SINOPSIS MAHAPUTRA episode 134 by. Sally Diandra
Rao Kheta (Bheels) dan Guru Raughvendra berhadap hadapan satu sama lain, Pratap sangat terkejut dan kaget melihatnya “Tenang, pangeran ,,, mereka tidak bermaksud untuk memanah kita untuk bertarung tapi maksud mereka itu untuk memberikan hormat pada kita” guru Raughvendra berusaha menenangkan Pratap yang saat itu mulai panik, Chakrapani dan temannya juga mulai panik dan cemas “Kami semua mendukung kamu, pangeran ,,, kami tidak mendukung Bhairam Khan !” Rao Kheta mulai membuka pembicaraan sambil menatap tajam ke arah Pratap “Kami melakukan sesuatu yang kami inginkan” ujar Rao Kheta lagi “Bagaimana caranya kami bisa mempercayai kamu, Rao Kheta ?” sela guru Raughvendra “Pangeran Pratap, apakah kamu bisa memberikan padaku pedang Bappa Rawal Ji ?” tanya Rao Kheta ke Pratap, awalnya Pratap ragu ragu namun kemudian akhirnya Pratap mengambil pedang leluhurnya yang ditaruhnya di kudanya kemudian Pratap menghampiri Rao Kheta dan menunjukkan pedang tersebut, Rao Kheta mengeluarkan sedikit pedang tersebut dari selongsongnya sementara Pratap masih memegangnya, kemudian Rao Kheta memegang pedang tersebut dan berkata “Kami bersumpah pada Dewa kalau kami akan mendukung kamu, pangeran !” ujar Rao Kheta lantang, Pratap dan teman temannya nampak senang begitu pula Guru Raughvendra, Pratap segera memegang pedang itu juga hingga berdarah, tangan Rao Kheta juga ikut berdarah karena memegang pedang tersebut tak lama kemudian Pratap dan Rao Kheta mengambil sumpah bersama sama bahwa mereka akan bertarung melawan pasukan Mughal bersama sama dan mereka berdua bersama sama meneriakkan slogan sambil saling mengepalkan tangannya yang berdarah bersama sama “Rani jaya bheeli jaya bhai bhai !” begitu terus berulang ulang “Hidup Mewar ! Hidup Mewar ! Hidup Mewar !” semua orang yang ada disana mengelu elukankannya berulang ulang, dari kejauhan Natha (orang terdekat Bheels) dari balik pohon mengawasi pertemuan ini.
Sementara itu di tempat Bhairam Khan, Bhairam Khan bersama salah satu menterinya berada diatas bukit menunggang kuda mereka masing masing sambil mengumumkan pada pasukannya untuk berpindah ke benteng Chittor seraya memberikan motivasi pada pasukannya dan berteriak “Hidup Mughal ! Hidup Mughal ! Fateeeehh !! Fateeeh !! Menang menang” ujar Bhairam Khan dan seluruh pasukan Mughal, Bhairam Khan tersenyum senang
Masih di tempat Pratap, guru Raughvendra dan Rao Kheta di dalam hutan saat itu Rao Kheta menunjukkan miniatur hutan yang akan mereka gunakan sebagai ajang pertempuran, Rao Kheta berujar “Bhairam Khan itu mempunyai pasukan yang sangat besar sedangkan jumlah pasukan kita sangatlah sedikit tapi kita tahu bagaimana caranya membunuh mereka !” Pratap, guru Raughvendra dan teman teman Pratap tersenyum senang, kemudian Rao Kheta mulai menyusun rencana selengkap mungkin “Mereka hanya mempunyai satu pilihan yaitu mereka akan kita bunuh !” ujar Rao Kheta, sementara Natha hanya diam mendengarkan dengan seksama rencana apa yang akan mereka lakukan
Sementara itu di medan perang, Rao Surtan Singh merasa ketakutan dengan perang yang sedang berlangsung didepan matanya, dimana Raja uday Singh dan Rawat Ji membabat habis pasukannya, Rao Surtan Singh berlindung dibalik para pasukannya dengan gayanya yang lucu, Rao Surtan Singh berusaha meminta bantuan dari Yusuf Khan yang saat itu juga sedang bertarung dengan pasukan Mewar, pada saat yang bersamaan Raja Udai Singh membuka topi bajanya sambil berteriak memanggil nama Rao Surtan Singh dengan lantang kemudian menuju ke tempat Rao Surtan Singh yang masih terus berlindung dibalik para pasukannya, begitu dekat dengan Rao Surtan Singh, Raja Uday Singh turun dari atas kudanya dan langsung di kepung oleh pasukan Boondi, Rao Surtan Singh tertawa senang ketika melihat Raja Udai Singh dikepung seperti itu.
Sementara itu gerobak yang membawa para ratu Mewar sudah sampai di sebuah rumah yang ditunjuk, ketika salah satu prajurit mengabarkan agar mereka turun dari gerobak, Ratu Bhatyani tidak mau tinggal di salah satu rumah tersebut namun Ratu Jaiwanta dan Ratu Sajja sepakat untuk bermalam disana malam ini, sedangkan dari dalam rumah itu seperti ada mata yang sedang mengintip gerobak mereka.
Di hutan, Guru Raughvendra, Pratap dan Rao Kheta sedang membuat sebuah rencana “Pertama tama kita akan menunjuk seorang menteri peperangan dan kita sangat suka kalau dia itu memiliki ketaatan pada pasukan” akhirnya Guru Ji dan Pratap memutuskan untuk mengangkat Rao Kheta Ji sebagai menteri peperangan. Ketika mereka sedang merencanakan penyerangan terhadap pasukan Mughal, Natha secara diam diam menyelinap keluar dari pertemuan tersebut, rupanya Natha hendak mengabarkan berita ini pada Bhairam Khan, Natha berlari sekuat tenaga pergi keluar dari daerahnya menuju ke tempat Bhairam Khan, namun dalam perjalanan dia terjatuh kakinya terkantuk batu dan jatuh berguling guling ditanah, pada saat yang bersamaan Pratap merasa ada seseorang yang sedang terjatuh, Pratap mencoba menutup matanya, tepat pada saat itu ketika Rao Kheta hendak menyuruh Natha, ternyata Natha tidak ada disampingnya, salah satu anak buah Rao Kheta mengabarkan kalau Natha telah pergi, Pratap langsung berlari menuju ke salah satu pohon dan memantau dari atas pohon dengan insting indera pendengarannya, saat itu Pratap menutup matanya dan melesatkan sebuah anak panah, anak panah Pratap tepat kena sasaran ke pakaian Natha yang tertancap di pohon, Natha kaget, Natha berusaha untuk mencabut anak panah tersebut, hingga akhirnya ketika berhasil mencabut anak panah itu, Natha sudah dikepung oleh pasukan Rao Kheta bersama Rao Kheta, Guru Raughvendra, Pratap dan teman teman Pratap yang menatapnya dengan perasaan curiga.