SINOPSIS MAHAPUTRA episode 162 (25 February 2014) by. Sally Diandra
Dalam perjalanannya mencari Meera Mata, Pratap dan Raj Purohit mampir ke sungai terlebih dahulu untuk beristirahat, selama istirahat itu mereka masih membahas soal Meera Mata “Apakah paman Bojhraj mencintai orang lain, kalau benar begitu, itulah mengapa paman menyuruh Meera Mata untuk semedi” ujar Pratap “Tidak, pangeran ,,, Raja Bojhraj sangat mencintai Meera Bai tapi orang lain dari pihak keluarga telah menghasutnya, hingga akhirnya Raja Bojhraj memata matai Meera Bai” ujar Raj Purohit
Di ceritakan kalau dulu Udha Bai (saudara sang raja) meracuni terus pikiran Raja Bojhraj dengan mengatakan kalau Meera Bai punya selingkuhan, karena setiap malam Meera Bai selalu menemui selingkuhannya itu di kuil dan ngobrol sepanjang malam, karena tidak percaya, akhirnya Raja Bojhraj mencoba untuk memata matai Meera Bai. Persis pada tengah malam, seperti biasa Meera Bai selalu memasuki kuilnya yang dibuat oleh suaminya, dari belakang Raja Bojhraj mulai mengikuti Meera Bai, awalnya Raja Bojhraj ragu ragu namun Udha Bai mengajaknya untuk mendengarkan apa yang dibicarakan oleh Meera Bai dengan selingkuhannya itu, dari balik pintu Raja Bojhraj dan Udha Bai bisa mendengarkan kalau Meera Bai seperti sedang bercakap cakap dengan seseorang, kemudian Raja Bojhraj langsung mendobrak pintu kuil tersebut dan tiba tiba ada sinar yang sangat terang yang menyilaukan pandangan mata mereka berdua dengan sebuah siluet yang menggambarkan Dewa Khrisna, sedangkan Meera Bai masih terus berdoa dengan khusuk, Raja Bojhraj merasa malu atas apa yang di perbuatnya dan memohon ampun pada Dewa Khrisna, namun tidak bagi Udha Bai.
Sementara itu di kerajaan Mewar, Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja juga sedang membahas soal Meera Bai “Kak Jaiwanta, apakah Raja Bojhraj percaya setelah melihat Dewa Khrisna ?” tanya Ratu Sajja “Saat itu Udha Bai terus menghasut dan meracuni pikiran Raja Bojhraj, hingga akhirnya Raja Bojhraj memutuskan untuk berbicara dari hati ke hati dengan Meera Bai kemudian Bojhraj memerintahkan Meera Bai untuk pergi dari istana dan melakukan jal samadhi (menenggelamkan dirinya di sungai)
Udha Bai sangat benci pada apa yang dilakukan oleh Meera Bai, Udha Bai selalu menyiksa Meera Bai, suatu hari Udha Bai menemui Meera Bai di kuilnya dan memecahkan persembahan yang sudah disiapkannya untuk Dewa Khrisna, ketika Meera Bai hendak membersihkannya, Udha Bai malah menginjak tangan Meera Bai hingga Meera Bai merintih kesakitan, Udha Bai sangat puas bisa menyiksa Meera Bai. Udha Bai akhirnya berhasil memaksa Raja Bojhraj untuk mengusir Meera Bai dari istana, Meera Bai pergi dari istana Mewar dengan patung Dewa Khrisna ditangannya, Udha Bai sangat senang dan puas melihat kepergian Meera Bai, sementara ibu kandung Raja Udai Singh hanya bisa menangis melihat kepergian Meera Bai, Meera Bai pergi ke sungai untuk melakukan jal samadhi.
Jalal yang saat itu juga dalam perjalanan menemui Meera Mata, masih membahas soal Meera Mata bareng Tansen “Apa kamu bilang ? Meera Mata melakukan jal samadhi ? Kalau begitu dia sudah meninggal sekarang ?” ujar Jalal sambil menaruh belatinya di leher Tansen “Jadi kamu mau mengajak aku untuk bertemu dengan seseorang yang sudah meninggal, Tansen ?” ujar Jalal “Ketika dia akan mati dengan menenggelamkan dirinya di sungai, Meera Mata melihat Dewa Khrisna dan Dewa Khrisna berkata datanglah ke Vrindavan, Yang Mulia” ujar Tansen
Saat itu Meera Bai sudah siap hendak menenggelamkan dirinya ke dalam sungai bersama patung Dewa Khrisna yang dibawanya seperti yang diperintahkan oleh suaminya, ketika kakinya menginjak ke dalam sungai, lonceng lonceng di kuil Meera Bai berdentang keras, tiba tiba ketika Meera Bai hendak menenggelamkan dirinya ke dalam sungai, ada sebuah suara yang memanggil Meera Bai dari belakang, ketika Meera Bai menoleh ternyata sebuah sinar yang menyilaukan dengan siluet Dewa Khrisna, Dewa Khrisna mengajak Meera Bai untuk pergi ke Vrindavan, desa dimana Dewa Khrisna tumbuh hingga dewasa
Sementara itu, saat itu Pratap sudah sampai di sebuah desa bareng Purohit “Kamu tahu pangeran, bagi orang biasa tidak mungkin bisa melihat sinar Dewa Khrisna tapi hanya Meera Mata yang bisa melihatnya” ujar Purohit “Itu benar benar kabar yang sangat luar biasa untuk didengar, Purohit” ujar Pratap, tiba tiba ada seorang anak kecil yang mendekati kuda Pratap, Pratap mencoba mengajak anak kecil itu untuk melihat kudanya lebih dekat dengan menggendongnya, anak kecil itu sangat senang sekali.
Di ceritakan setelah tidak jadi menenggelamkan dirinya di sungai, Meera Bai pergi ke Vrindavan juga ke Dwarika, Meera Bai terus menganggung anggungkan Dewa Khrisna dengan lantunan lagu lagunya yang merdu dan lama kelamaan pengikut Meera Bai pun semakin hari semakin bertambah.
Sementara itu Jalal dan Tansen masih terus memacu laju kudanya dengan kencang, “Yang Mulia, aku mohon pelankan sedikit kudamu, kamu memacunya sangat kencang sekali” ujar Tansen namun Jalal tidak menggubrisnya, Jalal terus memacu kudanya dengan kencang, tepat pada saat itu ketika Jalal dan kudanya sudah memasuki desa dimana Pratap juga sedang beristirahat disana, anak kecil yang di gendong Pratap tadi sedang menyebrang jalan, sementara Jalal sedang memacu kudanya menuju ke anak kecil tersebut, semua orang tegang dan panik, Pratap yang juga melihatnya segera menyelamatkan anak kecil tersebut dari kuda Jalal seraya berkata “Jika kamu tidak bisa mengontrol laju kudamu, lebih baik jangan naik kuda !” bentak Pratap lantang “Heiii ! Siapa kamu yang berani beraninya mengatakan seperti itu ke aku ?” bentak Jalal dari atas kudanya
SINOPSIS MAHAPUTRA episode 163 by. Sally Diandra