tiri)” Ratu Jaiwanta marah dan kesal dengan semua permintaan ini “Pratap, kalau kamu tahu alasannya maka kamu pasti tidak akan mengijinkan dia keluar dari kamar itu !” ujar Ratu Jaiwanta sambil teringat semua tindakan kejahatan Ratu Bhatyani yang ingin membunuh Pratap “Ibu, aku tidak tertarik untuk mengetahui alasannya” ujar Pratap
Pelayan Ratu Bhatyani mengabarkan pada semua putri raja yang masih berada disana kalau Ratu Bhatyani sebentar lagi akan keluar dari kamarnya, Phool dan Ajabde juga membicarakan tentang Ratu Bhatyani “Kalau begitu kita harus bertanya pada seseorang, Ajabde” tepat pada saat itu Pratap bertemu dengan mereka, Phool bertanya ke Pratap namun Pratap malah melemparkannya ke Ajabde “Kamu bisa bertanya ke Ajabde, dia tahu semuanya” ujar Pratap,
Sementara itu Ratu Jaiwanta sedang berdoa di depan patung Dewa Khrisna, pelayan setianya Girja Bai menghampirinya dan bisa ikut merasakan perasaan Ratu Jaiwanta yang saat itu sedang berdoa sambil menangis “Girja Bai, bagaimana bisa aku mengatakan pada semua orang kalau Rani Bathyani itu tidak baik untuk benteng kita ? Dia itu jahat, dia itu serigala berbulu domba” Girja Bai bisa memahami hal ini “Aku tahu Maharani Jaiwanta tapi kamu tetap harus mengeluarkan Ratu Bhatyani karena ini adalah permintaan suamimu”,
Pada saat yang sama saat itu Ratu Bhatyani sedang berdandan di bantu oleh para pelayannya, Ratu Bhatyani kembali ceria dan cantik seperti sebelumnya, Ratu Bhatyani merasa senang karena sebentar lagi dirinya akan bebas, tepat pada saat itu di luar kamar Ratu Bhatyani, Pratap menghampiri kamar ibu tirinya itu dan berdiri di depan pintu kamar sambil teringat semua ucapan dan tindakan Ratu Bhatyani padanya, ketika Pratap hendak mengetuk pintu kamar, Ratu Jaiwanta datang kesana juga dan menghardik Pratap keras “Pratap ! Hentikan !” Pratap tertegun menatap ibu kandungnya SINOPSIS MAHAPUTRA episode 212 by. Sally Diandra